DG 12

21 4 0
                                    

"Bisa turunkan dulu pistolnya? Aku bisa mengobati dia..." Seokjin berucap hati - hati. Jimin masih belum menurunkan pistolnya. Membuat Seokjin melepas belt dipinggang yang berisi dua buah pistol dan dua buah pisau. Lalu melepas belt yang digunakan untuk menyimpah anak panah, serta menaruh panahan di tanah.

"Aku tidak akan melawan, turunkan dulu, sebelum dia kehabisan darah" Seokjin menatap Jungkook yang seperti tidak peduli dengan kehadirannya karena sibuk menahan rasa sakit. Jimin mengikuti arah pandangan Seokjin dan menemukan Jungkook yang semakin kesakitan.

"Baiklah" Jimin menyimpan kembali pistol ditangannya dan membiarkan Seokjin mendekati Jungkook.

Seokjin mengambil beberapa peralatan medis dari kantung sebelah kanan celananya dan mulai mengobati Jungkook.

Selesai dengan luka Jungkook, Seokjin mengambil pil berwarna merah dan memberikannya kepada Jungkook. Jungkook sempat menolak karena tidak percaya. Membuat Seokjin meminum pil tersebut untuk menumbuhkan rasa percaya Jungkook.

"Ini hanya pil penambah darah, aku tidak mungkin memberimu racun" Seokjin menjelaskan dengan hati hati. Jungkook melihat Jimin, Jimin mengangguk. Jungkookpun meminum pil tersebut.

Seokjin membereskan peralatannya, kembali memasukan alat medisnya kekantung celana yang berada disisi pahanya. Memasang belt dipinggangnya, menyampirkan belt kedua dari bahu kearah pinggang tempat menaruh anak panah, dan menyampirkan panahan di bahu satunya lagi.

Jungkook tertidur saat memperhatikan Seokjin. Seokjin sempat ingin pergi dan mencari tempat persembunyian lain. Namun melihat Jungkook tertidur, Seokjin memutuskan untuk tetap disana sambil mengawasi keadaan sekitar.

"Jika kau ingin tidur juga, tidur lah sebentar. Kita masih punya waktu sampai 1 hari sebelum semua peserta benar - benar masuk kedalam arena" Seokjin berdiri memunggungi Jimin dan Jungkook.

"Tidak perlu, aku akan tetap berjaga" Jimin menolak sambil segera berdiri.

"Tidak apa - apa, aku yang akan berjaga" Seokjin kembali meyakikan. Jimin masih menolak dan ikut mengawasi bersama Seokjin. Selain karena alasan menjaga Jungkook, Jimin belum begitu percaya kepada Seokjin, membuatnya tetap terjaga.

"Seokjin ?" Jimin memastikan.

"Ya?" Seokjin menjawab sambil mengawasi sekitar.

"Benar kau Seokjin kan?"

"Iya, kau tau dari mana, mengawasiku?" Curiga Seokjin.

"Tidak, aku tau karena kau terlibat masalah di aula waktu itu. Namjoon yang ada bersama mu yang menembak Jungkook" Jelas Jimin.

"Ah.. Benar juga. Sepertinya akan banyak yang mengincarku hahaha" Seokjin tertawa kecil mengingat kejadian sebelumnya.

"Oh iya, soal Namjoon... kenapa dia melepaskan kalian?"

"Aku juga tidak tau, awalnya rekannya datang duluan dan menembaki kami, namun tidak pernah mengenai kami. Lalu Namjoon masuk kedalam arena, mereka bertukar senjata. Dan saat itu mereka mulai tepat sasaran, bahkan rekannya langsung maju dengan katana yang diberikan Namjoon" Jimin mengingat kembali kejadian yang menyebabkan Jungkook tertebak.

"Oh... begitu, sepertinya mereka bertukar senjata. Senjata yang ada ditangan Namjoon itu milik rekannya, sedangkan yang ditangan rekannya itu milik Namjoon, maka dari itu saat pertama kali rekannya masuk, dia tidak begitu pandai mengunakan senjatanya, padahal itu senjatanya sendiri. Tapi saat menerima senjata dari Namjoon, dia langsung mahir. Pasti mereka menukar senjata mereka" Seokjin mengira-ngira.

"Kenapa ?" Jimin masih belum mengerti kenapa mereka sampai menukar senjata.

"Supaya yang lain menganggap kalau mereka lemah, sebenarnya tidak, itu berguna untuk mengalihkan perhatian musuh. Mungkin begitu. Oh iya, terima kasih karena memberitauku hal itu" Seokjin kini mengalihkan pandangan pada Jimin dan tersenyum. Jimin mengangguk.

"Maaf, kau lahir tahun berapa?" Jimin menatap mata Seokjin.

"2020, kau?"

"2023, hyung..." Ragu Jimin.

"Kenapa?" Seokjin tertawa mendengar keraguan Jimin.

"Boleh ku panggil hyung?" Jimin masih dengan keraguannya. Seokjin mengangguk.

Setelah beberapa jam terlewati, Jungkook bangun dan melihat Jimin yang sedang tertidur tidak jauh darinya, serta Seokjin yang sedang berdiri didepannya sambil membelakangi Jungkook.

"Hyung banguuun" Jungkook berbisik sambil mengoyang - goyangkan tubuh Jimin. Membuat Seokjin membalikan pandangannya.

"Kau sudah bangun" Seokjin mendekat berniat memeriksa suhu tubuh Jungkook. Jungkook menjauh ketakutan.

"Eoh, tidak apa apa. Maaf karena mendekat tanpa mengatakan sesuatu" Seokjin mundur kembali ketempatnya. Jimin terbagun karena suara bising. Melihat Jungkook yang mejauh.

"Kenapa Kook?" Jimin mendekat. Jungkook memeluk Jimin.

"Aku pikir hyung sudah matiii" Jungkook meregek. Membuat Jimin menjitaknya.

"Maaf, suhu tubuhnya bagaimana?" Tanya Seokjin pada Jimin.

"Kurasa baik - baik saja hyung" Jimin menempelkan tangannya di kening Jungkook, memastikan.

"Kalau begitu aku pergi dulu, ini obat untuknya" Seokjin melempar beberapa obat didalam toples kecil kepada Jimin. Dan pergi tanpa menunggu balasan.

"Terima kasih hyuuung" Jimin berteriak membuat Seokjin berhenti dan berbalik. Memberi isyarat telunjuk didepan mulutnya. Menyuruh Jimin untuk tidak terlalu berisik karena musuh mereka bisa mendengar mereka. Jimin membungkuk berkali - kali membuat Seokjin tertawa. Setelah itu Seokjin pergi dengan melangkah dari pohon ke pohon lain.

"Tadi siapa?" Jungkook sudah sadar sepenuhnya.

"seokjin hyung, dia yang menolongmu. Saat bertemunya lagi, kau harus berterima kasih" tegas Jimin. Jungkook mengangguk.


~~~~~💜~~~~~

~DEAD GAME-BTS-ARMY~
~SENIN-31-JANUARI-2022~
~KIM_WLY~

DEAD GAME - BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang