Setelah Mas Denis mengucapkan talak terhadapku, ia pun terduduk lemah dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Aku mengerti jika keputusan ini pun berat untuknya tapi tidak akan pernah membenarkan keputusannya untuk mengakhiri pernikahan ini, terasa nyeri dalam hati, hancur semua rasa cintaku untuk suamiku, ahh ... Aku lupa saat ini statusku dengan Mas Denis hanyalah mantan suami.
Air mataku masih terus mengalir menganak sungai dengan diiringi isakan tangis, biarlah Aku tumpahkan semua sedih dan beban ini melalui air mata, setidaknya akan membuat hati ini merasa sedikit lega, biarlah Aku terlihat rapuh dan terpuruk karena memang nyatanya itu yang terjadi pada diriku.
"Aku akan mengirimkan uang untuk keperluan Danish setiap bulannya sebagai bukti tanggung jawabku sebagai orang tua.”
"Tidak perlu Mas, Aku hanya ingin rumah ini di jual dan hasil penjualan rumah ini kita bagi dua, jadi kamu tidak perlu menafkahi aku dan Danish setiap bulannya."
"Kenapa Amanda? Wajar jika aku menafkahi kalian." tanyanya menatap manik mataku.
"Aku akan keluar dari rumah ini secepatnya, setelah perceraian tidak ada keterikatan maupun hubungan komunikasi apa pun antara kita sekali pun itu mengenai Danish yang hadir di pernikahan kita."
Mendengar ucapanku, Mas Denis terlihat kecewa dan marah dengan wajah memerah dikulitnya yang putih.
"Apa maksudmu Amanda? Setelah bercerai mana mungkin aku sama sekali tidak mengingat kalian yang telah hadir dikehidupanku, hah?! Jelaskan maksudmu!" Hardik Mas Denis.
Baru kali ini aku melihat ia terlihat marah, selama ini ia sangat lembut, sabar dan pengertian, dalam permasalahan apa pun ia akan tetap terlihat tenang.
Aku tidak menjawab bahkan mengacuhkan dirinya, sengaja aku meminta sehari ia menjadi sosok Papa bagi Danish sebelum perceraian terjadi.
Aku ingin menyadarkan ia bahwa sesungguhnya ada rasa sayang untuk anak kami. Namun, ia tetap menuruti keinginan Ibu, biarlah itu adalah pilihan hidupnya, saat ini fokusku hanya menenangkan diri agar tangisanku terhenti supaya tidak menggangu tidur malaikat kecilku.
Mas Denis mengambil Danish dari dekapanku, dan meletakkannya di ranjang, setelahnya ia menghadapkan tubuhku, mendorong kasar tubuh ini tanpa diduga ia melumat bibir ini kasar hingga terasa sakit, refleks Aku mendorongnya dengan sisa tenaga yang kumiliki.
"Jangan lakukan itu padaku, kita sudah bukan suami istri! Jangan jadikan Aku wanita kotor yang bisa kamu sentuh, status kita sudah berubah, ingat itu!"
Tanpa menunggu jawaban, aku mendorong tubuhnya hingga luar pintu kamar, dan mengunci kamar, dengan isakan tangis, saat ini benar-benar rapuh dan terpuruk.
Bergegas meraih ponsel untuk memesan taksi online, aku sudah merapihkan dari semalam semua barang yang akan di bawa dari rumah ini.
Semalam aku sudah memikirkan apa saja yang akan dilakukan untuk melanjutkan hidupku bersama malaikat kecilku. Setelah semua rapih, aku bergegas menuruni tangga dengan menggendong Danish dan menarik koper. Mas Denis langsung berjalan cepat menghampiriku.
"Aku sudah menyiapkan mobil agar kita mendampingi Danish operasi ROP siang ini." Ia berucap tenang melupakan kejadian ketika ia mencuri ciuman pada mantan istri yang baru ditalaknya.
"Tidak perlu Mas, ini nomor telepon kuasa hukum yang aku tunjuk untuk menangani proses cerai juga hasil penjualan rumah kita nantinya, terimakasih atas semua kebaikan yang pernah Mas lakukan padaku selama kita menikah."
Mata ini mulai berkaca-kaca, menahan agar air mata tidak menerobos keluar, berusaha tegar saat ini, aku harus kuat demi anakku, meski harus mengumpulkan serpihan hati yang sudah hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Usai Talak
RomanceVirus TORCH dianggap remeh, padahal sudah selayaknya diketahui oleh banyak wanita yang akan atau sudah berstatus seorang Ibu. Dokter memastikan bahwa seorang bayi bernama Atma yang baru dilahirkan terkena ROP (Retina Of Prematurity), terancam tidak...