14. Rumah sakit

1.3K 103 17
                                    

"kita bertemu karena kesalahan tapi bertemu dengan mu sebuah keberuntungan bagiku."

Happy reading
*
*
*

Tiga suster mendorong brangkar dimana perempuan berkerudung tersebut masih nyaman memejamkan matanya, salah satu suster membuka pintu UGD membawa masuk perempuan tersebut dan hal itupun tak luput dari pandangan Reval.

Reval dilarang masuk sebelum dokter menyelesaikan pemeriksaan dan kini ia berjalan mondar mandir khawatir di depan pintu UGD sampai akhirnya suara pintu terbuka menunjukan perempuan berpakaian jas putih rumah sakit keluar.

"Keluarga pasien?"

"Ya saya."

"Dari hasil pemeriksaan tadi pasien beberapa Minggu ini mengalami trauma tekanan hingga membuatnya mimisan, saya sarankan agar pasien istirahat total dan merasakan bahagia agar terlepas dari trauma nya."

Tadi di mobil perjalanan menuju rumah sakit, hidung perempuan tersebut keluar cairan merah yang reval tau itu mimisan. Beberapa kali tangan kirinya mencoba mengelap darah yang keluar tanpa henti dan tangan satunya menyetir.

"Saya sarankan lagi agar pasien periksa ke dokter kandungan, nanti suste akan bawakan obatnya saat pasien di pindahkan ke ruang rawat."

"Baik dok terimakasih."

"Baiklah saya tinggal dulu masih ada pasien lain yang harus saya periksa."

Reval membuka pintu UGD pelan pelan takut jika ada yang terganggu, kaki yang terbalut celana jeans hitam dan separuh putih itu mulai berjalan menghampiri brangkar perempuan tersebut dan duduk di kursi sebelah brangkar. Ia merasa iba melihat tangan kiri perempuan itu terpasang selang infus, sejenak ia teringat kata dokter tadi 'trauma'. Reval memegang tangan kanan perempuan itu pelan, menggenggamnya lembut.

Lamunan Reval buyar ketika pintu UGD terbuka dan dua suster masuk, mungkin Arsa akan di pindahkan ke ruang rawat.

"Permisi pak saya akan pindahkan pasien ke ruang rawat."

Reval hanya mengangguk sebagai jawaban, tangan Arsa yang di pegang ya ia letakkan ke atas perut Arsa. Reval berdiri membiarkan dua suster tersebut menyelesaikan tugasnya.

"Biar saya bantu." Kata Reval ketika melihat suster tersebut kewalahan mendorong sekaligus membawa cairan, kini satu tangannya membawa cairan dan satu tangannya lagi ia gunakan membantu mendorong brangkar.

Sampailah berada, salah satu suster mengambil alih cairan dan di gantung di gantungan cairan salah satunya lagi membenarkan kenyataan Arsa.

"Ini obatnya pak, kami pergi dulu."

Lagi lagi Reval mengangguk sebagai jawaban, "terimakasih."

Suara Reval yang ngebass itu membuat kedua suster muda tersebut salah tingkah, suster itu kira Reval tidak akan berbicara ketika anggukan di berikan tapi tidak nyatanya. 'jika aja belum punya istri udah gue gebet' batin suster tersebut.

Kedua suster tersebut menghilang dari hadapan Reval yang sekarang duduk memperhatikan Arsa dengan rasa bersalahnya.

'gue bodoh sa bodoh sekali ngerusak perempuan seperti lo, gue janji gue bakal nikahin lo bukan sebagai bentuk tanggungjawab melainkan sebagai pendamping hidup gue nantinya sampai maut menjemput prinsip gue sama menikah satu kali walaupun dengan orang yang sama sekali tidak aku cintai." Batinnya.

Incident With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang