12

24.3K 2.8K 47
                                    

Publish: Jum'at, 29 April 2022.

Publish: Jum'at, 29 April 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Melihat reaksi yang bisa ditebak itu, Luga tersenyum miring di sudut bibir, gelang menggantung di jari telunjuk sangat dekat dengan pandangan Yerinsa, sengaja memainkan benda kecil itu.

Tangan Yerinsa yang tertawan tanpa sadar ingin melepaskan diri, gatal untuk meraih benda di depan mata itu dan menyimpan. Tapi sebelum terjadi, Luga menggenggam lagi benda perak itu dan menarik tangan untuk dimasukkan kembali ke saku celana.

Yerinsa menunduk mengikuti gerakan itu, menatap nanar benda yang ikut masuk ke saku celana, lalu memberanikan diri menatap Luga dengan pandangan berkecamuk.

Hidung mereka hanya terpisah sekian senti, membuat Yerinsa kembali tidak berani bergerak.

Luga mengingatnya, kan?

Tidak- ...

Bukan hanya ingat, Luga bahkan sudah tau Yerinsa kembaran Gabriella, sangkalan apapun sekarang tidak berguna.

Sialan!

"Karena kita tidak pernah bertemu dan ini bukan milikmu. Aku akan bertanya pada gadis tadi," kata Luga tidak acuh, akhirnya melepaskan pitingan.

Merasa terbebas, Yerinsa segera menjauh dari Luga dengan mulut terbuka-tutup seakan ingin bicara tapi tidak ada kata yang keluar. Tangan kiri menggenggam lengan kanan yang terasa nyeri akibat pitingan kuat beberapa saat lalu.

"A-Anda ... tidak bisa melakukan itu-! Itu juga bukan milik saudari saya, b-buang saja! Ah, s-saya harus pergi, maaf, permisi."

Dengan ketakutan luar biasa Yerinsa memilih menyelamatkan diri meninggalkan Luga setelah bicara tergagap, berlari tanpa menoleh sedikitpun seakan di belakang itu adalah rentenir penagih hutang.

Sekujur tubuh Yerinsa merinding, melihat pergelangan tangan berbekas kebiruan hanya karena cengkraman Luga barusan.

Menakutkan.

Terlalu mengerikan.

Jantung Yerinsa tidak akan sanggup berhadapan dengan laki-laki itu lebih lama lagi.

Sementara Yerinsa berlari kalang-kabut seperti maling, Luga masih tetap berdiri di posisi, menatap tangan yang digunakan mencengkeram gadis itu dengan senyum ganjil.

"Benar-benar kelinci," gumam Luga pelan, menatap arah hilangnya sosok Yerinsa di belokan koridor.

Melangkah santai, Luga berbalik ke arah kedatangan sebelumnya, satu tangan masih di udara dengan mata berkilat aneh.

***

Untuk beberapa waktu Yerinsa masih berlari, hanya berhenti saat tiba di pos penjaga gerbang sekolah. Gadis itu menatap tangan dan kaki yang gemetar hebat merespon rasa takut dan kengerian.

I Become The Male Lead's Obsession { Sudah Terbit }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang