Part 4

1.9K 140 16
                                    

PDF ready ya, promo sampai tanggal 7 april, setelahnya harga kembali normal

Irina mulai kelabakan ketika satu minggu ini putrinya tidak bisa dihubungi. Semula ia berpikir kalau putrinya itu akan memberi kejutan perihal kepulangannya, jadi ia setia menanti kepulangan putri satu-satunya itu. Tapi setelah satu minggu ini, Deana tak kunjung memberikan kabar. Ia sudah menghubungi teman-teman Deana yang ia kenal dan tak ada satupun yang tahu keberadaan putrinya. Ia segera menghubungi Efran dan Arfi, lalu terjadilah kehebohan karena Deana benar-benar menghilang. Dava, sang tunangan juga tidak tahu menahu dimana Deana sekarang.

Irina tersedu-sedu dipelukan Selena yang tengah hamil besar anak ke empat mereka. Kini semua anggota keluarga berkumpul untuk membahas hilangnya Deana. Arfi dan Efran bahkan sudah mengerahkan orang-orangnya untuk mencari Deana. Efran yang hendak lapor polisi dihalangi oleh Arfi karena mereka tidak tahu, Deana di Amerika atau di Indonesia, karena orang-orang Arfi menemukan jejak keberangkatan Deana dari Amerika ke Indonesia.

Lalu dimana adiknya itu?

Walaupun niat memberi kejutan seharusnya tidak seperti ini. Ini sudah terlalu lama dan membuat semua orang cemas luar biasa.

"Bagaimana ini mas, Dea bagaimana. Bagaimana kalau terjadi apa-apa padanya mas?" Irina menangis lagi. Selena ikut menitikkan air matanya.

Para pria dirumah itu pun tak kalah kalang kabutnya. Bagaimana bisa seperti ini. Bahkan sejak tadi pagi anak buah mereka belum mendapatkan informasi apapun. Dimana Deana?

***
Renov melirik gadis cantik yang tampak melamun disampingnya sambil menatap kaca mobil. Ia mengalihkan pandangannya dari laptop dipangkuannya kepada gadis cantik yang kini duduk disebelahnya. Mereka kini berada didalam mobil Limousine menuju villa mewah milik Renov didaerah Bogor. Gadis disebelahnya itu sedari tadi hanya melamun dan seperti kehilangan jiwanya. Mungkin karena masih belum mengerti dengan keadaannya saat ini pasca siuman, gadis itu terlihat cukup takut.

Renov mendesah berat kemudian memegang tangan gadis yang cantik bak model internasional itu. Gadis itu menoleh dan seketika mereka bertatapan. Gadis itu tampak kembali kebingungan dan berusaha melepaskan tangannya yang dipegang erat oleh Renov.

"Kau milikku, jangan takut. Aku bukan psikopat yang akan membunuhmu. Aku akan memuja tubuhnya dan memanjakanmu. Kau sangat cantik Eva, aku benar-benar tidak rugi membawamu kesini." Eva bergidik ngeri mendengarnya, namun karena ketakutan, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya pasrah saat pria itu turun dari mobil Limousine dan dan menuntunnya menuju villa yang sangat mewah dan terletak ditempat yang cukup rindang. Pagar besar mengelilingi tempat itu hingga terasa seperti didalam penjara.

Eva semakin takut kala masuk kedalam villa bernuansa dark yang cukup elegan. Suasana diluar yang rindang bertolak belakang dengan suasana didalam yang terkesan misterius. Namun karena kebingungan dan tidak tahu apa-apa, Eva tidak mengatakan apapun dan hanya menurut saja kemana Renov membawanya.

"Kita akan tinggal disini selama seminggu. Aku ingin berlibur dan menyegarkan pikiranku. Dan tentu saja, aku juga ingin memuaskan hasratku. Disini tempat yang cukup nyaman dan tentu saja tidak ada yang berani mengganggu kesenangan kita berdua. Kau pasti betah disini, kau hanya tinggal bicara pada pelayan apa yang kau butuhkan. Kau tidak perlu repot-repot kemanapun. Kau cukup disini dan memuaskanku." Perkataan terakhir Renov diiringi ciuman bibir yang mendadak membuat Eva terdiam seketika. Ia mematung saat Renov melumat bibirnya dan membelitkan lidahnya pada lidah Eva.

Ciuman panjang itu berakhir ketika Renov merasa wanita itu seakan kehabisan nafas. Ia mengusap bibirnya dengan ibu jarinya kemudian memandang Eva yang terengah-engah akibat ciumannya tadi. Pipi gadis itu memerah menahan malu seperti baru saja berciuman untuk pertama kali. Renov memaklumi, hilang ingatan pasti membuat gadis itu lupa segalanya tentang masa lalunya.

"Ayo, kutunjukkan kamar kita." Renov menuntun Eva yang hanya menurut pasrah saat ia melangkah menuju kamar tidur mereka nanti. Kamar yang akan ia gunakan untuk ritual kenikmatan yang sejak tadi begitu ia dambakan.

"Disini, ini kamar tidur kita. Kita akan tidur satu kamar. Kau mengerti?" Eva mengangguk takut dan Renov tersenyum puas. Madam Rose benar-benar memberikan barang terbaiknya kali ini. Gadis ini sangat cantik dan terlihat cukup terawat. Dilihat-lihat lebih jeli, ia seperti pernah melihatnya, tetapi entah dimana.

Renov mengenyahkan segala pikiran tidak pentingnya tentang siapa sebenarnya gadis cantik yang saat ini sudah menjadi miliknya. Persetan siapa sebenarnya dia. Yang jelas, sekarang ia menginginkan gadis ini berada di ranjangnya dan takluk dibawah kuasanya. Pasti nikmat membayangkan gadis yang masih perawan dengan tinggi bak model yang begitu menggairahkan terlentang pasrah dibawahnya. Atau mungkin, ia membayangkan gadis itu berguncang diatasnya dengan payudaranya yang terlihat besar dan penuh. Mungkin akan tumpah digenggamannya.

Tubuh Renov menegang seketika membayang semua itu. Ia menggeram lirih dan tanpa basa-basi menyeret tangan Eva kemudian menghimpit tubuh gadis itu ketembok dan segera melumat kembali bibir Eva dengan ganas. Eva yang kebingungan hanya terdiam ketika Renov menerkam bibirnya hingga membengkak.

Renov menghentikan ciuman mereka kemudian memandangi Eva intens. Tubuhnya semakin tegang kalau melihat rona merah dipipi gadis itu yang membuatnya tampak semakin menggemaskan. Renov membuka kancing kemejanya satu persatu dan membuat gadis itu membulatkan matanya. Setelah bertelanjang dada Renov meraih tungkai Eva, kemudian membawanya keranjang besarnya.

Mistake (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang