Gelap tak ada apa-apa di hadapanku, aku menutup mataku sejenak, menenangkan diri, kemudian membukanya kembali. Remang-remang kulihat aku jelas berada di dalam ruangan yang tak lagi asing bagiku, UKS. Sampai akhirnya aku terbangun sepenuhnya, leherku terasa sangat kaku dan kepalaku sangat berat. Kulihat Keisha berada di samping tempat tidur sedang tertidur dalam posisi duduk. Tampaknya aku benar-benar pingsan tadi, seolah tak mau mengingatnya lagi, aku mengambil air putih di atas nakas kecil di samping tempat tidur dan menegaknya sampai tandas. Aku kembali membaringkan tubuhku dan kembali berpikir, siapa yang merengkuh tubuhku tadi? Aku tahu jelas dia adalah seorang lelaki tetapi aku tak sempat melihat wajahnya, merutuki diri sendiri saat ini adalah yang terbaik. Namun, yang pasti aku akan sangat berterima kasih jika bisa bertemu dengannya lagi.
“Hei, kau sudah sadar rupanya” lamunanku buyar seketika oleh pertanyaan Keisha
“Eh, iya Key”
“Hmm, syukurlah. Apa kau sudah merasa baikan? Sudah bisa jalan?”
“Udah kok, semua sudah baik-baik saja” kataku sambil tersenyum “Ke kelas sekarang?” lanjutku
“Nggak ah, nanti aja habis istirahat, sekalian”
Aku hanya mengangguk, mengiyakan ucapan gadis manis ini dan kembali pada dunia yang sempat kutinggalkan tadi. Sementara Keisha melanjutkan tidurnya.~~
KRINGGGG!!!
Bel istirahat sudah berbunyi, aku dan Keisha sekarang sudah berada di kantin, anak itu lagi-lagi memaksaku ke tempat ricuh seperti ini hanya karena aku belum memakan apapun sampai sekarang.“Rin, aku ke toko yang di sana ya, kamu ikut nggak?”
“Nggak deh, aku beli di sini aja”
“Oke bentar ya”
Setelah memesan makanan aku langsung mencari tempat duduk dan menunggu Keisha tiba. Aku menatap sekeliling sambil tersenyum bersyukur semuanya masih baik-baik saja, sampai pada akhirnya pandanganku terpaku pada seorang lelaki tinggi yang berada tepat dalam pandanganku sedang tertawa lepas bersama teman-temannya. Tanpa kusadari aku benar-benar tak bisa membiarkan mataku bergerak sedikitpun apalagi berpaling darinya, sungguh aneh, bahkan aku tidak mengetahui sebabnya.
“Oh, dia Arvind, cowok yang menangkapmu tadi pagi”
“Hehh...” suara Keisha benar-benar mengejutkan dan mebuatku salah tingkah“Oh.. benarkah?”
“Kenapa gugup banget sih haha, seneng dong harusnya ditangkep sama cowok ganteng”
Itulah saat di mana aku benar merasakan jatuh cinta, aku sudah menaruh hati pada Arvind tanpa syarat apapun. Terlihat begitu murahan, tetapi apa kalian berani menjamin bahwa hal ini takkan pernah terjadi dalam diri kalian? Mencintai seseorang adalah masalah hati yang tak dapat ditentukan bahkan oleh diri kalian sendiri, bukan? Lagipula jatuh cinta adalah sebuah tragedi yang sangat menyenangkan, cobalah kalian akan suka! Oh, sebenarnya aku adalah orang yang tak mudah jatuh cinta, tetapi sayangnya kali ini aku menjadi sangat lemah. Mana ada sekarang, seorang gadis muda yang tidak jatuh cinta pada seorang lelaki yang tinggi, tampan dan baik hati? Mustahil.
~~
Jam sudah menunjukkan waktunya untuk pulang, seperti biasa seluruh siswa berhamburan keluar kelas dan memenuhi lorong-lorong sekolah, kebetulan hari ini aku pulang sendirian karena Keisha sedang ada rapat dengan tim ekskul modelingnya. Dia memang sudah dilahirkan untuk menjadi seorang model. Parasnya yang cantik, kulitnya yang putih bersih, tinggi semampai dengan senyumnya yang manis sudah lebih dari cukup untuk membuatnya berhasil. Sedangkan aku? Aku belum mengikuti kegiatan apapun, Keisha sempat mengajakku untuk mencoba menggeluti bidang yang sama dengannya, tetapi itu semua tidak mungkin bagiku dengan keadaan yang seperti ini. Terlepas dari kebingungan yang kuhadapi sekarang aku baru tersadar lorong sekolah sudah semakin sepi, hanya ada aku dan seorang siswa lelaki yang sedang memasang poster di salah satu mading sekolah. Tunggu... siswa lelaki? Kupercepat langkahku karena aku menyadari bahwa dia adalah Arvind. Aku harus mengucapkan terima kasih kepadanya, itu saja.
“P-Permisi.. “ ucapku gugup “Apa benar kamu Arvind? Orang yang menolongku tadi pagi?” lanjutku sedikit lega
“Menolongmu?” jawabnya singkat yang membuatku ssemakin kehilangan akal
“Kau tidak ingat? Aku... aku gadis yang hampir pingsan tadi pagi, eh tidak maksudku sudah pingsan”
“ Ah.. yang itu, apa kau sudah merasa lebih baik?”
“Iya, sudah lebih baik”
“Syukurlah” katanya sambil menjulurkan tangan yang dengan cepat kubalas
“Iya, aku Arvind yang kau harapkan” ucapnya disertai tawa yang membuat wajahku memerah. Apa yang baru saja dikatakannya, Tuhan mengapa lelaki masih saja tidak paham dengan wanita, apa mereka tidak tahu kita bisa saja mengartikan hal yang lain dari kata ”yang kau harapkan”
“Aku Arin, semoga kita bisa berteman baik dan terima kasih sudah menolongku pagi tadi” balasku dengan senyum yang lagi-lagi tak kusadari. Entah menapa aku menemukan kedamaian di sini dan hatiku terasa sangat tenang. Apa aku baru menyadari, bahwa jatuh cinta memang akan sebahagia ini?
“Jadi, sampai kapan kita akan bersalaman? Apa kau tidak mau pulang?” katanya yang berhasil membuatku linglung
“Oh.. m-maaf. Maafkan aku”
Setelah perkenalan yang singkat dan membahagiakan itu, kami pulang bersama. Serius! Ini semua hanya karena rumah kami searah, hanya saja rumah Arvind sedikit lebih jauh dari sekolah. Katanya dia biasa berangkat menggunakan sepeda, tetapi tidak dengan hari ini. Dia membawa motor karena tahu akan pulang lebih lambat. Jadilah kami yang pulang bersama. Terkadang hal yang datang secara tiba-tiba bisa terasa lebih menyenangkan untuk dikenang. Apa kalian pernah merasakan indahnya jatuh cinta yang seperti ini? Rasanya aku begitu bahagia tiap detiknya, benar-benar indah. Tetapi sekali lagi, untuk bagian akhirnya siapa yang tahu?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tidak ada kata yang lebih pantas selain terima kasih sudah menikmati cerita ini, ditunggu kritik dan sarannya agar cerita ini bisa menjadi lebih baik. Sampai jumpa di part berikutnya. Uwu
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Tragedy
Teen Fiction(20.04.19) sebuah daun kering hanya bisa mengikuti apapun yang dihembuskan oleh sang angin, menimbulkan sebuah takdir yang bahkan tak diketahuinya. Entah berakhir mengenaskan atau dibawa sang angin ke tempat yang indah, kita tidak pernah berakhir di...