Sekali lagi Nagara bukan pacarnya, tapi Kinan kembali membuat jadwal diet seperti rutinitasnya dulu karena tidak ingin pria itu kecewa.
Dimulai dengan pola makan, Kinan harus menyingkirkan aneka macam gorengan, makanan cepat saji dan makanan tinggi karbo. Ia kembali seperti awal saat hubungannya dengan Nagara dimulai, tempatnya hubungan spesial tanpa ikatan yaitu menjaga bentuk tubuh yang ideal.
Kedua, jadwal zumba. Kinan harus mendaftar ulang, ia tidak tahu kapan terakhir kali mengikutinya.
Ketiga jam istirahat yang sering membuatnya lupa sehingga wanita itu sering melampiaskan dengan mengkonsumsi makanan sampai lupa diri, ini berkaitan dengan stres."Lo lihat lemak gue?" berdiri di depan cermin toilet, Kinan meraba pinggangnya. Ia baru membuat jadwal diet, kalau tidak ada halangan akan dimulai minggu depan.
"Lo nyindir gue, Nan?" Nora tidak marah. Dibandingkan dirinya Kinan bukan apa-apa karena tubuhnya lebih subur dibandingkan rekannya itu.
"Sumpah gue nanya, Naga bilang gue gemukan." Kinan mulai berteman dengan cermin, yang lebih percaya pantulan dirinya dibandingkan penilaian orang lain.
"Biasa aja, pas-lah di porsi lo."
"Jujur aja deh Ra, coba perhatiin laher gue." Kinan sedikit mendongak agar Nora bisa melihat dengan teliti gumpalan lemak di lehernya.
"Gue malah lihat tulang selangka!"
Kinan berdecak, dia sendiri bisa melihat sisi kiri dan kanan lehernya yang tertimbun lemak.
"Lo punya banyak kenalan olshop, ada yang rekom susu diet?"
Nora mengangguk. Saking banyaknya, satu merek pun tidak pernah dibeli. Ketimbang konsisten terhadap penampilannya, gadis itu memilih fokus pada deadline karena tidak akan tahan dengan mulut pedas bu Vinci.
"Japri ya, gue mau lihat-lihat dulu."
"Oke."
Sebelum kembali ke meja kerjanya, Kinan memutar sekali lagi di depan cermin dan berakhir dengan elaan nafas menandakan wanita itu tidak puas dengan penampilannya.
Ingin mengajukan permintaan pada Naga, jika boleh tidak bertemu dulu selama dua minggu. Selagi gumpalan lemak ini belum pulang ke asalnya, kepercayaan dirinya menguap. Hanya di depan pria itu.
Baru saja terlintas di benaknya, sebuah pesan masuk dari pria yang sering dipikirkan olehnya.
Gue jemput, keluar jam berapa?
Ini belum 24 jam, rencana dietnya juga belum dilaksanakan tapi pria itu sudah mengajaknya bertemu.
Kinan….
Kinan tidak tahu balasan apa yang harus diketik, mungkin selagi menyelesaikan pekerjaannya ia menemukan ide jadi di dibiarkan pesan dan panggilan masuk dari Nagara.
"Ada naskah baru yang masuk, mau lembur atau habiskan weekend kalian di kantor?"
Lembur? Kinan mengangkat tangannya. Lebih baik lembur dari pada bertemu Naga.
"Tumben, biasanya juga kudu dipaksa!"
"Keberatan aku berubah Bu?" memasang raut teramat sopan, menghadapi bu Vinci harus dengan sikap tenang walaupun beliau sendiri bar-bar.
"Oke, semoga tidak ada padi dibalik rengginang."
Istilah apa itu, kenapa jadi padi sama rengginang?
"Uang dan makan di saat lembur seperti biasa, jangan harap ada penambahan."
Biasanya Kinan mengajukan keberatan, karena dia juga memiliki maksud menerima tugas ini makanya memilih diam.
"Ra, mau kan lembur?"
"Eum."
Paling enak mengajak Nora kemana-mana, rekannya itu tidak terikat dengan satu apapun. Orang tua juga tidak tinggal bersama, pacar memang tidak ada.
"Oke Bu. Kami lembur."
Begitu bu Vinci keluar dari ruangan mereka, Kinan segera membalas pesan Nagara.
Gue lembur, Ga. Sory.
Kinan tidak menunggu balasan pria tersebut, mematikan ponselnya wanita itu kembali fokus ke layar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seutas Rasa
RomanceKinan bukan kekasih Nagara tapi Kinan yang bisa mengerti pria itu. Nagara menganggap Kinan sebagai kebutuhan primernya setelah nasi dan tempat tinggal. Ketika dihadapkan pada keinginan orang tua untuk membawakan calon masing-masing, mereka mulai g...