tokk tokk
"Vin, bangun nak."
Ermi mengetuk pintu Vina, namun tak kunjung ada sautan dari dalam. Ia membuka pintu dan melihat Vina tertidur di meja belajar dengan Al-Qur'an yang terbuka di genggaman tangannya.
Ermi tersenyum kemudian berjalan untuk membangunkan Vina, karena waktu subuh sudah menunjukkan 04.45.
"Nak, sudah subuh shalat dulu gih." tutur Ermi lembut sambil mengelus surai pendek vina yang tergerai.
Vina terbangun, "Mama, jam berapa ini?"
"Hampir jam 5, cepetan ambil wudhu gih."
"Udah selesai jama'ah?"
Ermi mengangguk dan mengatakan, "Sandy yang ngimamin, disuruh sama ayahmu bagus banget bacaannya."
Vina tersenyum tipis sambil mengangguk, kemudian ia berdiri dan berjalan dengan lunglai ke kamar mandi. Baru kali ini ia kesiangan, akibat tadi malam tidak bisa tidur dan memutuskan untuk muroja'ah tapi malah ketiduran.
"Nanti kalau udah selesai, belanja keperluan ke pasar ya."
"Nggih ma."
***
Setelah acara sarapan pagi, Vina dan Alisa berangkat ke pasar ditemani oleh Sandy. Jangan ditanya lagi, ide siapa ini jikalau bukan Mama Vina. Ia kira dirinya akan pergi ke pasar bersama mama.
"Belok kiri mas, nanti ada gang mobil gabisa masuk jadi nanti parkir di sebrang sana." Sandy mengangguk dan Membelokkan mobilnya, setelah sampai mereka segera turun dari mobil dan berjalan beriringan dengan Sandy yang menggandeng tangan Alisa di sebelah kiri, sedangkan sebelah kanannya Vina sedang menenteng tas belanjaan.
Vina langsung menuju ke penjual langganan keluarganya, Sandy dan Alisa hanya mengikuti dari belakang.
"Assalamualaikum buk."
"Wa'alaikumussalam, loh nduk ayu lagi liburan pondok ya?"
"Iya buk."
"Sama siapa ini, suamimu ta?" Tunjuk bu Ina.
Vina menggeleng, "Saya calonnya buk." Sandy yang tiba-tiba saja menyaut membuat Vina menoleh dengan raut wajah yang seolah tak percaya lelaki disampingnya ini akan menjawab seperti itu.
"Wah, udah ada calonnya nih. Ibuk do'a in semoga lancar sampai hari H ya, dan samawa."
"Aamiin." Sandy melihat Vina yang sedang menunduk dengan pipi mengembang. Ia hanya bisa membatin, 'Ya Allah segerakanlah takdir hambamu ini untuk membersamai ciptaanmu yang berada disampingku.'
"Jadi mau belanja apa nak Vina?"
Vina yang mulanya menunduk, kemudian mendongak dan tersenyum canggung. Sangking canggungnya ia merasa ingin menghilang saja dari sana.
Ia menyerahkan catatan yang dituliskan mama, "Vina tinggal beli daging ayam dulu ya mas."
"Saya ikut." Vina hanya bisa mengangguk
"Om gendong, Alisa capek." Rengek Alisa
"Eh, adek gaboleh. Jalan sendiri kan masih bisa."
"Gapapa, sini om gendong." Alisa yang semula merengut jadi sumringah dan dengan semangat ia menyambut rentangan tangan Sandy, dan berjalan mengikuti Vina.
***
"Udah beli ini aja?" Tanya Sandy seraya memasukkan barang belanjaan Vina ke bagasi mobil.
"Aku mau beli jajanan basah mas."
"Alisa juga mau kak!" seru Alisa yang tetiba menyaut dengan semangat mendengar kata jajanan basah. Vina tersenyum dan mengangguk.
Dengan semangat Sandy menyeru, "Oke let's go." kemudian ketiganya tertawa.
Sungguh jika oranglain melihat aktivitas mereka sudah pasti akan mengira sebuah keluarga kecil yang bahagia atau keluarga Cemara.
"Mas Sandy mau kue ini ga?"
