Part 1

2.7K 151 25
                                    

Deana berjalan cepat sambil menenteng koper dan ransel nya, ia melambaikan tangan kepada teman-temannya yang masih berjalan pelan di belakang. Kenapa ketika teman itu begitu lelet, Deana sangat bersemangat sekali. Ia sangat merindukan tanah kelahirannya ini, dan hari ini, ia akan memberikan kejutan pada keluarganya.

"Dea, tunggu." Irene yang kewalahan menenteng koper besarnya mengejar Deana. Arion temannya yang satunya, hanya melangkah santai tanpa mempedulikan perdebatan dua wanita itu, sedangkan Lidya hanya tersenyum kecil sambil terus mengikuti mereka.

Deana menatap bangga pada Lamborghini Aventador merah yang baru saja ia beli kemarin dan langsung ia datangkan ke bandara hari ini tanpa sepengetahuan keluarganya. Toh ini uangnya sendiri, jadi ia bebas membeli apa saja. Selama ini Ayahnya memang masih mengontrol keuangannya, tapi memberikan kebebasan pada Dea asal tidak keterlaluan.

"Kalian pulang duluan saja. Aku akan berjalan-jalan sebentar menikmati kepulangan ku. Dan aku ingatkan, jangan beritahu keluargaku, ini kejutan. Oke." Irene, Lidya dan Arion hanya mengangguk lelah dengan sikap seenaknya Dea. Gadis itu kaya raya, jadi selalu bersikap seenaknya. Tapi sisi baiknya, ia tidak pernah bertindak merugikan orang lain.

*****

"Yuhuuuuu." Dea bersorak gembira sambil menyetir mobil barunya melewati jalan tol dengan lancar. Rambutnya berantakan tertiup angin karena atap mobilnya yang terbuka. Hari ini ia akan kemakam ayah kandungnya, kemudian ke pantai favoritnya. Pokoknya hari ini ia akan bersenang-senang tanpa gangguin keluarganya, terutama ibunya yang kelewat parno mengkhawatirkannya.

Sesampai di makam ayahnya, ia menaruh bunga dan memegangi nisan Ayahnya. Sungguh terkadang ia begitu merindukan sosok seperti yang digambarkan ibunya. Lelaki sabar dan penyayang yang begitu mencintai keluarganya. Meskipun Ayahnya sekarang pun demikian, entah kenapa rasanya tetap berbeda. Terkadang ia iri pada kak Arfi dan Devano yang bersanding dengan ayah kandung mereka setiap saat. Tapi jauh dilubuk hatinya ia bersyukur, Efran Atmadja tidak pernah membeda-bedakan anak-anaknya, Deana tidak pernah merasa kehilangan sosok seorang Ayah. Ayah Efran benar-benar ayah terhebat.

Setelah cukup menangis dimakan ayahnya, Dea beranjak dan kembali mengendarai mobil barunya menuju pantai favoritnya. Tempatnya memang agak curam, tapi untuk mobil sekelas Lamborghini baru miliknya, itu bukan masalah.

Deana mengendarai mobilnya dengan kencang karena keadaan jalan cukup sepi. Ia bersiul riang dan hati berbinar binar. Ia merindukan keluarga dan tunangannya, terutama ketiga keponakannya yang lucu-lucu. Kakaknya itu rajin sekali membuat anak, seperti beternak ayam saja.

Sejak menderita ditinggalkan istrinya beberapa tahun lalu dan kini menikah kembali, kakaknya itu terus menghamili istrinya setiap tahunnya, terkadang Deana kasian sekali dengan kakak ipar nya itu yang terus saja hamil, bahkan kini kakak ipar nya itu sedang hamil lagi anak keempat mereka.

Ya Tuhaaaan, banyak sekali anaknya, hehehe. Tapi mereka berdua terlihat sangat harmonis dan tentu saja Deana ikut bahagia, ia juga ikut sedih ketika Arfi frustasi dulu. Dan sekarang Deana merindukan mereka semua, tapi liburan tanpa gangguan mereka akan sangat menyenangkan tentunya.

Ditengah keasyikannya mendengarkan musik sambil menyetir, Tiba-tiba ia mendengar suara ponsel nyaring miliknya. Ia mendengus dan menatap layar ponselnya yang terletak dashboard mobilnya. Nama Irene tertera disana. Dea meraih ponselnya dan berniat mengangkat panggilan itu.

Namun ketika ia hendak memencet tombol hijaunya, tanpa sengaja ponselnya terjatuh dan terjepit disela-sela rem mobilnya. Dea bedecak kesal, sementara tangannya meraba-raba ponselnya. Ia sedikit merunduk karena tak juga meraih ponselnya. Setelah berhasil dan ia hendak menekan tombol hijau, wajahnya syok seketika melihat tanjakan curam dihadapannya. Dea segera membanting setir untuk menghindari terjatuh ke jurang. Namun naas karena terlalu kencang berkendara, saat mobilnya menabrak tebing, mobil itu malah mental dan berbalik meluncur tanpa hambatan kejurang yang cukup curam.

Deana setengah tidak sadar ketika dirinya terpental keluar dari mobilnya. Ia lemas dengan darah mengucur dari dahi dan tangannya. Dea hanya menoleh lemas ketika mobil mewahnya meledak dihadapannya. Sedetik kemudian, pandangannya gelap gulita dan ia sudah tidak mengingat apa-apa.

Mistake (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang