13:) Hari Tenang (?)

106 13 0
                                    

"Bukan tidak peduli, hanya saja rasa ego itu lebih kuat dari simpati"

🐋🐋🐋

Satu hari tanpa perintah dari Iqbaal adalah salah satu nikmat Allah yang harus Salwa syukuri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu hari tanpa perintah dari Iqbaal adalah salah satu nikmat Allah yang harus Salwa syukuri. Sepanjang jam pelajaran Salwa nikmati dengan hati yang gembira. Tapi, karena perilaku aneh Salwa yang tidak biasanya itu membuat Luna Si Kepoan sedikit heran.

"Nara…"

Nara hanya bedehem kecil menanggapi panggilan dari Luna yang duduk disebelahnya. Ia tengah fokus mengetik materi untuk kelompok mereka.

Dengan wajah penuh selidik, Luna memusatkan perhatiannya pada Salwa yang memang terpisah dari mereka.

"Salwa ada ngeluh ke lo gak tadi malem? Rumahnya ke masukkan setan pengganggu atau banaspati gitu?"

"Heh! Mulutnya, ngomong kok yang aneh-aneh."

"Ya, habisnya si Salwa rada lain gak sih hari ini? Kebanyakan senyum gak jelas, sampai tadi sepanjang mapel geografi yang ngebosenin itu dia nyanyi sendiri. Gak biasanya dia gitu. Biasanya nih ya, tiap pagi dia misuh-misuh. Terus paling anti sama keributan kalo guru menjelaskan," ujar Luna panjang lebar.

Nara menghentikan ketikan jemarinya dari laptop. Dengan santainya gadis ini melayangkan gulungan kertas materi ke kepala mungil Luna.

Dapat ia rasakan sensasi panas dari tempat pukulan mendadak Nara itu.

"Woi! Sakit anjir!"

"Lagian elu sih, kalo Salwa gak misuh-misuh hari ini berarti moodnya lagi bagus. Bukan abis disantet, kebanyakan nonton azab aindosiyar lu. Udah sana, cari materi bagian lo! Jangan cuma numpang nama doang di makalah. Ini kerja kelompok, bukan yang satu kerja yang lain ghibah berkelompok."

Tak ingin menambah masalah dengan Luna, Nara memilih fokus kembali pada laptopnya.

🐋🐋🐋

Bel jam pelajaran terakhir menggema ke seluruh sudut SMA Argaria. Salwa, Luna dan Nara memanfaatkan waktu yang tersisa untuk jajan di kantin.

Begitu mendapat makanan yang mereka pesan 3 sekawan itu memilih duduk di bawah pohon kantin untuk menikmati makan siang mereka.

"Salwa," panggil Luna pelan.

"Hm, kenapa?" Masih dengan senyum yang tidak luntur Salwa membalas panggilan itu. Raut wajah Luna terlihat semakin khawatir.

"Lo, beneran Salwa kan? Bukan penunggu sekolah yang lagi iseng?"

"Lun…"

"Y-- ya habisnya, dia aneh Nar, dari pagi tadi."

"Apa sih Luna, ini gue, bukan setan sekolah yang lagi gabut."

Es (Boy) Serut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang