Jangan lupa vote dulu ya.
Tandain juga kalo ada typo.Titip salam untukmu yang tak pernah absen dari dalam pikiranku.
Sebuah kertas berbentuk pesawat melayang di udara dan mengenai kepala salah satu gadis. Gadis yang kepalanya terkena lemparan kertas mencari siapa pelakunya. Terdengar banyak sorakan dari area belakang. Gadis itupun menghampirinya.Tidak salah lagi, sudah pasti Aji lah penyebab semua kekacauan ini. "Lo jadi pacar gue! Yee hahaha."
Gadis yang ditunjuk oleh Aji menjewer telinga Aji sembari berteriak, "GUE NGGAK MAU JADI PACAR LO! DASAR BOCAH!"
"Lah kan emang peraturannya gitu," jawabnya dengan tatapan polos.
Gadis itu menggeram tertahan dengan wajah memerah padam. "Udahlah Rin, terima aja. Aji udah pas kok, cuma kurang satu aja." Darrel yang berdiri didekatnya menyahut.
"Kurang apa Rel?"
"Kurang segalanya!"
Lagi dan lagi gelakan tawa terdengar diseluruh penjuru kelas ini. Sehari saja, mereka tak diberi kesempatan untuk kalem. Ada saja kelakuan absurd yang mereka ciptakan.
"Sialan lo semua." maki Aji yang sedari tadi menjadi bahan olokan. Memang ya, Aji tuh tampangnya tampang minta diolok.
Tak lama, beberapa perwakilan pengurus OSIS datang memasuki kelas 11 IPA 2 untuk dimintai sumbangan.
Lantas, mereka berjalan menuju meja masing-masing. Sementara itu, para pengurus OSIS berdiri di hadapan mereka. Satu diantaranya mewakili untuk berbicara.
"Saya awali, assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh." ucap salam terdengar dari salah satu anggota tersebut.
"Wa'alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh." sahut mereka.
"Maaf, sudah mengganggu waktu belajar kalian. Kami selaku pengurus OSIS, ingin memintai sumbangan untuk keperluan lain yang ada di luar sekolah."
"Perasaan kemaren udah ngasih sumbangan dah. Kok ini dimintain lagi. Dikira uang saku gue sebanyak apa!" protes Aji kepada temannya.
"Kemaren kan infak goblo! Yang ini sumbangan, nggak tiap minggu ada, paling kalo ada keperluan doang." balas Ganen.
"Tapi kan kita tiap bulan bayar––"
"Protes mulu lu elah," tangan Athar meraup wajah Aji yang dari tadi nggak mau diam.
"Lo mau nyumbang nggak? Cepet, gue sibuk nih," salah satu dari pengurus OSIS—Citra menghampiri mereka dan langsung menyodorkan kotak yang bertuliskan SUMBANGAN.
"Buset dah, sok sibuk lo Ci, biasa juga rebahan sambil mainan HP. Kalo nggak ya tidur."
"Lah iya, kemaren Cici tidur di rumah gue bareng Kakak gue tuh yang baru pulang liburan dari Semarang. Abis curhat lama banget, terus nonton drakor sampe mewek-mewek najis. Eh dilanjut tidur." ujar Aji yang memang tetanggaan dengan Citra dan teman dari sang Kakak.
"Apasih lo ember bocor! Cepet! Gue mau muter lagi nih!"
"Karena yang memintai sumbangan adalah Citra alias Cici, jadi gue nyumbang yang banyak nih!" Darrel mengulurlan selembar uang.
"Nih! Kembali, mau buat jajan kuaci," berikutnya Athar yang mengulurkan selembar uang.
"Eh sama gue tuh, jadi dua ya Ci." Aji menunjuk uang yang diberikan Athar.
"Apaan! Nggak!""Udah biarin aja Thar, paling besok-besok juga utang lagi." Davin menyahut sembari memberikan uang pada Citra.
Setelah semua memberikan sumbangan, para pengurun OSIS mengucap terimakasih dan pamit mengundurkan diri. Namun, Athar yang dari tadi kayak nggak punya semangat hidup, jadilah Aji mengajaknya pergi ke kantin dan diikuti yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABU-ABU
Teen FictionIni bukan kisah tentang badboy, coolboy maupun playboy. Ini juga bukan kisah tentang sekolah favorit maupun elit. Ini hanya kisah sederhana yang tidak melulu soal cinta. Tidak putih tidak juga hitam. Tetapi abu-abu. Gadis penyuka warna abu-abu yang...