Kamar Lisa yang kedap suara tak mengizinkan satu frekuensi pun lolos dari tembok yang dipenuhi tempelan poster-poster 2D di tiap bagiannya. Padahal, jalanan komplek yang terbilang semi elite, terutama kawasan blok B tempat tinggal Lisa itu, puncak ramainya menjelang sore seperti sekarang ini.
"Doy, nitip!"
"Ogah, ga ada ongkir."
"Anjing!"
Belum juga pintu teras dia buka, suara-suara yang didominasi oleh cowok-cowok penghuni kostan melewati gendang telinganya. Benar saja, ia disambut dengan pemandangan Idoy nangkring santai di motor Vespa Jae. Entah kemana perginya sang Pemilik, Doy yang melet-melet hampir kena lemparan sandal jepit yang entah punya siapa pula.
"Warung depan doang, anjir! Boba, ga pake lama!" Damian, poni dan kaos putihnya banjir keringat. Kipas portabel Hello Kitty milik Asahi seakan tak ada apa-apanya jika bersaing dengan hawa panas sore ini.
"Wiring dipin diing injir," ejeknya. "Kalo yang lo maksud itu boba depan lapangan Babeh di ujung komplek, pala lo deket, Sarimin!" semprot Doy.
Manik Damian memutar malas. "Kan naik motor, ege."
Mereka berdua masih belum menyadari kehadiran gadis berponi di rumah sebelah. Lisa duduk bertopang dagu bosan. Sudah merelakan uang jajan seminggu demi bisa berlangganan, malah batal maraton anime gara-gara listrik padam. WiFi pun mengucapkan selamat tinggal.
"Lo mau ganggu kencan gue, Dam?" Suara lembut Jaenandra mengudara, si empunya muncul dari balik pintu. Jaket jeans biru dan tas punggung yang bebannya kelihatan lebih berat dari harapan orang tua tersemat di bahu kirinya.
"Kencan sama Doy?" Ia melirik jenaka cowok di motor Vespa yang baru saja mengacungkan jari tengahnya.
"Susi, dong." Balasan singkat Jae mengundang gelak tawa Damian, juga Lisa yang semakin mencondongkan badan. Doy sampai ikut menajamkan pendengaran.Topik mereka makin menarik saja.
"Anak teladan yang pacarannya sama buku pelajaran kayak lo mau kencan?" Damian terkekeh geli. Kalau kutu buku yang merangkap jadi ketos famous macam Yohan, mungkin bisa sedikit dia percaya.
Jaenandra ikut terkekeh kecil. Lagi-lagi, tawa lembut macam mas-mas yang siap cari calon istri itu mengudara, menyusup ke gendang telinga Lisa. Dami belum tahu saja, kalau Jae itu incaran gadis-gadis komplek melebihi dirinya, apalagi di Blok sebelah. Incaran ibu-ibu nyari calon mantu, malah.
"Nah, itu lo tau."
"Apanya?"
"Cewek gue."
Bukan hanya Damian, kerutan di dahi dua orang yang ikut mendengarkan juga tak kalah banyaknya. Bingung sekaligus penasaran akan ucapan Jae selanjutnya.
"Siapa?"
Hening menyelimuti beberapa detik. Jae tersenyum geli, yang entah kenapa sangat ganteng di mata Lisa. Senyum geli yang diikuti elusan dada orang-orang di sana.
"Ya Susi, lah. Susiologi."
***
Sepeninggal Jae dan Doy yang ternyata mau belajar bareng, yang mana sangat tidak cocok bagi orang yang otaknya hanya berisi cewek-cewek macam Idoy, Lisa beranjak dari teras ke kebun belakang. Tak ada lagi yang bisa dilihat selain Damian yang kepanasan, teler kayak bapak-bapak tukang bangunan yang baru pulang. Para penghuni komplek berlalu-lalang, jalan kaki maupun dengan kendaraan. Tidak banyak, mengingat kesibukan mereka sampai bisa tinggal di komplek mewah begini. Ada yang joging, terburu-buru oleh tuntutan pekerjaan, maupun sekadar jalan-jalan biasa.
Sebetulnya, halaman belakang rumah cewek itu berisi bunga warna-warni hasil keringat si Mama. Cuma, gara-gara keseringan jadi lab percobaan tugas sekolah Lisa, berbagai sayuran seperti tomat, kecambah, dan cabai malah ikut nimbrung menghiasi taman bunga Mama Riris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blok B
Fanfiction[Lisa ft. Treasure] Kisah harian Mba Lisa si kembang komplek bersama para bujang yang haus belaian kasih sayang. Alias caper!