"Gasp!"
Huh! Huh! Huh! Huh!
Suara nafas berat memenuhi ruangan sepi itu. Terdengar seperti penghuni satu-satunya kamar itu baru saja berlari sangat lama.
Gadis itu perlahan bangkit duduk dan menundukkan kepala.
Ia mengambil nafas dalam-dalam seperti itu hari terakhir ia bernafas. Detak jantungnya berdetak sangat kuat seolah ingin melepaskan diri dari rongga dadanya. Keringat bercucuran deras membasahi punggung dan rambutnya.
Tangan kanannya dengan erat menutupi mata kanannya. Seluruh tubuhnya gemetar hebat.
"Gila." Kata itu adalah kata pertama yang keluar dari bibir pucatnya setelah bangun dari tidurnya.
"Sakitnya sudah hilang tapi masih terasa sangat jelas."
[Name] kemudian mengusap keningnya untuk membersihkan keringat yang hampir menetes turun pada matanya.
Telapak tangannya seketika basah seperti dicelupkan pada air.
Sungguh rasa realistis dalam mimpinya membuatnya sangat takut.
"Seperti mimpi waktu itu."
Mimpi saat [Fullname] dieksekusi mati di depan semua warga desa juga terasa sangat realistis.
Dia bertanya-tanya kenapa setiap mimpinya terlihat persis seperti kenyataan.
"Ada apa?"
Refleks ia mengangkat kepalanya dengan kaget.
Walau cahaya dalam kamar itu redup, seekor ular kecil bisa terlihat ada diujung ranjang, berselancar mendekat melalui selimut yang menutupi seluruh kakinya.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya [Name] dengan kasar.
"Aku merasakan detak jantungmu yang sangat cepat. Jadi kupikir kau ada dalam bahaya. Jadi aku datang ke sini." Hebi sudah ada tepat di pangkuannya, di atas selimut. "Tapi sepertinya hanya mimpi buruk." Suara ular itu terdengar jengkel.
"Apa-apaan? Kau bisa mendengar suara jantungku?" Tapi suara [Name] terdengar lebih jengkel.
"Bukan mendengar, tapi merasakan."
Gadis itu menukikkan alisnya setelah dikoreksi bukannya menerima jawaban.
Hebi yang melihat itu terkekeh kecil.
"Aku dan kamu seperti satu. Tentu aku bisa merasakannya." Nada suaranya terdengar seperti bercanda, tapi [Name] tahu bahwa ular sialan itu serius.
"Pergi. Aku ingin tidur."
Kembali ia merebahkan tubuhnya.
"Tapi ini sudah jam enam pagi. Bukankah kau ada misi penting? Seperti yang bocah Satoru itu katakan."
"Ah, benar!"
[Name] dengan cepat bergegas bangun dan menuruni ranjang.
"Aduh!"
Tanpa mempedulikan Hebi yang tertimpa selimut yang ia lemparkan dengan panik.
•
"Apa kau cukup tidur?"
[Name] menoleh pada Megumi yang berdiri di sampingnya dengan wajah datar.
"Wajahnya terlihat marah di setiap waktu." Dalam hati ia mengomentari wajah tampan teman sekelas itu.
[Name] membuka mulutnya untuk menjawab, tapi dihentikan oleh suara Yuuji yang datang dari belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐩𝐞𝐚𝐭𝐞𝐝 - 𝐉𝐮𝐣𝐮𝐭𝐬𝐮 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐧 (𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟐) ✓
FantasyTakdir menyedihkan itu kembali terulang. Dosa besar yang ia lakukan di masa lalu tak bisa ia perbaiki. Ia pada akhirnya hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri dan membenci sosok yang pernah ia cintai. Ia harus menebus semua dosa itu di kehidupan sek...