Kini ruangan bernuansa merah muda itu dikuasai bau bumbu-bumbu renyah makanan ringan. Si pelaku telentang di tengah ranjang, fokus pada drama korea yang awalnya mereka tonton berdua. Sedangkan gadis satunya sibuk mengetik pesan balasan untuk seseorang.
"Rojeeeeh," rengeknya.
Rosella berdehem, tidak mau berpaling dari layar laptop. Mengundang rengekan lebih dari gadis di karpet bulu.
"Apa lagiiii?" jawabnya malas.
Lisa menghela napas berat, berdecak kesal. "Ah, lo mah! Dengerin gueee!"
Dengan rasa malas yang memuncak, gadis yang biasa dipanggil Roje itu mengalihkan atensi sepenuhnya pada Lisa yang telentang di bawah sana. Ia melongok.
"Mas pacar?"
Lisa mendongak dengan wajah tertekuk. "Hina aja gue Jehhh hina teross!" serunya.
Rosella tergelak. Beranjak duduk, kali ini benar-benar meninggalkan layar laptopnya.
"Lo udah pdkt berapa tahun sih, kok masih jalan di tempat mulu perasaan."
Lisa tertegun sejenak. "Baru juga satu tahun," gumamnya.
Lalu mengumpat, terkena lemparan ciki dari ranjang. "Gila, gila. Mana betah gue tanpa kepastian selama itu."
Kalimat terkahir Roje rupanya tepat menusuk ulu hati gadis di bawah sana. Ia semakin menenggelamkan diri, galau.
Namun tiba-tiba saja, Lisa beranjak. Melenggang keluar kamar. Tak berselang lama, kembali dengan beberapa minuman beku.
"Es gue jangan dihabisin, heh!"
Gadis yang bersandar di tepi ranjang itu menatap tak acuh. "Lo kan temen gue, Jeh. Punya lo, punya gue juga."
"Yeee gak gitu konsepnya, Supriii!"
Dirasa tak ada sahutan, Rosella kembali pada laptopnya. Meninggalkan Lisa dengan segala pemikiran kusut di kepalanya. Gadis itu menggenggam ponsel, beberapa kali melirik ragu gadis yang kembali tenggelam dalam dunianya itu.
"Jeh, gue bego ya?"
"Iya," jawabnya spontan.
Membuat dirinya mengaduh karena lemparan bantal kecil.
"Apalagiiiiii duuhh sayangku cintakuuuu!" serunya geregetan.
Tanpa berkata, Lisa menyerahkan ponsel berisi room chat dengan seseorang. Saat Roje membaca dengan saksama, ia melanjutkan, "kadang gue bilang kan, udahan aja. Gue gak kuat dengan dia yang kadang cuek, gak bales chat gue sama sekali."
Lisa menggigit bibir bawahnya. "Tapi-"
"Yaudah, udahan aja," sela Roje.
Lisa berdecak sebal. "Lo gak ngerti Jeehh, dia tuh-"
Penjelasannya kembali disela, kali ini oleh dering ponsel. Terpampang nama sang penelepon, 'Ma Bocil'. Diletakkannya benda pipih itu di samping telinga.
"Dimana Mba?"
***
Mobil yang dikendarai tiga bersaudara kini melaju di antara gemerlapnya lampu jalan. Tentu saja dengan pengemudi, si anak kedua. Sebab hanya Jiun yang bisa menyetir. Si bungsu di kursi sampingnya, serta si sulung yang tak hentinya menggerutu.
Haru berdecak malas. "Udah deh Mba, curhatnya kan bisa besok-besok."
Mendengarnya, Lisa menatap sekilas. Lalu kembali buang muka.
"Nyenyenye, gue pengennya sekarang. Pengennya nginep rumah Rojeh, jadi batal gara-gara lo pada. Lagian mau ngapain si ini, gak penting pake bingit!" gerutunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blok B
Fanfiction[Lisa ft. Treasure] Kisah harian Mba Lisa si kembang komplek bersama para bujang yang haus belaian kasih sayang. Alias caper!