19

514 58 2
                                    

Pagi itu Karina dan Jeno memutuskan untuk mencari makanan apa saja di minimarket terdekat karena hotel yang mereka tempati tidak memiliki restoran.

Di tengah jalan, insting Karina kembali aktif akibat kejadian kemarin. Ia merasakan ada seseorang yang mengikuti mereka semenjak keluar dari hotel. Dugaannya terbukti benar saat dia melirik sekilas ke belakang, ada seseorang di belakang mereka, ia mengenakan topi, jaket, dan gerak-geriknya mencurigakan.

Demi Tuhan ini masih pagi dan ada saja yang terjadi, tidak bisakah mereka sarapan dengan tenang?

Karina tersentak karena aksi tiba-tiba Jeno yang merangkul pundaknya. Ia memandang cowok itu dengan pandangan bertanya-tanya.

“Tenang aja.” Kata Jeno seolah mengerti apa yang menjadi kekhawatiran Karina.

Ketika mereka berdua mempercepat langkah, orang itu juga mempercepat langkahnya. Karina makin tegang, entah apa yang akan terjadi selanjutnya.

Guk! Guk! Guk!

Seekor anjing tiba-tiba muncul dan menghadang orang yang mengikuti mereka. Jeno dan Karina bingung, itu anjing yang membantu mereka kemarin.

Guk! Guk! Grrrrr… GUK! GUK!

Anjing itu menggeram dengan gonggongan yang semakin ganas, seakan ia marah pada orang itu. Orang asing tersebut sedikit takut melihatnya. Anjing itu bertubuh besar dan terlihat kuat, jika dia menerkam sudah jelas targetnya akan jatuh tak berdaya.

GUK! GUK!

Anjing itu semakin marah karena orang itu tak kunjung pergi, gonggongannya juga semakin menggelegar. Anjing itu merendahkan kepalanya, menatap marah orang itu, dan seperti bersiap mengambil posisi menerkam. Orang itu sepertinya takut dan langsung saja putar arah untuk pergi sebelum benar-benar diterkam.

Karina bernafas lega. Ia dan Jeno mengalihkan pandangan kepada anjing yang sejak kemarin sudah menolong mereka itu.

 Ia dan Jeno mengalihkan pandangan kepada anjing yang sejak kemarin sudah menolong mereka itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wajah anjing itu yang sebelumnya tampak galak kini berubah jadi sedikit lebih santai. Anjing itu kemudian berjalan mendekati mereka seperti menunjukkan wajah riang, seakan ia bangga berhasil melindungi majikannya.

Saat ia sudah di depan Jeno dan Karina ia duduk dengan lidahnya bergerak-gerak lucu, pandangan polosnya tertuju kepada dua orang itu. Karina memberanikan diri untuk berlutut dan membaca kalung nama milik anjing itu.

“Xander.” Ucapnya membaca nama anjing itu. Nama yang bagus dan jika Karina bisa jujur nama itu lumayan familiar baginya.

Mendengar namanya disebutkan anjing itu langsung ngedusel-dusel di lengan Karina. Gadis itu jadi gemas, tangannya bergerak hati-hati mengelus anjing itu. Jeno yang melihat itu jadi heran, bagaimana mungkin anjing itu tidak melakukan tindakan melindungi diri atau semacamnya? Anjing itu malah terlihat sudah akrab dan nyaman dengan Karina.

“Xander!” Seorang pria paruh baya tampak mendatangi mereka.

Is this your dog, sir?” Tanya Jeno pada pria itu.

ELITZ || AETZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang