BIANCA || 18

433 26 7
                                    

Happy Reading!

Hari ini Bianca berangkat bersama Brylian. Siapa lagi yang menyuruh jika bukan nyonya besar Maya Lestari?

Maya menyuruh keduanya untuk berangkat bersama. Dengan alasan takut jika kejadian kemarin terulang lagi.

Sampai disekolah, keduanya menjadi pusat perhatian.

"Kakak adek, tapi bikin gue mengiri, mengbaper!"

"Ganteng sama cantik."

"Bianca cantik banget, bismillah Brylian!"

Bianca turun dari motor dan melepas helmnya. Begitupun dengan Brylian.

"Ke kelas, gih!" ujar Brylian sembari mengusap rambut adiknya.

"Hm,"

Bianca berjalan menyusuri koridor dengan wajah datarnya. Banyak yang memperhatikannya, namun gadis itu tak menghiraukannya.

***

"Adel?! Biasanya ambulance bawa apa?" tanya Ara.

"Bawa orang sakit," jawab Adel.

"Bukan!" bantah Ara.

"Terus bawa apa?"

"Bawa hiu."

"Kok hiu?" tanya Adel heran.

"Kan bunyinya, hiu hiu hiu." ujar Ara dengan suara yang dibuat seperti sirene ambulance.

"Hahaha, gue gampar lu asli," Adel tertawa. "Haaa pusing." lanjutnya.

Rima tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Bianca hanya tersenyum tipis. Sangat tipis, sampai tidak ada yang menyadari.

Tak lama guru pelajaran memasuki kelas. Pelajaran dimulai dengan tertib. Biasa, guru killer.

***

Bel istirahat berbunyi. Siswa-siswi berhamburan keluar untuk pergi ke kantin.

"Bianca," panggil teman sekelas Bianca yang berdiri didepan pintu kelas.

Bianca menyahut. "Hm?"

"Ada yang nyari." kata lelaki itu.

Kening Bianca mengerut tipis. "Siapa?"

Algi menujuk luar kelas dengan dagunya. Lalu setelah itu ia melenggang pergi.

"Siapa, Bi?" tanya Adel kepo. Bianca menggendikan bahu tak tahu.

Bianca, Rima, Adel, dan Ara berjalan keluar. Pemandangan pertama yang dilihat adalah keenam inti Diamond yang tengah berdiri anteng di depan kelas 11 IPA 2.

Brylian menghampiri Bianca. "Mau ke kantin, kan?"

Bianca mengangguk.

"Yaudah bareng!" Brylian merangkul bahu adiknya.

"Halo cantik," sapa Zico pada Rima.

BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang