Sebelum baca minta votenya dulu dong hehe.
Tidak semua yang kita anggap benar dianggap baik oleh orang lain.
Angga yang ditanya seperti itu hanya memasang wajah polosnya, "Nggak kenapa-napa," ucapnya tenang sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.Ganen mengernyitkan dahinya curiga, "Kok gue mencium bau samting ya? Lagi butuh penyemangat ya lo? Ngaku lo!" serang Ganen menunjuk-nunjukkan jarinya di depan Angga.
"Nggak. Apaansi."
"Udahlah Nen, diemin. Kalo ada apa-apa juga bakal ngomong ke kita-kita. Dia lagi gengsi aja, lagi naksir cewek kali." Athar menengahi keduanya, namun tetap saha mengompori Angga dengan omongannya.
Aji langsung menoleh ke samping, "WAH IYA, NGGA? SIAPA? RENJANI? RINI? AINA? APA SEKAR? EHH NGGAK NGGAK NGGAK. KAYAKNYA MBAK WENI YANG DAGANG SEBLAK?! WAH NGGAK BISA DIBIRAIN NIH. MAU NIKUNG GUE LO?!" tuduh Aji kesetanan.
Kelas mendadak hening. Semua orang menatapnya nyalang. Pasalnya ya, Aji tuh mulutnya kayak cewek, berisik banget, banyak omong. Ngegasan pula. Gimana nggak gedeg?
Aji berdehem untuk memulihkan keadaan. Niat hati selalu ingin terlihat cool. Namun, apa daya bila sudah kelewatan, ya kebablasan.
Terlihat seseorang berjalan dari pintu menuju meja guru. Yang artinya memang guru. Pelajaran akan segera dimulai. Mereka kini kenuju tempat masing-masing.
--------
Fara menatap setumpukan buku yang tadi kelasnya pinjam dari perpustakaan. Ia mengedarkan pandangannya menatap sekeliling. Kini matanya tertuju pada segerombolan anak cowok.
Ia melangkahkan kakinya menuju gerombolan tersebut. Kini Fara sudah ada di hadapan para anak cowok. Mereka mendongak memandangnya penuh tanya.
"Fery balikin buku ke perpus," ucapnya tenang sembari melipat tangannya di depan dada.
"Lah kok gue?"
Fara memutar bola matanya malas, "Ya karena lo yang piket!" sentak gadis itu. Jika berharap ada kisah seorang gadis yang lembut dan polos, bukan di sini jawabannya. Di sini kandangnya macan betina.
Fery yang merasa dirinya dipojokkan pun berdiri menatap Fara yang mendongak menatapnya. "Apa buktinya?" tanya Fery dengan tenang yang membuat Fara menelan ludahnya.
Fara menatap ke pojokan kelas yang di mana terletak susunan organisasi dan sebagainya. "UTARI! CEK SIAPA YANG PIKET HARI INI!" pinta Fara.
Utari yang merasa dirinya disuruh pun melakukannya. "DANI, FERY, MAYA, RISA, SAMA GENDIS!" teriak gadis itu sembari berlari menuju keberadaan Fara.
"Berhubung Dani nggak berangkat, jadi lo sendirian yang balikin. Kalo Maya, Risa sama Gendiskan cewek, nggak dibolehin sama wali kelas."
"Ck, ya ditemenin siapa kek. Masa gue sendirian malu euy."
"Dih! Cowok bukan?" decih Utari.
"Wah nggak percaya dia. Tunjukin Fer!" tantang Aji yang yang ikut berdiri.
Fara melotot dengan apa yang dikatakan Aji. "APA LO! GUE NGGAK NGOMONG SAMA LO?!" cerca Fara yang masih menunjukkan pelototan matanya yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABU-ABU
Teen FictionIni bukan kisah tentang badboy, coolboy maupun playboy. Ini juga bukan kisah tentang sekolah favorit maupun elit. Ini hanya kisah sederhana yang tidak melulu soal cinta. Tidak putih tidak juga hitam. Tetapi abu-abu. Gadis penyuka warna abu-abu yang...