Batas menunggu

8.9K 679 33
                                        

.

Tidak pernah bertanya kabar Naga karena topik yang yang dibahas oleh ibu setiap menelepon pasti tentangnya. Sedang pesan dari laki-laki itu juga sering masuk pertanda dia masih hidup walau sekadar menanyakan kabar dengan kata-kata yang menjadi badai di hati Kinan.

Masih di kota yang sama, surat resign telah diserahkan Kinan pada bu Vinci. Walaupun tidak terikat kontrak butuh perjuangan keluar dari tempat kerjanya.

"Kenapa tidak menungguku memecatmu?"

"Maaf Bu." selama bekerja di sini tidak pernah ada karyawan yang dipecat.

"Aku dengar kamu mau pulang?"

Kinan mengangguk.

"Itu bukan ekspresi seorang Kinan, mana nyiyiranmu?"

Apa? Kinan terpaksa tersenyum.

"Aku tidak perlu tahu masalahmu, padahal ingin sekali mendengar alasan sebenarnya. Kamu putus dengan pacarmu itu?"

Kinan tidak bisa menjawab, karena dia tidak punya pacar. Patah hati mungkin kata yang tepat.

"Bagaimana kalau aku memberikannmu cuti?"

Bukan masalah liburan, tapi ia ingin pergi dari kota ini. "Aku tidak bisa tinggal di sini Bu." 

Bu Vinci terkejut. "Ada yang mengancammu?"

Menggeleng Kinan memberikan alasan yang logis. "Aku tidak nyaman lagipula umurku sudah dewasa, orang tua menyuruhku pulang."

"Begitu?" bu Vinci tampak berpikir. "Bagaimana dengan pacarmu itu?"

Nora yang dari tadi menguping mendobrak masuk ingin membantu rekannya.

"Kenapa tidak mengetuk dulu?!"

Kinan menoleh pada temannya.

"Maaf Bu, lupa." Nora memamerkan lesung pipinya. "Ini sudah selesai semua, tinggal naik cetak."

Binar semangat tampak diraut bu Vinci.

"By the way Kinan akan pulang ke kampung Bu, calon suaminya yang menyuruh tidak mungkin dia menolak."

"Benar Kinan, jadi kamu akan menikah?"

Kinan merasa cubitan di pantatnya dan segera mengangguk.

"Kamu tidak ingin mengundang kami?" bu Vinci masih menatap Kinan.

"Pasti lah Bu, kita harus pergi nanti. Sekali-kali liburan."

"Insyaallah," jawab Kinan. 

"Baiklah." kehilangan pekerja membuat wanita itu tak bersemangat tapi dia tidak bisa menahan calon istri orang.

Setelah mengucapkan terimakasih dan memeluk atasannya itu Kinan keluar dari ruangan bu Vinci.

"Harusnya gue datang dari tadi," sesal Nora. 

"Enggak apa-apa, makasih Ra."

"Eum."

Menghampiri mejanya, Kinan bersiap mengumpulkan barangnya. Syukur saat keluar tidak ada pekerjaan yang terikat dengannya karena tanggungjawab langkahnya untuk berhenti dari pekerjaan dimudahkan.

Seutas RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang