Tring....pesan masuk pada ponsel ku
"Amanda, Abi sudah mendapatkan donor darah untuk Atma, cepatlah kembali kerumah sakit!" pesan dari Abi membuat hati ini terasa lega, ada seseorang yang berbaik hati menyumbangkan darahnya untuk anakku. Aku dan Gita mengucapkan rasa syukur. Kulajukan mobil yang kukendarai membelah kemacetan ibukota menuju rumah sakit.
"Kapan operasi nya bisa dilakukan Abi?"
"Dua jam lagi, Nak. Abi akan ikut dalam operasi ini, Abi akan melakukan yang terbaik untuk cucu Abi, kalian berdoalah agar semua dipermudah dan juga operasinya berhasil."
"Siapa yang bersedia mendonorkan darahnya untuk Atma bi? Amanda ingin mengucapkan terimakasih padanya."
"Dia teman Abi dan Ummik, Nak." jawab Ummik.
"Bukan hanya teman Abi, anaknya pun ikut mendonorkan darahnya."
"Masyaallah, Alhamdulillah masih ada yang berkenan menolong Atma dengan mendonorkan darahnya."
"Bagaimana dengan Denis nak?" Tanya ummik
"Jangan sebut nama mantan suami Kak Amanda lagi Abi, Gita benci sama mereka." aku hanya bisa diam, memang benar yang dikatakan Gita, jangan menyebut bahkan mengingat mantan suamiku serta mantan ibu mertuaku karena hanya akan mengingat luka hati dan kesedihan. Gita menceritakan semua yang terjadi saat kami berada dirumah keluarga Denis, Abi terlihat murka begitupun Ummik, Aku hanya menunduk dan diam tanpa berkata sepatah katapun.
"Setelah operasi selesai dan kondisi Atma membaik, kamu harus menuruti semua permintaan Abi dan juga Ummik tanpa membantahnya, karena semua yang akan Abi dan Ummik lakukan demi kebaikan mu dan juga masa depan Atma!!!" Ucap Abi dengan tegas menatap wajahku
"Iya Abi." hanya kata itu yang bisa terucap, sungguh aku takut melihat kemarahan Abi setelah mendengar semua cerita Gita.
"Cukup mereka membuang dan menghina kamu dan Atma saat ini, kedepannya tidak ada yang boleh menghina kalian, jika kalian dihina berarti mereka menghina Abi dan Ummik juga."
"Iya Ummik, Abi, apapun akan Amanda lakukan jika menurut Ummik dan Abi baik untuk Amanda dan Atma, percayalah!" Abi pun mengangguk, dan Ummik memelukku, Gita pun tersenyum penuh harapan.
"Amanda ingin menemui pendonor darah yang berbaik hati mendonorkan darahnya untuk Atma."
Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit, tiba di suatu ruangan dimana dua orang sedang memejamkan mata mereka dengan jarum yang menempel dilengan serta darah yang mengalir pada selang, proses pendonoran darah sedang dilakukan saat ini, Aku mengetuk ruangan itu dan mengucapkan salam seraya masuk kedalam ruangan.
"Assalamualaikum Bu, Mas perkenalkan nama saya Amanda, ibu dari seorang anak yang kalian tolong dengan mendonorkan darah kalian, saya datang ingin mengucapkan terimakasih." ucapku lembut sambil menatap wajah mereka. 'seorang wanita seumuran Ummik dan seorang pria mungkin ini anaknya teman Ummik kupikir, pasti wanita ini teman Ummik.' monologku dalam hati.
"Perkenalkan nak, saya Bu Ratri dan ini yang disamping adalah anak ibu, Rama namanya. Nak Amanda jangan sungkan sini duduk dekat ibu!" Aku tersenyum kearah Bu Ratri yang terlihat ramah dan mendekatinya, namun anak Bu Ratri terlihat kaku dan terkesan acuh, ah apa peduliku dengannya, terpenting dia mau mendonorkan darahnya untuk Atma.
"Terimakasih ya Bu, dan mas Rama." kulirik sekilas wajah mas Rama, namun terdengar suara kekehan kecil dari Bu Ratri, akupun bingung dibuatnya, dan tidak berapa lama Bu Ratri memukul lengan anaknya cukup keras.
"Apa sih Bu." jawabnya ketus.
"Hei kanebo kering jangan buat nak Amanda merasa tidak nyaman dengan sikapmu itu, bicara walaupun hanya sepatah kata dengannya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Usai Talak
RomanceVirus TORCH dianggap remeh, padahal sudah selayaknya diketahui oleh banyak wanita yang akan atau sudah berstatus seorang Ibu. Dokter memastikan bahwa seorang bayi bernama Atma yang baru dilahirkan terkena ROP (Retina Of Prematurity), terancam tidak...