"Mau kue lumpur aja satu."
"Buk, bungkus kue ini 5, ini 5, terus itu 2 dan yang itu 3."
"Totalnya 15 ribu rupiah mba."
"Ini bu uangnya, Terimakasih."
Di dalam mobil, keheningan melanda mereka berdua. Alisa yang tertidur, sehingga tidak ada lagi yang berceloteh ria.
"Rencana lulus sekolah jadi lanjut ke UNEJ apa gimana vin?" Tanya Sandy yang memecah keheningan tersebut.
"Kurang tau mas, masih bingung." Sandy mengangguk menanggapi Vina, setelahnya kembali hening.
"Kok masih bingung emang mau ambil jurusan apa?"
"Kalau ga ilmu komunikasi ya Hukum."
"Sekarang pilihannya bisa empat ya, kayak jamannya mas dulu."
"Nah itu salah satunya yang bikin Vina bingung mas, banyak banget pilihannya dua aja bingung apalagi empat."
"Yaudah nanti dikonsultasiin dulu, kamu enaknya gimana."
"Iyaa mas."
Sesampainya di rumah, Sandy mengeluarkan barang belanjaan di bagasi dibantu oleh Vina.
Di dapur
"Tadi ketemu sama bu ida?" lontar Ermi
"Nggih ma, ibunya masih kelihatan seger nggih."
"Memang awet muda orangnya, soale kan badannya kecil juga."
Vina tertawa kecil, kemudian kembalu membantu Ermi menata barang belanjaan di dapur.
Hari ini Faisal dan Sandy akan kembali ke Jakarta, karena urusan pekerjaan Faisal yang sangat sibuk membuatnya tak bisa berlama-lama di Malang.
Sedangkan di kamar tamu Faisal dan Sandy sibuk mengemasi barang-barang mereka agar tak ada yang tertinggal sedikitpun.
"Sandy, barang-barang bapak sudah semua?"
Sandy mengangguk seraya mengacungkan kedua jempolnya, dan mendapat senyuman bangga dari dosennya itu.
pukul 16.23 WIB, sudah memindahkan barang-barang Faisal ke bagasi, mereka bersiap untuk berangkat dan berpamitan kepada keluarga kecil yang bisa dibilang harmonis.
"Hati-hati ya mas Faisal, jaga kesehatan." tutur Ermi sambil memeluk kakaknya itu
Sementara Sandy bersalaman dengan Ardi, kemudian berpamitan dengan Ermi dan terakhir dengan Vina. "Kapan-kapan mampir lagi nggih pakdhe dan mas sandy."
"Insyaallah ya vin, do'ain rezeki pakdhe lancar terus." Serentak semua mengucapkan aamiin.
"Insyaallah juga nanti, saya datang silaturahmi kesini bersama kedua orangtua saya om-tante." ucap Sandy sambil melirik ke arah vina yang sedang melepas rindu dengan Faisal.
"Loh silahkan, kami malah senang jika ada yang berniat baik dan menjalin silaturahmi dengan kami terutama dengan putri kami." Kemudian ketiganya tertawa bersama spontan membuat Vina menoleh, dan mengernyit seolah bertanya ada apa? namun Sandy hanya menggeleng dan tersenyum.
Sandy tiada hentinya tersenyum menampilkan barisan giginya yang rapi dan putih bersih. Seperti lampu hijau baginya untuk maju beberapa langkah pada tujuannya atau niat baiknya pada keluarga ini.
Sudah 5 tahun semenjak pertemuan pertama ia dan Vina, Sandy kembali merasakan sebuah getaran yang sudah lama tak ia rasakan. Meski umurnya terpaut jauh dari Vina, namun tak membuatnya mundur untuk bisa mendapatkan hati yang sudah dinanti-nantikannya.
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAD
Spiritual*** [ON GOING] Menunggu kehadiran sosok yang dinanti-nanti, yang selama hidup tak pernah kau bayangkan akan kehadirannya yang tiba-tiba saja datang kerumah menemui ayahmu dengan niat untuk mengkhitbah. Hal itu yang dirasakan oleh sosok perempuan yan...