Baikan

20 7 2
                                    

Happy reading
sorry for typo(s), jangan lupa vote


Adit yang masih mencerna segala ucapan Arin hanya bisa berdecak, yang pada akhirnya ingin mengumpat pada sebuah nama, Keisha.

"Sialan, ngomong apaan lagi si setan, sampe marah banget Arin" belum selesai dengan pergumulannya sendiri, tiba-tiba Fabian menghampirinya dan menepuk pundaknya.

"Lo kenapa, Dit?"

"Lha emang gue kenapa?"

"Lo pasti belum baca ayat kursi kan?"

"Buat apaan coba?"

"Setan lo belum ilang dari kemarin, makanya aneh"

Ok skip. Mereka berdua emang gak jelas banget guys orangnya (maafin author bingung mau nulis apaan). Singkat cerita mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Udah gitu deh pokoknya.

~~

Langit sudah berganti menjadi gelap, di sini, di kamar Arin. Ada seorang gadis yang sedang menyesali perbuatannya sore tadi. Tidak seharusnya Arin marah pada Adit setelah mengingat apa yang sudah Adit lakukan untuknya selama ini.

"Duhh, bego banget si gue. Harus gimana nih besok kalo ketemu Adit?" gerutunya sendiri "Pliss, Rin. Buat kali ini aja lo jangan gengsi, tinggal minta maaf aja apa susahnya si? Tau deh, liat besok aja" sambungnya.

Arin lantas merebahkan dirinya di atas kasur, memainkan ponselnya layaknya anak muda sekarang yang begitu sibuk dengan sosial media, hingga akhirnya dia menemukan foto dengan orang yang tak asing baginya. Ya, Keisha yang mengupload fotonya bersama Arvind yang tampaknya sedang asik bermain di taman kota. Memang malam ini udara begitu sejuk dan sangat menyegarkan tetapi tidak dengan hati Arin yang dirasa tidak pernah baik-baik saja. Saat masih sibuk bermain dengan ponselnya , tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.

Tok

Tok

Tok

"Rin, udah tidur?"

"Belum kak, masuk aja gak dikunci pintunya"

Kak Aji hanya membuka pintunya dan mengatakan kalimat yang sedikit mengejutkanku, nggak... lebih tepatnya banyak mengejutkanku.

"Dicariin sama Adit di bawah" kata Kak Aji

"HAA?? YANG BENER AJA"

"Udahlah buruan ke bawah, kasian dia nungguin"

"T-tapii..."

"Tidak menerima penolakan ya nona" ucap Kak Aji yang kemudian pergi meninggalkan kamarku.

Sedangkan aku masih berkutat dengan kebingunganku sendiri.

"Adit ngapain? Masa dia mau ngadu ke Mama? Ya kali, udah ah turun aja" tuntasku yang kemudian keluar kamar dan berjalan menuruni tangga.

Kulihat Adit sedang duduk di sofa ruang tamu bersama Mama. Dia mengenakan pakaian yang begitu modis, celana robek-robek dengan kaos hitam polos yang ditutupi jaket denim, membuatnya terlihat semakin, tampan? Tetapi, yang menjadi pertanyaanku adalah tidak sepertinya dia main ke rumah dengan dandanan seribet itu. Meskipun masih dipenuhi dengan banyak pertanyaan, akhirnya aku pergi ke ruang tamu.

"Nah ini Arinnya udah dateng, Dit. Mama tinggal dulu ya, biar enak ngomongnya" ujar Mamaku

"Iya, Ma" jawab Adit

Mama pegi meninggalkan ruang tamu yang akhirnya hanya ada kami berdua di sini dan menyebabkan keadaan sedikit canggung. Karena aku tidak suka keadaan yang seperti ini, maka aku membuka pembicaraan terlebih dahulu.

Our TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang