"Sangat mudah mencari tahu namanya, tapi tidak dengan isi hatinya"
🐋🐋🐋
Wave kembali melirik jam yang melingkari pergelangan tangannya, merasa waktu janjian sudah hampir dekat, laki-laki ini menendang asal bola di kakinya.
Alwan mengajak Wave bertemu setelah latihan futsal, tidak biasanya laki-laki itu meminta bertemu. Sejak hubungannya dan Salwa renggang, Alwan jarang menemuinya bahkan berbicara dengan dirinya.
Botol minum yang sisa sedikit itu ia habiskan hingga tandas, menyeka keringat di pelipis sekenanya lalu pamit pada anggotanya untuk pergi lebih dulu.
.
.
.
Motor beat street hitam khas milik Alwan sudah terparkir di depan kafe tempat biasa mereka berkumpul. Kaki jenjang Wave ia langkahkan menuju lantai 2 kafe yang memang tidak terlalu ramai.Alwan terlihat memandang kosong ke arah langit, entah apa yang mebebani pikirannya.
"Apa kabar bang? Udah lama gak ngumpul kayak gini lagi," sapa Wave.
Ia menarik kursi yang berhadapan dengan Alwan.
"Sebenarnya gue males ketemu lo, asal Lo tau gue nyesal udah maafin lo. Ternyata bener kata Salwa, lo masih gak berubah."
"Tunggu dulu, ini kenapa tiba-tiba? Maksudnya apa bang?"
"Hhh, gue benci orang sok polos kayak lo. Haus pujian?" Sarkas Alwan. Melihat wajah Wave lama-lama rasanya ingin ia cakar, tapi laki-laki ini menahannya.
"Ya gue emang gak tau maksud lo apaan?"
"Setelah lo berhasil menghasut fans lo itu nyelakain Salwa, sampai kaki adek gue patah sekarang lo mau lepas tangan aja gitu?"
"Bentar, kaki Salwa patah? Hubungannya sama gue apa bang? Gue gak pernah menghasut siapapun buat nyelakain orang yang gue sayang!"
Wave tidak mengerti keadaan sekarang. Alwan tiba-tiba menyemprotnya dengan mengatakan Salwa celaka karenanya. Sedangkan ia tidak pernah meminta siapapun untuk mencelakakan gadis yang masih ia sukai itu.
Bagaimana mungkin ia berniat buruk pada Salwa sementara ia masih berusaha untuk meminta maaf pada gadis itu agar tidak terlalu membencinya.
"Sayang? Sayang lo bilang?"
Amarah Alwan memuncak, melihat wajah Wave yang terlihat kebingungan itu memang membuat kekesalan Alwan bertambah.
Ia berdiri dan menarik kuat kerah baju laki-laki yang lebih muda darinya itu. Tatapan amarah Alwan sangat menusuk mata Wave dalam jarak sedekat ini.
Ini kali kedua Alwan seperti ini setelah kejadian ia dan Salwa setahun yang lalu.
"Gue udah denger kalimat itu dari mulut busuk lo berkali-kali ya Wave. Tapi akhirnya lo nyakitin adek gue. Percuma lo dikasih kesempatan, lo tetap balik ke sifat asli binatang lo!"
*Buaakh!
Satu pukulan telak Wave dapatkan dari Alwan. Laki-laki ini terhempas ke lantai marmer di bawahnya.
Tak puas dengan pukulan barusan, Alwan kembali menarik dan menampar Wave pada tempat pukulannya tadi, menyebabkan bibir Wave sedikit mengeluarkan darah segar.
"Gue udah gak bisa sabar sama lo! Gue tau taktik busuk lo! Kalo lo emang lupa ingatan, mending lo hubungin kacung lo yang namanya Deara itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Es (Boy) Serut
Novela Juvenil🐋🐋🐋 "Udah ya. Gue mau pulang dulu, jangan lupa kunci pintu ruangan kalo lo udah kelar, Bye." Iqbaal pun benar-benar pergi meninggalkan Gadis ini yang sedari tadi menahan emosinya. "Ini sih gue bukan jadi asisten lu! Tapi, jadi babu pribadi lu! Da...