BIANCA || 20

417 24 8
                                    

Happy Birthday!

Beckham membaringkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamar dengan otak yang memikirkan kata-kata Brylian tadi siang.

"Jangan sakitin, Bianca. Cukup dulu aja, dia ngerasa kehilangan."

Kehilangan. Satu kata itu yang menyita pikirannya. Jadi, ada seseorang yang sudah mengisi hati Bianca sebelum dirinya? Itu pikir Beckham.

Berlarut-larut melamun, hingga tak sadar ada yang memanggil dirinya dari luar kamarnya.

"ETAM!!!"

Lelaki yang dipanggil 'Etam' itu bangkit dari kegiatan berbaring nya. Berjalan menuju pintu lalu membukanya.

Tepat saat pintu terbuka, telinga nya di tarik oleh wanita didepannya.

"Aduh, Bun. Sakit, aw." ringis nya kesakitan.

Bela mendengus kasar. "Kamu Bunda panggil dari tadi, gak nyaut-nyaut!"

Lelaki jangkung itu cengengesan. "Maaf, ya Bunda. Gak denger, hehe."

Etam. Nama panggilan Beckham waktu kecil.

"Gak denger, gimana? Bunda udah gedor-gedor pintu, teriak-teriak manggil nama kamu! Ya kali gak denger." omel Bela. "Kecuali, kalo kamu tuli."

Beckham yang awalnya menunduk mendengar omelan sang Bunda, kini mengangkat kepalanya saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan wanita di depannya. Matanya melotot tak terima. "Bunda ngatain aku tuli?" tanyanya dengan nada tak percaya.

Bela memutar bola matanya malas. "Ck! Emang beneran tuli kayaknya. Bunda bilang kan, kecuali!" ujarnya dengan menekan kata terakhir.

Beckham menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali.

"Bunda, ngapain manggil?" Beckham mengalihkan pembicaraan.

"Turun! Makan malam."

"Oke siap."

Dengan secepat kilat, Beckham berlari turun ke bawah. Menghindari amukan sang Bunda yang masih kesal karena tadi.

"Gak anak, gak bapak. Sama aja!" gumam Bela lelah.

***

Bianca memandangi sebuah polaroid yang terdapat dua bocah kecil. Dibelakang foto tersebut, terdapat nama dari kedua bocah itu.

Dimas Juliono Pamungkas.
Bianca Queensha Aldama.

Dua sahabat yang salah satunya sudah pergi jauh. Meninggalkan segala kenangan yang tak pernah lepas dari ingatan orang-orang yang menyayanginya.

Dua sahabat yang selalu bersama kemanapun. Harus terpisah oleh garis takdir. Dunia mereka sudah benar-benar berbeda. Tidak lagi sama.

Dua sahabat yang selalu melindungi satu sama lain. Kini, salah satunya harus bisa melindungi diri sendiri lantaran yang satunya sudah pergi jauh.

Mereka, harus terpisah oleh jarak, waktu, dan takdir.

Sepuluh tahun bersama, membuat Bianca tak bisa melupakan sahabatnya hanya dengan hadirnya orang baru. Karena mereka, berbeda.

BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang