"Jangan terlalu sering meragukan perasaanmu. Karena ketika kamu baru tersadar, kamu telah kehilangan segalanya"
.
.
.
- Unknown -🐋🐋🐋
Di sudut ruangan kecil dengan cahaya temaram, seseorang duduk di depan komputer dengan kabel-kabel berserakan memenuhi mejanya. Suara ketikan jemari memenuhi ruangan itu.
Sinar yang terang dari monitor tidak menyurutkan semangatnya memperhatikan angka dan coding yang terpampang di sana.
Seulas senyum tipis menyiratkan kepuasan dari hasil kerjanya. Sejauh ini semua rencana berjalan rapi dan lancar.
Sebenarnya ia tidak kuat berpura-pura terlalu lama, rasa dendam itu makin menguat memakan seluruh ruang di dadanya. Tapi, ia masih harus bersabar karena jika sampai orang lain tau siapa dia, semua rencananya akan hancur berantakan.
.
.
.
"Luna! Lo ngarahin kita kemana sih?! Perasaan dari tadi mutar mulu!" Nara yang tengah mengendarai motor itu berusaha fokus dan tidak panik. Walaupun sebenarnya hati gadis ini jedag-jedug karena takut tersesat."GPS nya nih ngajak gelud, katanya udah mau dekat tapi gak nyampe-nyampe."
"Lo bisa baca maps gak si?"
"Tadinya sih bisa, tapi sekarang enggak." Nara melirik Luna yang cengengesan di belakangnya.
Jika saja ia sedang tidak berkendara, bisa dipastikan helm Nara akan menjejaki kepala Luna. Matahari yang terik menyengat menambah rasa kesal Nara.
"Eh, belok! Belok!!" perintah Luna tiba-tiba.
"Belok kemana woi!! Ngomong yang jelas dong!! Lo kira gue punya indra keenam bisa tau maksud Lo apaan?"
"Belok Kiri, eh-- Awas Ra!"
Nara yang awalnya menoleh ke belakang terperanjat melihat motor di depannya akan belok juga. Untung saja Nara bisa menguasai keseimbangan motornya.
Motor di depan mereka ikut berhenti, sang pengendara menaikkan kaca helmnya agar bisa melihat orang yang hampir menabraknya.
"Loh, kakaknya Salwa kan?" Tanya Luna.
"Kalian teman Salwa yang waktu itu kan? Mau kemana?"
"Mau jenguk Salwa kak, sekalian ngasi materi pelajaran yang ketinggalan. Tapi malah nyasar tadi," jelas Luna.
"Haha, emang komplek sini jalannya mirip-mirip. Kalau gitu kalian langsung masuk aja, itu rumah nomor 143 A." Alwan kembali melajukan motornya setelah memberi senyum sedikit pada 2 gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Es (Boy) Serut
Roman pour Adolescents🐋🐋🐋 "Udah ya. Gue mau pulang dulu, jangan lupa kunci pintu ruangan kalo lo udah kelar, Bye." Iqbaal pun benar-benar pergi meninggalkan Gadis ini yang sedari tadi menahan emosinya. "Ini sih gue bukan jadi asisten lu! Tapi, jadi babu pribadi lu! Da...