Saat ini Vano sedang berada di halaman depan rumahnya bermain badminton dengan Naya. Padahal ada tempat khusus untuk mereka kalau ingin berolahraga. Namun Naya yang ingin bermain di halaman depan rumah.
Vano berdecak "Kamu bisa main ga si Nay? Kalo ga bisa jangan main badminton. Ganti aja yang gampang bisa kamu lakuin." Ucapnya pada Naya yang sedang berusaha melakukan servis.
"ih abang Vano ko kok nya ga telbang telbang si. Laketnya bolong ya." Mengerutkan dahi sambil mengayunkan raket untuk melakukan servis.
"Lo nya aja cil cil yang ga bisa maen." Gumam Vano tidak di dengar oleh Naya.
Vano pun mengambil raket serta kok yang Naya pegang tadi lalu beralih memberikan bola tendang pada Naya.
"Apaan ni?" Naya mengerutkan dahi sambil mata menatap ke bola yang ia pegang dan juga menatap Vano bergantian.
"Bunga bank. Ya bola lah Nayaaaa." Ucap Vano geram tangan mengarah ke wajah Naya seolah-olah ingin mencakar manusia di depannya ini.
Dibandingkan dengan Naya, Vano lebih menyayangi Lita kakak kandung dari Naya. Karna sifat Lita tidak menyebalkan seperti Naya.
"Maksud Naya tu, apaan ko jadi main bola si bang!?" Naya menatap tajam Vano.
"Naya kan cewe, masa main bola." Sambungnya."Ya emang kenapa? Malah cewe jaman sekarang banyak yang hobi main bola tendang Nay. Sini abang Vano ajarin."
"Ni liat ya abang Vano mainnya kaya gimana."Vano pun memperagakan gerakan bermain bola sepak, seperti menendang dilakukan dengan zig zag serta melakukan gerakan bola yang berada di belakang leher. Ya seperti gerakan yang di lakukan Madun. Mata Naya berbinar saat melihat Vano melakukan dengan lincah.
"Wah kelen!" Heboh Naya.
"Naya mau coba, naya mau coba ih. Siniin abang Vano!" Ucap Naya semangat 45 sembari tangan menengadah supaya Vano mau memberikan bolanya.
"Heleh kaya bisa aja." Vano memberikan bola nya pada Naya.
Naya melakukan yang ia lihat tadi saat Vano memperagakannya.
"Ah susah abang Vano.." Ucap Naya lirih."Usaha lagi dong, terus coba. Pasti bisa,"
"Abang Vano ke dalem dulu mau ambil minum, kamu tunggu sini jangan kemana mana." Sambungnya."Ya.." Ucap Naya sambil menendang nendang bola ke arah tembok.
"Jangan iya iya doang."
"Belisik. Udah sana ambil mimi, Naya haus ni." Ucap Naya sinis.
"Bilang dulu gini 'Abang Vano yang baik hati dan tampan tolong ambilin minum dong' buruan. Baru nanti bang Vano ambilin." Ujar Vano dengan tangan bersidekap dada.
Naya menatap datar Vano "Abang Vano yang baik hati dan tampan tolong ambilin minum dong.. Naya haus ni." Naya menatap Vano seperti ingin memusnahkan makhluk di depannya ini.
Vano tersenyum puas Naya menuruti omongannya "Puas kan! Udah sana pelgi." Usir Naya pada Vano.
"Anak pintar." Ucap Vano sembari mencubit pipi Naya gemas.
Lantas Vano pun masuk ke dalam rumah dan menuju dapur untuk mengambil air minum.
🍒🍒🍒
"Nanti siang nya kita nge mall yuk sa. Gue bosen dirumah terus." Ucap Cesil sembari lari kecil di samping Lyssa.
Saat ini mereka berdua jogging di komplek perumahan Cesil. Jogging di daerah komplek perumahan adalah pilihan yang tepat. Sepi, tenang, dan sejuk yang dirasakan oleh mereka berdua saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANO
Подростковая литератураFollow Dulu sebelum Baca☄🙆 [Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, unsur unsur dan alur cerita seperti cerita orang lain itu adalah KETIDAKSENGAJAAN. Cerita ini murni ide terlintas dari Authornya]. ✍🖎✍🖎 Seorang mahasiswi remaja yang baru saja satu...