11:) Itu Dia!

133 16 2
                                    

🐋 🐋 🐋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐋 🐋 🐋

Salwa berjalan pelan menaiki tangga menuju kelasnya. Ruangan itu terlihat lebih ramai dari biasanya.

Gadis yang baru saja akan melangkah masuk itu segera disambut oleh suara cempreng khas Luna.

"Salwa!!! I miss u so bad!! Gue kira lo gak datang hari ini." Luna melepaskan pelukannya dari Salwa.

"Miss yu miss yu, apaan. Baru kemaren kita jalan."

"Lo, udah gak apa Sal? Atau mau istirahat di UKS aja?"

"Gak usah Ra. Gue beneran gak apa kok, lagian gue baru sampe ya kali langsung ke UKS."

Nara hanya tersenyum simpul, mengikuti langkah Salwa dan Luna dari belakang.

"Btw, anak-anak pada ribut kenapa?"

"Denger-denger katanya ada anak ipa yang pindah ke kelas kita juga, tapi belum tau cewek atau cowok. Jadi pada nerka-nerka deh."

Salwa mangut-mangut mendengar penjelasan dari Nara.

"Siapa ya kira-kira? Atau jangan-jangan itu Wave? Ya kan? Soalnya dia—

"Gak usah halu lo."

"Tau tuh Luna, lagian jangan sampe deh makhluk itu sekelas sama kita."

Luna melayangkan tatapan sinis pada dua temannya itu. Bukannya mendukung, malah ditarik lagi ke realita.

🐋 🐋 🐋

Luna tak henti-hentinya mematut diri di cermin, ia sibuk ingin berkenalan jika yang akan pindah kelas nanti adalah Wave. Salwa maupun Nara sudah jenuh menasihati si kepala batu ini.

"Gue udah cantik belum? Poni gue gimana? Kece badai kan?" tanya gadis berponi ini untuk ke sekian kalinya.

"Ga tau deh Lun, terserah lo. Capek gue."

"Iya nih Si Toa, elu yang dandan, gue yang letih."

"Ih!! Kalian apaan sih?! Harusnya bantu gue supaya keliatan perfect buat Wave! Gak bisa banget diajak kompromi," sungut Luna.

"EMANG!" balas Salwa dan Nara yang sudah frustrasi.

Bu Fani, wali kelas sekaligus guru mata pelajaran geografi memasuki kelas itu, menyebabkan Luna mengurungkan niat mencakar wajah kedua temannya.

"Baik, selamat pagi menjelang siang semuanya, hari ini kita menyambung materi kemarin. Jadi keluarkan buku, dan catat yang saya tulis di papan." Guru ini segera berbalik.

Es (Boy) Serut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang