Gadis yang hari ini sudah dua kali menjadi sumber pertengkaran itu, jalan-jalan santai menuju kamar mandi. Mengunyah gigitan cokelat terakhir, sebelum akhirnya mengangkat panggilan telepon.
"Hah, kelas gue ada guru?"
"...."
"Santai ae sih, Mba Jen. Gue lagi ke toilet. He'em, iya." Lisa berjalan sambil mengangguk-angguk seperti ayam mainan kuning milik Wawan. Lalu mengantongi telepon di saku rok.
Mari percepat ke waktu dimana Lisa sedang dalam panggilan video Dengan Roje di toilet sekolah.
Teleponnya kembali tersimpan di saku, meski masih tersambung dengan Roje di sana. Sedang merapikan poni, pintu kamar mandi terbuka. Muncul tiga orang cewek perawakan pendek, rok super tinggi dengan riasan di sana-sini. Tipe-tipe anak nakal.
Mereka diam, bergerombol di pintu masuk. Lisa tak berniat mengacuhkan, sampai salah satu dari mereka berkata dengan nada tidak enak. "Oh, jadi dia?"
Dia melirik singkat, namun kembali abai. Ah, paling-paling mereka sedang berjulid orang di sosmed.
"Gak secantik itu."
Lisa berdecih dalam hati, dasar tukang gibah. Berniat tak mengacuhkan, namun satu kalimat membuatnya sadar. Kalau dia lah yang sedang mereka bicarakan. "Gak cocok sih, sama Damian."
Kali ini bukan sekedar lirikan, Lisa terang-terangan memandang. Sepenuhnya menaruh atensi, bersandar di wastafel. Menarik kecil sudut bibirnya. "Kalian ngomongin gue?"
Mereka tersentak, tak sangka kakak kelasnya ini akan merespon blak-blakan.
Lisa pikir, bakal terjadi keributan dramatis ala-ala seperti di novel. Tapi nyatanya, salah satu adik kelas manis itu malah menjawab gelagapan, "Ka-kalo iya, kenapa?!"
Lisa mengangkat sebelah alis bingung. Dia sedang dilabrak kan? Benar ... kan?
Cewek rambut gelombang, yang menyindir tadi nampak lebih tenang dari dua yang lain. Kembali dapat mengendalikan wajah terkejutnya.
"Kakak gak usah sok, deh! Padahal baru duet sekali sama Damian." Cewek ber-name tag Yeremi itu menunjuknya dengan kipas lipat. Wah, ingin sekali Lisa mencakar wajah angkuh itu.
"Oh, fans-nya Dami, toh." Alis Lisa terangkat, lagi. Terkekeh geli. Ketiga adik kelas di depannya saling pandang.
Melangkah dengan berani, telunjuknya menurunkan perlahan kipas lipat tadi. Dia mencondongkan badan, menyeringai tepat di depan muka Yeremi. "Emang gue peduli?" Menunjuk mukanya sendiri, kembali terkekeh.
Saat dua temannya mundur perlahan, Yeremi berusaha tak gentar. Membalas tatapan meremehkan Lisa. "Kakak tuh gak pantes sama Damian!" hardiknya.
Si cewek berponi alias Lisa, bergeming tanpa ekspresi, masih mencondongkan badan. Dia menilik paras imut Yeremi dari ujung ke ujung, berpikir sejenak. Lalu mengangguk-angguk paham.
Yeremi membatin bingung, Nih kakel kenapa, sih. Freak banget.
Namun dari jarak sedekat itu, iris cokelat Lisa terlihat jelas. Dihiasi bulu mata lentik, kakak kelasnya ini ternyata memiliki mata belo yang indah saat dipandang dari dekat. Cantik alami yang jujur saja memikat orang dengan mudahnya, dia yang perempuan sekalipun.
"Hmmm, oke. Jadi gini, Ye-re-mi," ejanya membaca name tag.
"Dengerin baik-baik. Gue sih, gak peduli sama urusan kalian."
Lisa mendengus malas. "Gak urus lo fans-nya kek, pacarnya kek, gak ada sangkut pautnya sama gue."
Dengan raut yang masih datar, tatapannya menajam. Mendekati telinga Yeremi, berbisik rendah, "Tapi kalau lo sekali lagi berani usik gue, lo bakal tau akibatnya, sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blok B
Fanfiction[Lisa ft. Treasure] Kisah harian Mba Lisa si kembang komplek bersama para bujang yang haus belaian kasih sayang. Alias caper!