Bab 1

17 2 0
                                    

Suara para santri yang melantunkan ayat-ayat tahlil, bergemuruh di ponpes Nurul Huda. Kamis, hari dimana para santri rutin membaca bacaan tahlil dan surah Al-fatihah yang insyaallah terkirim bagi sanak dan almarhum almarhuma keluarga mereka.

Seusai semua kegiatan, Vina membersihkan diri terlebih dahulu sebelum tertidur. Namun saat sedang membersihkan kasurnya, tetiba saja salah satu mba-mba pengurus menghampirinya dan mengatakan jika ada panggilan untuknya.

"Segera ke bawah ya vin."

"nggih mba."

Vina kembali memakai jilbabnya kemudian bergegas turun, di tangga ia bertemu dengan Laila.

"Mau kemana vin?"

"Mau ke bawah sebentar, kata mba syahna ada keluargaku." Laila mengangguk dan Vina melanjutkan langkahnya.

Di bawah, tepatnya depan kantor pengurus pondok. Ia sudah disambut oleh kedatangan sosok yang ia kenal, yang selama ini selalu memberinya uang saku.

"Pakdhe?" gumamnya

Faisal tersenyum lebar melihat keponakannya yang udah besar, sedikit pangling karena lama tak bertemu.

" Vina, sudah besar ya kamu sekarang." vina segera mendekat, dan mencium punggung tangan Faisal. Kemudian menghampiri kedua orangtuanya yang baru keluar dari mobil bersamaan dengan sosok yang membuatnya mengernyitkan dahi.

"Gimana kabarnya pakdhe?"

"Ya seperti yang vina lihat, Alhamdulillah pakdhe masih diberi umur yang barokah dan kesehatan."

"Oh iya, Mas sandy bisa minta tolong ambilin tas merah dibagasi mobil. " tutur Faisal kepada sosok lelaki yang diketahui asisten dosen dari Faisal.

"Baik pak." kemudian laki-laki itu kembali dengan menenteng tas merah.

"Vina ini ada sedikit oleh-oleh dari pakdhe."

"ah iya, makasih ya pakdhe."

Pakdhe mengangguk dan tersenyum seraya mengusap puncuk kepala Vina. Begitupun dengan kedua orangtua vina yang menanyakan abah dan umi Vina.

"Beliau ada ndek dalem yah, mungkin sudah istirahat lagian sekarang juga sudah malem."

"Kami kesininya terlalu malem. Besok kesini lagi aja ya ana adi, buat jemput Vina sekalian ijin sama abah Yai." tutur Faisal dan diangguki oleh semuanya.

Kemudian mereka berpamitan, hingga tiba dengan sosok mas Sandy. Vina langsung menundukkan pandangannya.
Dan Sandy tersenyum, entah kenapa hatinya tersentuh melihat perilaku Vina yang menjaga pandangan.

"Ehm... saya juga ikut pamit ya vin. Assalamualaikum." Vina mengangguk dan menjawabnya dengan lirih. "Wa'alaikumussalam."

***

Di kamar khadijah semuanya menatap vina dengan pandangan yang aneh. Karena perilakunya yang tak seperti biasanya.

"Eih Vina, kamu teh kenapa senyum-senyum sendiri gitu." tanya Enza kemudian diangguki oleh ketiga temannya yang lain.

"Iya, kek habis ketemu jodoh."

"Apasih, orang aku seneng aja habis disambang sama keluarga dari jauh." jawabnya sambil menatap kearah lain, karena kalau natap keempat temannya entah kenapa ia jadi salting sendiri. Dan kalau ketahuan salting temannya pasti akan menggodanya habis-habisan sampai vina jujur alasan kenapa ia salting.

"Lagakmu vin." sangkal ziah

"Udah ah, nih ada sambangan. Yang mau nikus ambil aja, aku mau tidur dulu, dah." beberapa detik kemudian,benar vina sudah berangkat kealam mimpinya.

AKADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang