1

61.2K 4.2K 463
                                    

Start publish: Rabu, 16 Maret 2022.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Ini yang terakhir, kumohon Tuhan, biarkan aku mati."

Permohonan teramat pelan itu meluncur dari bibir berpoles lipstik merah muda, tangan gemetar memegang seuntai rantai perak yang menggantung erat bersama lampu kristal di langit-langit.

Rantai yang juga menjadi pengekang pergerakan, terhubung ke pergelangan kaki kiri. Benda panjang dan berat itu dipasangkan oleh orang yang dipikir bisa menjadi tempat pelariannya, ternyata malah merupakan orang paling gila.

Butiran bening air mata mengalir di pipi, membasahi riasan cantik bak boneka porselen seharga ratusan juta, wajah halus tanpa cela itu seakan menanggung begitu besar beban dalam jiwa.

Lebam-lebam membiru tidak bisa disembunyikan dari lengan dan betis, bersatu dengan jejak-jejak kemerahan di leher dan pundak. Penyiksaan dan cinta menjadi satu dalam rantai itu.

Untuk terakhir kali Gabriella menatap seluruh ruangan yang menjadi kamar tidur sekaligus penjara untuknya selama dua tahun ini, menghapus lembut jejak air mata sebelum menatap lingkaran rantai buatannya sendiri.

Gabriella mengalungkan rantai itu ke leher sebelum mengangkat kaki dari berpijak di sofa di ujung ranjang. Tubuh ramping dengan Lolita dress yang indah itu untuk sejenak terayun di udara, bersama gemerincing rantai dan suara gerakan lampu kristal.

Rasa sakit dari kebutuhan pasokan oksigen yang terhambat menggerogoti paru-paru Gabriella perlahan tapi pasti.

"Ma-af," lirih Gabriella sebelum menutup mata dengan hembusan napas terakhir.

Mati rasa dialami saat tulang leher Gabriella berderak patah, lambat laun wajah itu memucat dengan lidah menjulur di mulut terbuka.

Tidak kuat menahan beban dari tubuh manusia, akibatnya lampu kristal yang menggantung di langit-langit itu berderak sebelum penyangga patah dan membawa Gabriella jatuh membentur lantai marmer berkarpet abu-abu.

Suara keras dari kamar itu berhasil mengejutkan pelayan yang bekerja, termasuk seorang laki-laki dengan setelan kasual serba hitam sedang duduk menunggu di sofa.

Mengetahui asal suara, Luga bangkit berdiri dengan tergesa-gesa, melangkah ke arah sumber suara diikuti beberapa orang pelayan wanita. Menuju kamar Gabriella yang menjadi asal kegaduhan.

Tanpa memegang gagang pintu, Luga langsung mendobrak pintu dengan kaki, membuat pintu menjeblak terbuka.

"Ya Tuhan!"

"Astaga-!"

Pelayan yang mengikuti Luga menggumam tercekat, sementara laki-laki itu berdiri mematung melihat keadaan di lantai dalam ruangan itu.

I Become The Male Lead's Obsession { Sudah Terbit }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang