12

683 72 5
                                    

Hujan deras sudah berhenti namun langit masih tampak mendung disertai rintik-rintik hujan, melihat itu Jeno dan Jaemin berinisiatif mengambil payung untuk memayungi Lia dan Karina sepanjang jalan menuju House.

"Hyunjin, tungguin gue woy!" Terdengar suara Ryujin yang protes karena Hyunjin melarikan diri membawa payung untuk memayungi dirinya sendiri.

"Siapa suruh lo lama." Balas Hyunjin.

"Sini cepet, dingin tau! Mana gerimis lagi." Kata Ryujin.

Hyunjin dengan malas kembali mendekat pada Ryujin kemudian memayunginya kembali, "Gerimis doang dingin." Cibirnya.

"Sejak kapan lo berdua deket?" Tanya Lia.

"Gue sebenarnya gak sudi deket-deket sama dia, tapinya dianya yang mau temenan sama gue." Sinis Ryujin membuat Hyunjin hanya memutar matanya malas.

Beberapa langkah mereka berjalan terdengar lagi suara lainnya.

"Sini payungnya gue yang bawa." Suara Winter terdengar dengan intonasi sangat datar. Sementara Sungchan lagi-lagi hanya manggut-manggut saja dan membiarkan Winter merebut payungnya, dia tidak mau memperburuk keadaan dengan mengatakan sesuatu yang lain.

"Galak amat sama mantan sendiri." Kata Ryujin saat Winter berjalan di sebelahnya.

"Diem lo." Sinis Winter menanggapi.

Ryujin hanya tertawa sebelum mendekat pada sahabatnya itu dan membisikan sesuatu yang membuat Winter ingin memukulnya saat itu juga.

"Galak-galak tapi diem-diem masih sayang kan?" Itulah bisikan setan dari Ryujin.

Winter tidak menanggapinya dan memilih untuk berjalan lebih cepat menuju House, meninggalkan mereka di belakangnya, dan melupakan Sungchan yang masih setia mengekorinya meski kepala dan bajunya mulai basah terkena air hujan.

Sesaat setelah mereka semua terkumpul di House. Ada sesuatu yang terjadi, Giselle tiba-tiba saja terlihat pucat dan lemas.

"Kak Gi, gapapa kan? Mukanya pucat banget." Chaeryeong berucap khawatir.

Giselle hanya mengangguk sebagai jawaban, ketika ia ingin membuka mulutnya untuk berbicara sesuatu di dalam perutnya serasa ingin keluar. Giselle pun segera lari ke toilet dan memuntahkan isi perutnya di sana.

Teman-temannya kaget dan langsung lari menyusulnya. Lia dengan sigap langsung memijit tengkuknya sementara Karina mengikat rambut Giselle agar tidak mengganggunya.

"Gi, lo kenapa?" Tanya Karina.

Giselle tidak menjawab dan hanya menggeleng lemah.

"KAK YUTA GAK MUNGKIN NGEHAMILIN KAK GISELLE KAN?!" Teriak Chenle kaget dengan pemikirannya sendiri.

Semua langsung melihat ke arah Yuta, yahh memang iya sih mereka ditinggal berdua doang di rumah Giselle.

"ANJIR LO NGIRA GUE COWOK MACAM APA?!" Yuta ikutan teriak membalas Chenle, emosi lah dia masa tiba-tiba dituduh gitu padahal mereka aja baru kenalan hari ini.

PUK!

Satu hadiah toyoran diberikan oleh Chaeryeong pada Chenle.

"LO GAK USAH NGADI-NGADI!" Chaeryeong ikutan ngegas menanggapi pemikiran gila sahabatnya itu.

"Lagian kalo mereka emang gituan tadi gak mungkin juga kak Giselle langsung hamil sekarang." Tambahnya. Ternyata pikirannya sama aja, sama-sama ngeselin.

"KITA GAK NGAPA-NGAPAIN! SUMPAH!" Yuta benar-benar ingin menendang pikiran laknat mereka itu jauh-jauh.

Padahal tadi dia dengan baik hatinya memasakkan Giselle makanan bisa-bisanya sekarang dituduh begini. Kalau saja Giselle sedang tidak muntah-muntah dia juga pasti sudah ngomel-ngomel pada mereka karena menuduh yang tidak-tidak.

ELITZ || AETZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang