Nggak perlu lari, kamu cuma cukup jalan pelan dan nikmati setiap prosesnya.
Semua mata memandang Aina dengan penuh selidik. Yang dipandang pun diam saja seolah tidak ada apa-apa yang harus diceritakan.
"Kalian kenapa sih?" decak Aina menatap satu persatu temannya.
"Jawab gue, lo pulang sekolah ngapain?" tanya Renjani penuh sanksi.
Yang lainnya pun penasaran, tetapi menunggu Aina yang membuka suara.
"Pulang sekolah ya gue pulanglah, ngapain lagi? Emang ada masalah?"
"Lo tau nggak lo lagi digosipin sama si onoh? Lo lagi nggak pura-pura tau kan?" Mata Renjani memicing, menuntut jawaban dari cewek yang ada di depannya.
Aina tak bereaksi banyak, ia menghela nafas, "iya bener, yang kalian denger dari gosip itu bener, gue pacaran sama Angga." Kata Aina hati-hati. Sebenarnya ia cukup mali mengatakan ini kepada temannya.
Yang lain hanya menganggukkan kepala, tak heran dengan gosip yang beredar, pasalnya akhir-akhir ini Angga memberikan perhatian lebih kepada Aina. Dan Aina pun tak merasa keberatan dengan hal itu.
"Ah gue mau ke toilet, temenin yuk Rin." Sekar meraih tangan Rini.
"Mager gue, sama Renjani aja sono." Titah Rini dan diangguki oleh Renjani, "Ayo."
Di dalam toilet, Sekar termenung. Apa sudah saatnya ia mundur? Mengapa lelaki itu menaruh banyak harapan kepadanya? Sekar tau, Angga memang sebaik itu kepada temannya, dan bodohnya Sekar malah berharap lebih.
Sekar pun tau, Angga menyukai Aina bahkan sebaliknya. Ah perasaan macam apa ini, apa ia harus berhenti berteman dengan Aina untuk memulihkan hatinya? Atau bagaimana. Sekar benar-benar bingung.
Renjani yang sedang bermain ponsel merasa heran, "Kar lama amat lo ngapain si? Bertelor?"
"Bentar Ni gue siram dulu." Teriak Sekar dari dalam toilet.
Pintu toilet terbuka, menunjukkan cengiran khasnya, "ehehe sorry, lama ya? Gue traktir deh."
Mata Renjani berbinar seketika, "bener? Ayo kalo gitu, gue pengin dimsum!"
"Ya nanti dong nyai, belum istirahat woi. Masalah makanan aja lo gercep ye. Ayo. Ah balik kelas."
--------
Thina menyampirkan tasnya di punggung, "besok jadi ke rumah lo kan?" Tanyanya sembari membalikkan badan menghadap Aina.
Fara mengerutkan dahi bingung dan memandang keduanya, "ngapain?"
"Yaelah Fara, lo tu makannya apasih lupa mulu, ya biasalah ngerjain tugas bareng, emang apa lagi?" Kata Aina
KAMU SEDANG MEMBACA
ABU-ABU
Teen FictionIni bukan kisah tentang badboy, coolboy maupun playboy. Ini juga bukan kisah tentang sekolah favorit maupun elit. Ini hanya kisah sederhana yang tidak melulu soal cinta. Tidak putih tidak juga hitam. Tetapi abu-abu. Gadis penyuka warna abu-abu yang...