Pagi Kinan

25K 1.6K 36
                                    

"Bra gue!"

"Cari sendiri."

"Lo nyuruh bangun gue, Ga?" Kinan melempar bantal ke wajah sahabatnya.

"Gue bangun, lo enggak bisa diam!" Kinan berteriak keras.

Pria itu merunduk, melihat ke bawah ranjang mencari benda yang dimaksud oleh Kinan.

"Enggak ada." pria itu lantas bangun, dengan percaya diri melenggang ke kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. 

Sudah jam 08.20 Kinan mengutuk dirinya, dia terlambat lagi. 

Setiap bertemu Nagara akan berakhir seperti ini. Friend with benefit? Apalah itu sebutannya. Yang jelas mereka akan menggila tak peduli waktu dan keadaan karena ranjang tanpa mereka tak akan panas.

Berteman sejak tahu merek softex sampai sekarang. Jangan tanya Kinan dia tidak tahu termasuk jenis apa hubungan mereka karena yang diketahui Kinan adalah dia dan Naga bersahabat.

"Selimut mau dibawain ke mana?"

"Minggir!" Kina menolak tubuh Naga dan gantian masuk ke kamar mandi. Setelah berada di dalam, menggunakan tungkai kaki wanita itu menyeret selimut putih milik empunya apartemen.

Nagara memang Gila, lihatlah dinding kamar mandi yang seluruhnya terpasang cermin. Jangankan dirinya, iblis juga suka dengan pantulan ini.

"Lo mandi apa cebok, Nan?"

Masa bodo. Wanita itu hanya punya waktu sepuluh menit untuk berdandan. Akan seperti apa riasannya? 

"Gue telat, Ga." Kinan mengenakan bra hitam miliknya, tanpa melihat Naga wanita itu mamakai dengan terburu-buru. 

Sial! Eyeliner dan Maskara, pasti enggak sempat gue pakek.

"Berhenti dan bekerja denganku." Naga membantu wanita itu mengancingkan kemeja. 

"Yakin gue enggak kerja, lo boboin tiap hari." lipstik selesai, lanjut pencil alis.

"Kan tetap gue gaji."

"Gue udah nyaman dengan pekerjaan sekarang." Kinan tidak bosan mengatakannya. Cita-citanya menjadi penulis sekarang jadi editor saja dulu, sementara ide amazing terkumpul.

Selesai, wanita itu mengikat rambutnya dengan rapi memamerkan leher jenjang indah miliknya yang telah diklaim oleh Nagara.

"Lo enggak nganterin gue?"

"Taksi udah nungguin lo."

"Oke, gue turun. Bye Naga."

Setengah berlari wanita itu keluar dari apartemen sahabatnya. 

Ini tak terjadi setiap hari. Ada keadaan yang memaksa mereka melakukannya atau dengan suka rela. Imbalannya? Tanyakan Nagara.

Menemani pria itu dari nol hingga menjadi orang sukses seperti saat ini adalah sebuah kebanggaan bagi Kinan. 
Ini bukan tentang rasa hanya hubungan nyaman yang enggan dilepaskan oleh dua orang itu.

"Setiap Kamis kamu terlambat, kamu punya bayi yang membuatmu terjaga sepanjang malam?"

Baru akan masuk sudah dihadang. Bu Vinci, atasannya yang disiplin dan jutek. Walaupun mulutnya pedas melewati level yang ada dia berhati besar. Paling sering marah dan ngomel sepanjang hari tapi punya hati yang baik. Mau gimana lagi, sampai saatnya pulang ia akan mendengar Bu Vinci mengomel. 

"Club?"

Kinan menggeleng.

"Terus?"

"Biasa."

Nora mengembus napas kasar. "Heran gue sama lo----"

"Lo mau ngomelin gue juga?" Kinan menyorot dengan tatapan tajam. Membuka laptop, wanita itu siap bekerja.

"Ada 16 naskah yang masuk." Nora memberitahu rekannya. "Periksa email."

"Eum." 

Ga, gue kesal juga dengerin omelan Bu Vinci. Kalau bisa kita ketemu sore, jadi bsia tidur awal dan enggak kesiangan. Napsu lo bikin gue sekarat.

"Kamu ngetik apa, Kinan?"

"Apa?" tanya Kinan bingung. Melihat tatapan Bagus ke layar laptop, Kinan segera menekan tombol delete.

Mampus, harusnya gue ngetik di hp kenapa malah---"Lo ngapain di sini?"

Bagus tersenyum nakal, laki-laki itu mengedipkan matanya membuat Kinan semakin kesal.

"Laptopku bukan untuk dipandang saja Kinanti Zahara!"

Seutas RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang