Cerita Terakhir

7 3 0
                                    

Beberapa tahun kemudian...

Arvind dan Arin memutuskan untuk mengadakan pernikahan mereka di Indonesia. Selain banyak sanak saudara yang berada di negeri ini, sahabat dan teman-teman merekapun semua ada di sini. Berita ini sontak saja menjadi perbincangan hangat banyak orang, pasalnya tidak ada yang mengetahui cerita di balik perjalanan kisah mereka. Tetapi dari pada memusingkan hal tersebut, mereka lebih memilih berbahagia untuk pasangan yang semakin jelas hilalnya ini. Kecuali satu, ya kalian pasti bisa menebaknya.

"Ariiinnnn" teriak Bela dari kejauhan

Mereka berpelukan erat melepas pertemuan pertama selama kurang lebih 6 tahun. Semuanya sudah berubah, Bela kini menjadi seorang wanita karir yang sangat sukses.

"Lama banget si lu baliknya sampe gue udah sukses gini"

"Bagus dong, gue jadi bisa minta beliin cimol"

"Cimol doang? Abangnya sekalian dah gua beliin"

Tawa mereka menyeruak ke segala sudut rumah Arin yang saat ini cukup ramai dipenuhi pihak keluarganya dan pihak keluarga Arvind.

"Rin"

Panggil seseorang dengan suara beratnya yang begitu dihafalnya. Suara yang selalu menemani Arin di saat dia berada di titik terendah sekalipun, suara yang selalu menenangkannya ketika ia menangis dulu dan suara yang selalu ada di setiap doa Arin sebagai sahabat terbaiknya. Adit.

"Apa kabar?" tambah Adit

Adit sudah semakin dewasa dan mapan. Tidak jauh berbeda dengan Bela, dirinya kini bekerja di salah satu perusahaan ternama yang ada di Bandung.

"Baik, Dit. Lu gimana?"

"Gue ditinggal nikah, Rin"

"Adittt ga lucu tauuu" ucap Arin seraya memukulnya pelan

"Haha gue baik juga, mana si Arvind?"

"Masih mencari pundi-pundi rupiah dia"

"Cihh, kurang itu duit dari Jepang?" canda Adit yang diikuti gelak tawa dari ketiga sahabat ini.

Mungkin dari luar semua tampak baik-baik saja sekarang, tanpa mereka sadari ada hati yang pernah pecah berkeping-keping menerima kenyataan bahwa cintanya sepenuhnya tertolak. Fakta bahwa Adit belum pernah menyatakan cintanya sama sekali adalah hal yang paling menyakitkan dan itu akan menjadi penyesalan terbesar dalam perjalanan kehidupannya.

--

Hari pernikahan sudah datang, semua orang berbahagia. Pernikahan dilaksanakan di sebuah hotel yang sangat mewah dengan jamuan yang siap mengenyangkan perut para tamu undangan. Seluruh anggota keluarga dari kedua pasangan dilingkupi dengan suka cita, putra dan putri mereka sudah akan menjalani tahap kehidupan yang berikutnya. Seluruh panjatan doa sudah mereka naikkan untuk kelancaran hidup dan lainnya. Kini tiada lagi kesedihan yang menaungi mereka, di ruangan ini hanya ada ucapan selamat dan tawa kebahagiaan.

Acara mulai dijalankan satu persatu dan dapat berjalan runtut dengan sangat baik hingga tiba pada pengucapan janji pernikahan yang dikenal sakral. Mempelai pria memulai janjinya terlebih dahulu.

"Shafarin Aluna Putri, aku mengambil engkau menjadi seorang istriku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang Kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus."

"Arvind Akalanka Putra, aku mengambil engkau menjadi seorang suamiku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang Kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus."

Setelah mengucapkan janjinya masing-masing, Pendeta yang ada di sana mempersilakan mereka untuk saling berpagut sebagai tanda kepemilikan satu sama lain di hadapan para tamu undangan sebagai saksinya. 

"Terima kasih buat semuanya, aku cinta kamu sampai kapanpun itu, Istriku"

Seolah tak sanggup lagi untuk berucap Arin hanya menangis tersedu-sedu menyiratkan kebahagiaannya yang terasa tak memiliki batas ini. Tak lama kemudian bibir mereka bertemu satu sama lain dibalut dengan perasaan tulus yang dimiliki oleh keduanya. Sorak dan tangis bahagia dari tamu undangan menemani ujung dari kisah cinta mereka yang berakhir sebagai pasangan suami istri ini.

"Terima kasih, aku juga sangat mencintaimu, Suamiku"

Setelah pengucapan janji dan pemberian hak kepemilikan sudah selesai, acara berlanjut ke sesi lempar bunga. Kedua mempelai sudah bersiap dengan rangkaian bunga di tangan mereka. Pembawa acara sudah memberikan aba-aba bahwa bunga akan dilemparkan. Para kerabat dan tamu undangan tampak sangat antusias untuk menyambut kedatangan bunga tersebut. Sampai akhirnya 3.. 2.. 1..

Bersamaan dengan dilemparkannya bunga itu Arin merasakan sesuatu meremukkan kepalanya, sesaat dia terjatuh dan tidak akan pernah bangun lagi...

- TAMAT -

Our TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang