"Ahhh capek banget!"Bukan ini Sabtu pagi yang Lisa harapkan.
Gadis yang baru saja menjatuhkan diri ke ranjang itu menghela napas berat. Pagi-pagi buta, dia sudah bergerak ke sana kemari gara-gara tugas dari ibu negara, alias mama Lisa. Melelahkan sekali.
Matahari mulai naik, jam sepuluh pas. Setelah menjadi babu--maksudnya anak perempuan berbakti, ia tak hentinya mengutuk pekerjaan yang membuat tulang-tulang Lisa menjerit kedinginan. Cewek itu berniat menghabiskan libur dengan damai. Dalam artian, maraton anime seharian! Uh, dia sudah membayangkan datangnya hari ini sejak Senin penuh tugas menyapa.
"Mba Lisaaa, Haru berangkat." Pintu coklat itu terbuka, menampilkan sosok adik bungsunya.
Bagi Wahyu Haru Sadewa, pamitan dengan Mba Lisa itu wajib. Tak pernah terlewat. Lisa beranjak bangun kala cowok itu mendekat.
"Cie, adek Mba mau jadi anak basket," godanya. Haru tersenyum senang.
Ketika cowok jangkung itu salim pada sang kakak, Lisa mengacak gemas surai legam Haru. Adik yang paling manja. "Nurut apa kata Bang Ji, banyak-banyak minum air, jangan maksain diri, terus--"
"Lama banget lo, Har!" Terdengar suara Jiun dari luar kamar. Tahu-tahu, sudah bersandar di ambang pintu.
"Heh, jagain Haru. Kalau sampe lecet, awas lo." Dia mengangkat kepalan tangan pada Jiun, yang dari rautnya saja sudah terlihat ingin protes.
"Dih, gini banget lo Mba, sama gue. Yang jagain gue siapa nanti?"
Lisa memutar bola mata, berucap malas, "gue."
"Mba Lisa mau ikut kita?" cecar Haru berbinar.
Duh, Lisa lemah kalau adiknya sudah berharap begitu. Tapi, dia sudah menunggu momen ini seminggu penuh, maraton seharian! Maka cewek yang lebih tua itu dengan telaten merapikan rambut Haru yang diacaknya tadi. "Ngga, Haru nurut sama Bang Ji, ya."
Bahu Haru merosot, binar wajahnya meredup. Lisa jadi tidak enak. Maka dia berdiri, merangkul adik bungsunya. Mengantar ke pintu.
"Nanti malem free gak? Malmingan kuy," ajaknya sembari mengapit leher Haru.
"Gak tau ya, katanya nanti masih ada--"
"Nanti kosong kok, free! Banget malah!" Jiun menyela cepat. Menarik Haru tergesa, mendorongnya keluar. "Jalan dulu ya Mba, si adek laper katanya pengen soto depan sekolah. Dah!"
Lisa menatap heran. Terburu-buru sekali mereka.
•••|||••••|||•••
Oh, shit.
Pantas saja ibu negara ingin Lisa bersih-bersih rumah dari ujung ke ujung, ternyata akan ada arisan. Dan sialnya lagi, si mama tidak bilang apa-apa kemarin. Katanya, "halah, kalau Mama bilang, nanti kamu kabur. Si adek lagi basket. Tega ya kamu, biarin Mama siapin semua sendiri."
Memang drama sekali. Tahu begitu, Lisa ikut Jiun dan Haru saja tadi.
"Mba Lisaaa." Ketukan di pintu rusuh sekali. Agaknya, dia tahu siapa yang bertamu.
Cewek itu membuka pintu, benar saja si kembar sudah berdiri di depan. Muka Wawan sumringah, berbeda dengan si Jevan yang biasa saja, sepertinya mengantuk.
"Apa! Mau minta makan? Maaf rumah Mba bukan rumah amal," seru Lisa galak.
"Eh, suudzon mulu Mba, sama orang ganteng." Jevan menyugar rambutnya. Lisa menyentil dahi cowok kepedean itu. "Dih, keren lo begitu, cil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blok B
Fiksi Penggemar[Lisa ft. Treasure] Kisah harian Mba Lisa si kembang komplek bersama para bujang yang haus belaian kasih sayang. Alias caper!