Sembilan

1K 88 1
                                    

"Mas kenalkan ini Amanda, Rama dan juga anaknya, lucu ya mas anaknya, tampan sekali, Aku ingin deh anak yang lucu dan tampan seperti ini jika nanti kita memiliki anak." ucap Vanya bersemangat dengan senyum mengembang, Denis pun mengangguk kaku melihat kearah kami. Seandainya Vanya tahu akulah mantan istri dari Denis dan anak yang ia sebut tampan dan lucu itu anak dari suaminya yang tidak diakui olehnya, masih bisakah ia tersenyum seperti saat ini? Karena akupun lupa caranya tersenyum ketika berhadapan dengannya sekarang ....

"Nyonya Vanya, tiba giliran anda, silahkan masuk ruangan untuk pengambilan sampel darah." ucap seorang perawat yang keluar dari dalam ruang poliknik.

"Kamu saja yang masuk, Aku menunggu disini." ucap Denis, Vanya pun mengangguk dan masuk kedalam ruangan.

Tiba-tiba Atma menangis, ia mulai merasa mengantuk, Mas Rama memberikan tubuh Atma padaku, namun bukan diam ia malah semakin menangis, akhirnya Mas Rama mengambil kembali tubuh Atma, ia gendong tegak dan menepuk-nepuk punggung Atma.

"Sepertinya Atma haus, coba hangatkan ASIP untuknya." dengan cepat Aku mempersiapkan ASIP untuk diberikan pada Atma, Mas Rama menimang Atma sedangkan Aku yang memegang botol susunya, dilihat dari luar kami seperti orangtua sungguhan untuk Atma, terlebih tawa kami pecah saat Atma merasa sudah kenyang dan menyemburkan susu dari dalam mulutnya mengenai wajahku dan Mas Rama.

"Uhh anak mama jangan iseng, kasian tuh papa Rama wajahnya kena semburan." Aku refleks menyentuh wajah mas Rama dan membersihkan wajahnya, dan panggilan Papa untuk Mas Rama diluar kendaliku, mungkin Aku terbawa perasaan bahagia ketika melihat kedekatan Atma dan Mas Rama, semoga saja Mas Rama tidak mendengar ucapanku ketika aku memanggilnya papa .... Kesibukan Aku dan Mas Rama menenangkan Atma cukup membuat Aku benar-benar lupa bahwa ada mantan suamiku saat ini yang tak lain papa kandung Atma. Aku meliriknya sekilas, ku lihat rahangnya mengeras dan tangan mengepal saat melihat kearah kami, 'apa yang dipikirkannya? Apa ia cemburu melihat kedekatan kami?' Ucapku dalam hati.

Kulihat Denis mendekat kearah kami, akupun terkesiap dengan apapun yang akan ia lakukan.

"Boleh aku menggendong anakku?" Ucapnya, namun bukan Aku yang menjawab

"Kami baru saja menenangkannya, lagi pula dia pilih-pilih jika ingin digendong seseorang terlebih tidak dikenalnya." jawab mas Rama

"Aku Papa kandungnya, apa hak mu melarang ku?" 

"Dia berhak, tanpa pria yang berada disampingku, Aku yakin anakku tidak akan selamat, karena darah yang ia donorkan, anakku bisa menjalani operasi. Kamu berbicara hak, apakah sudah melakukan kewajibanmu sebagai seorang ayah?" Ucapku ketus, ia langsung menarik tanganku dengan paksa, Mas Rama ingin menahanku namun sial saat ini ia tengah menggendong Atma padahal nyaliku menciut melihat ekspresi Denis saat ini dan sikapnya yang terkesan memaksa.

"Lepas!!! Sakit ...." Mungkin pergelangan tanganku saat ini sudah memerah dibuatnya, ia pun akhirnya berhenti di sebuah lorong rumah sakit yang sepi.

"Secepat itu kamu bisa memberikan Papa baru untuk anak kita, dan menggantikan posisiku dengan pria lain, hahh?" Suaranya penuh dengan emosi, Aku berusaha menekan rasa takut, dulu Aku sangat takut dan penurut jika Denis sudah bersikap menekanku seperti ini, tapi itu dulu saat ia menjadi suamiku, dan sekarang sudah berbeda ia hanyalah mantan.

"Kamu pikir Aku dibutakan oleh cinta seorang suami dan papa yang tidak bertanggung jawab sepertimu, percaya dirimu patut diacungi jempol, luar biasa ....apa tidak ada rasa malu? Kemana kamu disaat kami membutuhkanmu, bahkan setetes darah yang Aku butuhkan untuk anakku pun kamu tidak memberikannya hanya karena ingin menikah dengan Vanya!!!" Aku menatap balik tatapan Denis terhadapku "kamu sudah memiliki keluarga baru, dan sebentar lagi mungkin akan memiliki anak dari Vanya, jadi jangan pikirkan kami yang telah kamu buang, pikirkan saja keluarga barumu!"

Usai TalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang