"Jadi Beginilah Asal Mula Ketidaknyamanan"
°°°°
Aku berdiam di balik rak makanan ringan, sementara Gil pergi menukar uangnya entah dengan apa. Mungkin sebuah apel hijau, atau kacang kenari kesukaannya.
Hari itu swalayan lebih riuh disebabkan para pengendara motor yang berteduh dari hujan. Gil tahu aku benci keramaian, tetapi perutnya adalah prioritas.
"Sudah? Ayo keluar," ajakku ketus.
Langkah kaki Gil ternyata bukan ke pintu, melainkan dispenser listrik. Kemudian dia mengeluarkan barang dari kantong belanjaannya. Dua cup mie instan.
"Aku lapar, makan dulu."
Gil tidak dapat membaca ketidaknyamanan dari tatapanku. Atau mungkin dia sengaja melanggar zona nyamanku karena aku memaksa untuk tinggal.
Aku menarik lengan sweater-nya hingga melar. "Gil, kau gila? Kau bisa makan di rumah."
Dia tetap menyeduh mie seolah tidak terjadi apa-apa.
"Gil, aku bilang kau bisa makan di rumah!"
Gil menoleh sejenak. "Kau tidak punya rumah, kan? Inilah yang orang tidak punya rumah lakukan."
Jadi beginilah ketidaknyamanan dimulai. Gil untuk Gila.
28.8.20'
KAMU SEDANG MEMBACA
GIL
General Fiction"Jadi bagaimana? Pulang atau tidur di tempatku lagi?" Di luar hujan turun begitu deras, tetapi suara Gil terdengar sangat dalam. Gil terdiam sejenak, tak mendapat jawaban. "Pulanglah, kau bukan gelandangan. Kau terlalu tua untuk membuat orang tuamu...