"Waktu Tidak Bisa Kembali Ke Pangkal Hari."
°°°°
"Tidak apa-apa. Aku melakukan sesuatu yang benar."
Adalah mantra penenang setiap kali aku menyesali perkataan yang dimuntahkan dari mulut ini. Aku selalu meyakini bahwa diriku sungguh bisa berpijak pada ucapan sendiri. Namun, kerap kali hatiku terasa berat setelahnya.
Andai otakku berpikir ribuan kali sebelum berbicara.
Andai mulutku memilih diam saja seperti biasanya.
Andai ... aku tidak begitu bangga dengan egoku untuk menang.
Malam itu, mantra penenang yang selalu kugunakan tidak berpengaruh sama sekali. Sepanjang malam kuhabiskan dengan mengutuk diri atas perkataanku pada Tuan Mahesa—ayahku.
Perkataan yang bahkan tidak bisa kutarik kembali meskipun ingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIL
General Fiction"Jadi bagaimana? Pulang atau tidur di tempatku lagi?" Di luar hujan turun begitu deras, tetapi suara Gil terdengar sangat dalam. Gil terdiam sejenak, tak mendapat jawaban. "Pulanglah, kau bukan gelandangan. Kau terlalu tua untuk membuat orang tuamu...