Dear.... Part-nya dibagi dengan Karyakarsa ya, jadi bab sebelumnya bisa baca di sana
Akun @ryanimuhammad
Makasih banyak yang udah dukung aku di Karyakarsa ❤️
Vote yang banyak, double up malam ini 💃
💔
"Bagus?"
Parcel lamaran dibuat oleh mama Naga, Kinan ikut membantu gunting pita berwarna putih untuk dijadikan hiasan di pinggir parcel.
"Bagus."
"Sederhana kelihatannya ya." mama Naga menatap takjub pada hasil tangannya.
"Yang penting niat baiknya," kata Kinan jujur.
"Benar, niat Naga sudah baik," timpal tante.
"Aku pamit ya Tan, sudah kesorean."
"Loh, kok buru-buru, tunggu Naga dulu. Kita lihat cincinnya biar enggak penasaran besok."
Ah, Kinan mendesah dalam hati. Ia sudah bersyukur tidak melihat pria itu hari ini.
"Lain kali saja Tante." Kinan hampir lupa. "Besok mungkin saya tidak bisa hadir, ada temu penting dengan penulis."
Raut mama Naga langsung berubah. "Enggak bisa diundur dulu?"
Tidak ada cara selain berbohong, namun ada sedikit trik agar suasana hati mama Naga kembali baik. "Aku usahakan cepat selesai, biar hadir di acara."
Mama Naga mengangguk.
"Assalamualaikum."
Salam dari seseorang tak lain adalah Nagara, pria itu sudah pulang sementara Kinan sudah berpamitan.
"Wa'alaikumsalam."
"Lah baru pulang, Arumi tidak ikut?" mama segera menghampiri putranya. "Untung Kinan belum pergi, lihat cincinnya."
Namanya Arumi? Kinan tidak tahu, selama ini ia hanya tidur bersama pria itu tidak pernah menyinggung wanita yang akan dijadikan istri oleh Naga.
Bukan menjawab, Naga malah melihat Kinan dengan tatapan dingin menelusuri sosok wanita itu.
"Cantik sekali."
Pujian itu benar adanya, cincin berlian itu sungguh menyilaukan mata.
"Bagaimana menurutmu Kinan?" mama Naga kembali ke samping Kinan untuk menanyakan pendapatnya.
Sepertinya batu besar nan runcing mengisi dadanya. "Bagus Tante."
Tatapan kagum mama Naga membahagiakan, tidak dengan Kinan. Seandainya raung hati wanita itu bisa didengarkan mungkin dua orang di hadapannya ikut menangis.
"Ya Allah, Tante hampir lupa, tunggu dulu ya." mengembalikan kotak cincin mama Naga bergegas ke dapur.
Kinan menoleh bingung, apa yang dilupakan Tante?
"Ke mana saja?"
Kinan tidak kuat, tapi memaksakan senyum menghadapi laki-laki di depannya.
"Gue kerja."
Tatapan Naga tajam, amarah jelas terlihat di raut pria itu.
"Satu bulan menghilang, lo pikir gue tidak datang ke kantor? Gue bahkan ngikutin Nora."
Untuk apa lo cari gue? Tanya itu tertahan di tenggorokan, Kinan tidak perlu bertanya karena jawaban Naga tidak akan sesuai ekspektasinya.
"Tante sengaja bikin lebih untuk kamu."
Kinan berdeham dan menyunggingkan senyum menerima sebuah kotak kue dari mama Naga. "Terimakasih, aku pamit dulu Tante." wanita itu mencium tangannya sebelum keluar dari apartemen itu.
"Aku antar Kinan dulu Ma."
"Terimakasih." Kinan tidak ingin merepotkan Naga. "Gue udah pesan taksi."
Karena senyum dan sikap Kinan biasa saja tidak menimbulkan kecurigaan mama Naga.
Naga tidak menyia-nyiakan kesempatan, begitu Kinan keluar dia segera menyusul wanita itu.
Naga berlari mengejar langkah Kinan dan menarik lengannya begitu dekat dengan wanita itu.
"Lo menghindar, kenapa?"
Senyum Kinan masih sama. "Kenapa lo ngerasa gue menghindar?"
"Lo enggak tidur di apart, telepon dan chat gue satupun enggak lo tanggepin dan satu Minggu ini lo enggak kerja, apa itu bukan menghindar?"
Kinan melepaskan genggaman Naga dari lengannya
"Perasaan lo aja, Ga. Gue enggak ke mana-mana. Buktinya begitu ada waktu gue datang."
Naga menggeleng, ia yakin ada yang disembunyikan wanita itu darinya.
"Bilang kenapa, sejak mama datang lo enggak pernah nanggepin gue, lo ngejauhin gue!"
Kinan masih tenang, sedang hati di dalam memberontak karena diikat logika dengan fakta yang sudah jelas.
"Gue sibuk, stress juga kerjaan enggak kelar-kelar." Kinan sudah merasa benar dengan sikapnya.
"Gue ngerasa ada yang lo sembunyiin, sikap lo enggak biasa Nan!"
Teriakan Naga menggema.
"Alasan sibuk dan kerjaan lo pikir gue percaya?!"
Alih-alih marah, Kinan malah sedih dengan keadaan mereka. Kalaupun tidak bisa bersama setidaknya mereka punya kenangan pernah menghabiskan waktu bersama.
Segala gaduh rasa dikendalikan dengan baik ketika wanita itu memeluk laki-laki yang akan segera menikah.
"Selamat atas pertunanganmu. Semoga lo bahagia."
Tidak lama, setelah mengucapkan selamat wanita itu meleraikan pelukannya dan pergi dari hadapan Naga.
Sekali lagi, dia telah memilih dan aku harus pergi. Ini bukan akhir dari segalanya melainkan babak awal untuk ke depannya.
"Cara lo salah!"
Kinan hampir jatuh ketika sebuah tarikan kuat membawanya ke pelukan Naga. Laki-laki itu tidak membiarkannya pergi, koridor sepi, tembok apartemen menjadi saksi ciuman membara Naga pada Kinan. Ia ingin menyampaikan rindu pada wanita yang selama satu bulan ini mengabaikannya, tidak ada yang berubah meski dia akan menikah dan Kinan tidak akan ke mana-mana.
Cara mana yang salah, ia sudah menahan diri agar tidak menghancurkan mimpi pria itu. Bisakah Naga memahaminya, setidaknya untuk sekali ini saja?

KAMU SEDANG MEMBACA
Seutas Rasa
RomanceKinan bukan kekasih Nagara tapi Kinan yang bisa mengerti pria itu. Nagara menganggap Kinan sebagai kebutuhan primernya setelah nasi dan tempat tinggal. Ketika dihadapkan pada keinginan orang tua untuk membawakan calon masing-masing, mereka mulai g...