Tujuh

1.1K 76 2
                                    

"Rencana selanjutnya apa Amanda untuk kehidupanmu dan anakmu? Apa yang bisa Kakak bantu untukmu?" Tanya Kak Janu setelah mendengar semua cerita sedih yang kualami.

"Setelah kondisi anakku stabil, Aku berencana kuliah dan membuat usaha Kak, cuma aku bingung harus usaha apa ...."

"Bagaimana kalau kamu ikut Kakak menetap di Australia? Melanjutkan pendidikan dan pengobatan anakmu disana."

"Aku janda dengan satu anak, apa kata orang jika kita terlihat bersama Kak? Pasti banyak anggapan negatif terhadap kita, ckk." usulan Kak Janu langsung ku tolak, Aku tidak ingin dengan status ku saat ini menjadi bahan pergunjingan.

"Yang membuat sulit itu kamu Amanda, tidak ada larangan 'kan seorang pria lajang menikah dengan janda?" Aku dibuat terbelalak oleh ucapan Kak Janu, mudahnya ia mengucap pernikahan, aku melebarkan mataku sebagai tanda protes atas ucapannya

"Maaf jika Aku mengatakannya disaat kondisimu seperti ini, disaat anakmu berjuang dimeja operasi, asal kau tahu Aku bukan tipe pria yang berbelit-belit Amanda, pertimbangkanlah pernikahan kita jika memang kamu menyetujui ikut denganku ke Australia, merajut kebahagiaan dan melupakan kesedihan mu, pikirkan itu! kakak serius dengan ucapan kakak." Aku hanya diam membisu, semua ini terlalu mendadak untukku, pernikahan sebelumnya membuat trauma. Dan trauma itu butuh waktu untuk menyembuhkannya, Aku tidak ingin kegagalan untuk yang kedua kalinya dan prioritas saat ini adalah kesehatan serta kebahagiaan untuk Atma, tak terbersit sedikit pun dalam waktu dekat aku memberikan papa baru untuk Atma.

"Kakak akan mengunjungi anakmu nanti, saat ini kakak harus buru-buru pergi." lanjutnya

"Baiklah Aku paham kalau kakak salah satu orang tersibuk saat ini." Kak Janu pun tersenyum, kami mengakhiri obrolan, bertukar nomor telepon dan memberikan alamatku padanya, Kak Janu pun pamit pergi, Aku masih tetap duduk menghabiskan makanan yang telah ku pesan sebelumnya.

Kulihat Mas Rama mendekat kearah tempatku, ia memicingkan mata dengan tatapan sinis dan begitu dingin, tatapan yang sulit diartikan ....

"Berapa banyak pria yang kau jerat hatinya dengan sikap manismu?"

"Maksud anda apa Mas Rama? Saya tidak mengerti."

"Bahkan ibuku saja jatuh hati akan kelembutan mu." 

"Tolong bicara yang jelas jangan berputar-putar, saya tidak mengerti sama sekali maksud anda"

"Saya rasa tidak perlu dijelaskan maksud perkataan tadi, seharusnya kamu sudah memahaminya! Jangan berpura-pura menjadi wanita baik tapi nyatanya sebaliknya!" Ucapannya sungguh tajam menusuk hati.

"Terserah, anda bebas berpikir apapun tentang saya, walaupun saya seorang janda bukan berarti saya sebagai seorang penggoda hati pria bahkan hati seorang ibu, pikiran anda saja yang terlalu sempit, permisi." akupun menghentikan aktivitas makan ku saat ini, dan berlalu dari hadapan Mas Rama yang aku rasa sangat aneh, kami baru saja berkenalan namun sikapnya seperti tahu semua tentang Aku. Apa mungkin ia mendengar perkataan Kak Janu tentang pernikahan? Tapi apa pedulinya, ia bukan siapa-siapa untukku.

Kulangkahkan kaki ini menuju ruang tunggu operasi, disana terdapat Ummik dan Gita sedang terduduk gelisah menanti operasi Atma yang sudah memakan waktu kurang lebih empat jam, akupun duduk disamping Ummik, kami semua berdoa dalam diam, air mata sudah tidak terlihat diantara kami, semua sudah terlihat kuat menghadapi kondisi saat ini. Beberapa menit setelahnya kulihat Atma diatas brankar tertidur pulas dari dalam ruang operasi, ia pun dibawa ke ruang observasi untuk memantau kondisinya, Abi pun keluar dari dalam ruangan ....

"Bagaimana keadaan Atma, Abi?" Tanyaku

"Alhamdulillah doa kita terkabul, operasi berjalan sukses, begitupun observasi keadaannya pasca operasi tinggal masa pemulihan" aku, Ummik dan Gita mengucap syukur dan berpelukan menetralisir semua rasa khawatir dalam diri kita masing-masing, rasanya lega mendengar penjelasan Abi tentang kondisi Atma.

Usai TalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang