18

22K 2.7K 76
                                    

Publish: Jum'at, 20 Mei 2022.

Publish: Jum'at, 20 Mei 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hampir pukul tujuh malam Margareth dan Yerinsa baru kembali dari acara gathering itu, tepat beberapa menit sebelum waktu makan malam. Gabriella justru belum kembali, dan di perjalanan mendapat telpon bahwa putri sulungnya itu akan makan malam di kediaman keluarga Laventez.

"Bagaimana menurutmu putra Zuarenz tadi?" tanya Margareth saat melangkah menaiki undakan tangga teras.

"Tampan. Dan dia baik, sangat ramah," jawab Yerinsa memberikan komentar mononton.

Margareth berdecak gemas. "Itu Ibu juga tau. Maksud Ibu, apa kesanmu saat bicara dengannya tadi? Apa kamu merasakan sesuatu, semacam itu?" tanyanya memperjelas, sambil membuka pintu mansion Margareth mendelik pada Yerinsa.

"Apa yang Ibu harapkan? Kami tidak bicara banyak," jawab Yerinsa masih cuek bebek.

"Huh, dasar." Margareth malah sebal sendiri. "Ya sudah, ganti bajumu sebelum turun kembali untuk makan malam," lanjutnya sambil berjalan lebih dulu.

"Iya," balas Yerinsa singkat.

Jujur saja Yerinsa sudah lelah sekali, riasannya mungkin juga sudah setengah luntur, saat ini keinginan Yerinsa hanya satu, membaringkan diri di kasur empuk.

Tanpa banyak bicara, Margareth dan Yerinsa berpisah arah begitu di lantai atas, menuju kamar masing-masing.

Baru saja membongkar isi tas agar tas bisa diletakkan di etalase walk in closet, denting dari handphone pertanda ada pesan masuk terdengar.

Yerinsa membuka pesan masuk itu dengan alis terangkat, hanya ada tiga kata bertanya, "kamu sudah sampai?"

Pengirimnya dari nomor yang baru Yerinsa simpan sore tadi, bertulis nama 'Marvel' di sudut kiri atas room chat itu.

Walaupun hanya mengobrol singkat dan agak canggung, nyatanya atas inisiatif Nyonya Zuarenz Yerinsa dan Marvel bertukar nomor pribadi.

Marvel Zuarenz.

Tanpa sadar Yerinsa tersenyum sambil membalas pesan itu, hanya dengan tiga kata juga mengatakan, "iya, baru saja."

Meletakkan handphone ke sofa di ujung ranjang, Yerinsa memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.

Bunyi pesan masuk kembali terdengar, handphone itu menyala menunjukkan pesan dari Marvel. Tapi, beberapa saat kemudian disusul setitik cahaya merah berkedip di dekat kamera depan.

Tak lama pesan itu menghilang seakan tidak pernah masuk sebelumnya.

***

Rasanya seluruh tubuh Yerinsa remuk-redam setelah dua hari ini beraktivitas full seharian, setelah makan malam kemarin pulang acara gathering, Yerinsa bahkan tertidur hingga siang hari ini.

I Become The Male Lead's Obsession { Sudah Terbit }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang