"Eugh..."
Di ruangan VIP dengan lampu utama yang telah dimatikan namun masih terdapat cahaya redup berasal dari lampu tidur yang berada di atas nakas di samping ranjang khas rumah sakit itu. Suara lirih penghuni utama kamar itu memecahkan kesunyian suasana malam.
Sang pemilik manik yang tengah berbaring di ranjang pesakitan itu ternyata mulai terbangun dari mimpi indahnya sejak sore tadi. Jam dinding yang berdetak lirih nampak masih menunjuk angka tengah malam. Namun, entah mengapa lelap dari sang sleeping beauty itu terusik.
Hazel sipit itu mulai mengedip perlahan menyesuaikan retinanya dengan cahaya yang cukup redup disekitarnya. Tak perlu berkeliling untuk memastikan ia berada di mana, cukup dengan merasakan kasur yang ia tiduri, ia sudah menyadari bahwa ia berada di rumah sakit. Kasur kamar VIP ini bahkan sudah seperti kasur keduanya setelah kasur miliknya di rumah.
Jimin menyadari ada sosok yang tengah meringkuk tertidur di sebelahnya sembari memeluk erat pinggangnya. Kepala sosok itu sendiri berada sejajar dengan perut Jimin, hal itu mempermudah Jimin untuk mengelus surai halus saudara kembarnya itu. Iya, saudara kembarnya. Tanpa melihat wajah siapa yang tengah memeluknya itu, Jimin sudah hafal bahwasanya di keluarganya tak ada yang memiliki lengan sekekar itu kecuali sang ayah dan si bungsu serta hanya Jungkook yang punya rambut sedikit ikal itu.
"Kookie..." Lirih Jimin sedikit sungkan harus membangunkan si kelinci bongsor.
Jimin haus dan ingin ke kamar mandi. Jungkook yang tengah tertidur sembari memenjarakan tubuh kecilnya itu membuat Jimin tak dapat menunaikan keinginannya. Mau tak mau ia harus menyingkirkan massa itu dari atas tubuhnya.
"Kookie..." Lirih Jimin sekali lagi sembari menggoyang pelan pundak kokoh itu.
Lengan kekar yang tengah memeluk pinggul Jimin itu bukannya lepas melainkan semakin mengeratkan pelukannya. Selain itu sekarang bertambah pula beban hidup Jimin dengan sebuah tungkai yang ikutan nongkrong indah di atas pahanya.
"Jungkookie..." Suara lirih Jimin sekarang bercampur dengan dayuan serta tangan Jimin ikut mendayu memukul pipi Jungkook.
"Minn... Kau bangun?" Serak Jungkook sembari mendongakkan kepalanya mencoba melihat Jimin.
"Ada yang sakit?" Seketika Jungkook tersadar dan mulai mendudukan dirinya di ranjang itu.
"Air..." Jungkook pun bergegas turun dari ranjang dan segera membantu Jimin yang nampak kesulitan untuk duduk. Setelahnya ia meraih gelas yang berada di nakas samping ranjang dan mengarahkan gelas itu ke arah mulut Jimin, membantu jimin menghilangkan dahaganya.
"Ada lagi?" Ucap Jungkook setelah ia menaruh gelas yang telah setengah kosong itu ke tempatnya semula.
"Pee-pee..." Rengek Jimin sembari memajukan bibirnya beberapa mili.
Jungkook pun segera menyibak selimut Jimin dan membantu Jimin menggeser tubuhnya ke tepi ranjang.
"Pegang infus mu." berkata singkat sembari mengangkat Jimin ke gendongan bridal style dan membawa Jimin ke kamar mandi yang berada di ruangan itu.
Setelah memastikan Jimin selesai dengan urusan kamar mandi miliknya, Jungkook kembali membantu Jimin berbaring di ranjangnya. Jungkook menyelimuti Jimin kembali, memastikan tubuh ringkih itu tetap hangat. Serangan kantuk itu pun kembali mendatangi Jimin yang kini tengah bergelung nyaman di ranjang pesakitan. Jimin menatap Jungkook dengan binar dimata sayupnya.
"Cuddle... Kookie..." Yah, siapa yang tahan dengan tatapan memelas itu. Jungkook pun segera menaiki kasur kembali dan berbaring di samping Jimin namun dengan posisi yang berbeda dari yang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Casa [BTS]
FanfictionCerita ringan tentang keluarga. Bagaiman jika Min bersaudara dengan semua tingkah absurdnya dijadikan satu dengan para Kim bersaudara yang malah lebih abstrak? Berisi keegoisan diri, trauma dan masa lalu yang menghatui. Apakah mereka berhasil meng...