01. Pertama

281 73 47
                                    

waktu menunjukan pukul 3 sore, aila yang masih terdiam duduk di taman barito sedari tadi pulang sekolah, sudah hampir dua jam ia di taman ini. Ia membiarkan tubuh nya dibasahi oleh air hujan yang mengguyur kota jakarta sore ini, rasanya ia enggan untuk pulang karna suasana rumah akan sangat hening bisa bisa ia semakin larut menangis.

Tak biasanya hujan lebat di bulan ini

Sepi, kini bagi aila kota jakarta seperti tak ada kehidupan.

Tujuan ia ke taman barito adalah mengenang sosok Gilang.

"Lang, sekarang lo bisa tidur dengan tenang. Tanpa terbangun dan memikirkan masalah lagi" Tanpa di sadari aila meneteskan air mata nya di sore itu.

Semakin banyak mengeluarkan air matanya, "kenapa lo harus pergi duluan? Padahal lo belom dapetin apa yang lo mau di dunia lang. Kenapa lang kenapa!!" ucap aila kesal penuh emosi di campur air mata.

Memang bukan kewajiban aila untuk membahagiakan Gilang, tapi aila lah orang yang di pilih Gilang untuk menemaninya, namun? "Maafin gue maafin gue maaf,, gue ga bisa nemenin lo menghadapi semua masalah, maafin gue ga ada di samping lo pada saat lo lagi rapuh maafin gue lang" berkali kali aila menyalahkan dirinya.

bisa dibilang kini ia benar benar sedih tak terhingga.

Aila, sangat merasa bersalah. Selama ini sampai sekarang detik dimana Gilang tak lagi di bumi, dan ga bakal bisa kembali lagi aila belom bisa membahagiakan gilang.

"Lo berkali kali bilang, semesta yang jahat, Tuhan yang jahat. Engga lang, gue yang jahat sama lo" terjeda sebentar ucapan yang keluar dari mulut aila lanjut menangis.

Kini nangis tak henti henti.

4 bulan sebelumnya

◆◆◇◇◇〘 ✥✥✥ 〙◇◇◇◆◆

Matahari mulai menyinari ventilasi udara kamar Gilang, sekarang pukul 8 pagi. Hari ini hari sabtu, Gilang yang memutuskan untuk keluar kamar dan melihat tak ada siapa siapa, "rumah gue? Hahah bukan. Rumah gue ya di nenek bukan disini" kata Gilang di depan pintu kamarnya.

semenjak 12 hari kepergian nenek nya untuk selama lama nya Gilang sangat terpukul, sebab sedari kecil ia dirawat oleh nenek nya, dan kini ia sudah dewasa. Memang orangTua Gilang masih lengkap dan utuh, tapi rasanya orangTua Gilang seperti enggan merawat Gilang.

Menuruni satu persatu anak tangga, "mereka kerja? Dari jam berapa?" ucap Gilang pada dirinya sendiri.

Memutuskan untuk terduduk di meja makan yang sama sekali tak ada makanan apapun. "Nek, secepat itu nenek pergi? Ga mau nemenin Gilang lagi ya? Tapi nenek pasti bahagia disana" ujar Gilang dengan mata yang berkaca kaca.

Hanya melamun yang Gilang lakukan sekarang di rumahnya "gua takut, gabisa jadi apa yang orangTua gua mau nanti" Gilang berkata.

Ini kali pertama ia tidur dirumah orangTua nya, ia harus bisa menghadapi kenyataan, perlahan ia harus menjalankan kehidupan tanpa adanya perhatian dari sang nenek.

Sudah hampir 20 menit Gilang terdiam di meja makan sendirian. "Hampa banget ini rumah, ga betah gue" ucap Gilang pada dirinya sendiri sambil melihat sekeliling rumahnya, seharusnya ia nyaman karna itu adalah habitat aslinya, tapi rasanya sangat ga betah.

GILANG [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang