Bab 9

1K 87 13
                                    

Matahari di luar ruangan masih berada di atas kepala, namun entah mengapa suasana di sebuah ruangan dalam rumah bergaya hanok itu tampak suram dengan aura mencekam mengelilinginya.

Matahari di luar ruangan masih berada di atas kepala, namun entah mengapa suasana di sebuah ruangan dalam rumah bergaya hanok itu tampak suram dengan aura mencekam mengelilinginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seo Joon. Tanggal pernikahanmu dengan Putri Keluarga Kim telah ditetapkan. Ku harap kau tak mengecewakanku lagi." Suara mencekam dari sosok yang usianya dapat ditafsir sudah lebih dari usia jayanya.

"Baik." Seo Joon yang tengah duduk di depannya menanggapi ucapan pria itu dengan nada yang terdengar amat begitu sopan.

Orang tua yang sedang duduk di atas zabuton di tengah ruangan sembari menuang teh itu sekilas tampak mirip dengan Seo Joon namun dalam usia lanjut. Ya, dia adalah pemimpin klan Min Yeoheung yang tengah menjabat saat ini yang tak lain adalah ayah Seo Joon sendiri. Namun entah mengapa kilau kebencian pada mata Seo Joon seakan tak dapat disembunyikan ketika Ia menatap sosok yang lebih tua itu.

"Mulai libatkan Yoongi dalam bisnis Klan. Kulihat Ia mulai melunjak."

"Aku menolak." Yoongi yang saat itu juga tengah berada di ruangan itu namun dengan posisi bersandar di samping pintu keluar dengan bersedekap dada itu mulai angkat bicara.

"Seo Joon, disiplinkan anakmu. Jelas kalian tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada anak bungsumu."

"Jangan berani berani mengganggu adikku." Yoongi mulai menaikkan nada bicaranya ketika adik-adiknya mulai disangkut pautkan.

"Aku tidak sedang bicara padamu anak nakal."

"Yoongi, tunggu appa diluar." Seo Joon yang merasa anaknya akan berada dalam bahaya segera menyela Yoongi yang ingin membantah lagi.

Yoongi yang juga tidak ingin amarahnya meluap disini pun segera angkat kaki dari ruangan yang terasa amat pengap dan menyesakkan itu.

"Seo Joon, urus anakmu dengan baik. Kau tau sendiri, bukan hanya aku yang akan mengancamnya. Tak hanya satu dua orang yang ingin mencelakai dirimu dan keluargamu."

***

Bam... Whack...

Suara pukulan dan tendangan menarik perhatian Yoongi ketika ia sedang berjalan keluar dari pintu samping sebuah bar. Ia dengan sebatang rokok tergapit di bibir tipisnya itu menengok ke arah keributan. Dari sudut matanya ia melihat sekelompok lima atau enam remaja yang masih menggunakan seragam high school itu mengeroyok sosok remaja yang mengenakan seragam serupa yang sudah terbaring di bawah kaki mereka.

 Dari sudut matanya ia melihat sekelompok lima atau enam remaja yang masih menggunakan seragam high school itu mengeroyok sosok remaja yang mengenakan seragam serupa yang sudah terbaring di bawah kaki mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoongi memegang rokoknya menggunakan tangan kiri dan menghembuskan asap penuh nikotin itu secara perlahan, berusaha menenangkan pikirannya. Pemandangan seperti itu sudah sering Ia lihat bahkan cenderung Ia nikmati, namun entah mengapa Ia merasa tertarik dengan sosok yang tengah dikeroyok tak dapat memberikan perlawanan itu. Sebenarnya, bukan gayanya keroyokan seperti itu.

"Sialan. Dasar kutu buku tak tau diri!" sebuah suara terdengar dari gang gelap itu. Salah seorang yang sedari tadi meletakkan kakinya diatas kepala sosok yang tak berdaya.

Yoongi sebenarnya tak peduli dan hendak melangkah pergi dari sana. Karena sudah mulai malam, pengunjung bar itu juga sudah mulai ramai. Tampak di halte, beberapa orang sedang menunggu bus di untuk pulang kerja, beberapa mencoba menggoda gadis-gadis untuk mencari teman tidur malam ini ataupun hanya sekedar mencari teman minum setelah menyelesaikan hari yang melelahkan. Yoongi dengan sifat cueknya yang sudah melekat sejak Ia menarik nafas di bumi ini jelas tak ingin ikut campur dalam urusan orang lain. Yah... Perkelahian itu bukan urusannya walaupun Ia sedikit menaruh perasaan kasihan pada remaja yang mungkin jika terus dipukuli seperti itu akan segera kehilangan nyawanya.

"Cih... Kau tak bisa membalas?"

"Yak dasar cupu!"

Yoongi menoleh dan melihat remaja yang tadi tersungkur kini di dipegangi oleh dua orang dan diposisikan berdiri, jelas untuk menambah luka di perutnya dengan pukulan tiga orang lainnya. Yoongi membuang rokoknya dan menginjaknya, tak menghiraukan pria yang terluka itu. Beberapa kali merenggangkan tubuh dengan malas dan mulai melangkah meninggalkan tempat itu.

Tepat saat Yoongi hendak pergi, langkahnya terhenti ketika terdengar suara serak yang meminta tolong disusul dengan suara tubuh yang ditabrakkan pada pintu besi yang tengah tertutup rapat. menghasilkan suara yang cukup mengganggu.

"To...long..." Suara serak yang terdengar cukup familiar di telinga Yoongi itu berasal dari tubuh yang tergeletak itu.

Dengan satu pandangan sekilas, detak jantung Yoongi segera terpacu lebih keras. Yoongi memfokuskan pandangannya pada tubuh yang sudah babak belur itu dan betapa terkejutnya Ia ketika wajah yang sudah dipenuhi lebam dan darah itu cukup familiar dengannya.

"Kim Namjoon." Suara pelan Yoongi terdengar dengan jelas dan terasa begitu mengancam.

"Yak! Pergi sana! Jangan ikut campur!" Salah seorang remaja dengan wajah membatu mendekat dan mendorong bahu Yoongi untuk menjauh.

Yoongi tetap mendekat dan menatap manik Namjoon dan sebelum ia tau apa yang dipikirkan Namjoon, Yoongi segera mengangkatnya berdiri dan menariknya ke belakang tubuhnya.

"Jika kalian ingin barang-barangnya. Ambilah dan segera pergi dari sini." Yoongi berkata pada kelima anak yang tengah menatap geram ke arahnya karena kesenangan mereka diusik.

"Jika kau tak ingin terluka, lebih baik kau enyah dan tidak ikut campur dalam hal-hal yang bukan urusanmu ajusshi..." Salah seorang yang sepertinya pemimpin anak-anak itu berkata pada Yoongi dengan nada mengejek.

"Apa yang sebenarnya kalian inginkan."

"Sudah kubilang jangan ikut campur brengsek!" Teriak salah satu anak sembari mulai melayangkan tinjunya ke arah Yoongi.

Dengan gesit Yoongi menghindar sembari mendorong tubuh lemah Namjoon untuk menjauh dari yang sebentar lagi akan menjadi arena pertarungan itu.

Pada saat yang sama Yoongi melihat salah satu anak yang lain mengambil tongkat baseball dan mengarahkan ayunan ke arahnya. Yoongi melayangkan tendangan pada tangan yang mengayunkan pemukul itu dengan kekuatan penuh hingga sang tersangka pemukulan itu tersungkur ke tanah. Ia tak membiarkan siapapun membuat luka di tubuhnya.

Namjoon yang terduduk di tembok memperhatikan Yoongi yang tengah bertarung sengit menghadapi lima orang sekaligus itu terkesima. Walaupun Yoongi yang tubuhnya tampak lemah, ia dengan gesit menangkis dan membalas pukulan dari lawannya.

Ya. Diam-diam Yoongi memang pemegang sabuk hitam Judo, selain itu posisi ayahnya dalam keluarga yang sedikit berbahaya itu mengharuskan ia mahir untuk melindungi dirinya sendiri.

Ketika Yoongi mulai mengarahkan pukulan serta tendangan ke arah mereka, beberapa anak yang terkena langsung tersungkur. Akhirnya mereka mengubah target, dari Namjoon menjadi Yoongi. Mereka secara membabi buta melemparkan pukulan, tetapi tepat sebelum mereka mengenai wajah Yoongi, Yoongi dengan cepat membalikkan keadaan dengan terus melemparkan pukulan balik ke arah mereka. Ketika Yoongi mencium aroma darah yang kuat. Ia menyunggingkan senyum bangga, karena tentu saja itu bukan darahnya.

Tak sampai lima belas menit, lima tubuh sudah bergeletakkan di gang sempit itu. Yoongi dengan santai meraih tas yang ia yakini milik Namjoon dan menghampiri Namjoon yang terduduk lemas tak jauh darinya.

"Ayo." Kata Yoongi sembari meraih lengan Namjoon.

TBC

Mi Casa [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang