Sarung penidur

7 0 0
                                    

Sudah sejak lama, engkau tertidur pulas dipangkuan ku, kakiku memang empuk serasa bantal bagimu, dan itu sedikit membuatku bersedih, melihat wajahmu yang ternyata telah pucat.
Sarung penidur ku sedang kesepian, siapa yang hendak memakainya? Kakek tua renta didepan sana yang juga sudah siap menemui ajalnya? Hanya kamu yang dapat memakainya.

Ketika sakaratul maut tiba, mataku berbalik melihat jendela, ada sedikit cahaya indah, menenangkan dunia dan diri yang sudah siap menangis sekencang-kencangnya.
Aku melihat tubuh itu memati, lalu terdiam membisu tanpa suara, mata menutup, aku malah menutup mulut masih kupikir mimpi, padahal mimpi baru saja selesai.

Yasudah, takdir dia yang tau, aku sendiri hanya buku yang sedang lapuk dan menunggu waktu untuk di daur ulang lagi perasannya, mencari pembaca setia lain di rak buku tua bersama laba-laba.
Bagaimana kabar sarung itu? Sudah tiada, ia tak lagi ini bergerak

Pernah Menjadi Lautan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang