Bab 9

2 1 0
                                    

Dirumah, Vina masih berkutat dengan laptopnya sambil sesekali melahap martabak yang tadi ia beli. Ia masih saja memantau hari pengumuman yang ditunggu-tunggu. Ah, hal itu membuat dirinya deg-degan tak sabar menanti hasilnya nanti.

Alvina berharap semoga ia bisa masuk Universitas yang diimpikannya. setelah beberapa menit berada di depan layar laptop membuatnya mengantuk. Ia menutup laptopnya kemudian tidur agar esok hari badannya segar untuk menjalankan aktivitas nya di rumah.

Rasanya setelah lulus dari pondok membuatnya seperti tak ada kegiatan selain membantu sang mama di rumah dan bermain dengan Alisa. Tapi tunggu saja sampai ia masuk kuliah. Pasti akan banyak sekali tugas kuliah yang akan menghantuinya. Vina menghelas nafas membayangkan hal seperti itu akan menjadi makannannya sehari-hari. Bismillah.

Keesokan harinya saat masih petang Vina terbangun, ia melihat jam yang menunjukkan masih pukul 03.12.

Vina bergegas mengambil wudhu dan melaksanakan shalat malam. Berdo'a semoga jalan yang akan ia tempuh diperlancar dalam menggapai kesuksesan untuk membahagiakan kedua orangtuanya. Tak terasa buliran air menetes dari matanya kala berdo'a.

"Ya rabb. Buatlah diri hamba ikhlas menerima atas apa yang sudah ditakdirkan untuk hamba, dan buatlah hamba berlapang dada atas apa yang tidak ditakdirkan untuk hamba.

Buatlah Vina bisa membedakan mana yang pantas Vina perjuangkan dan mana yang tidak pantas untuk Vina perjuangkan."

"Rabbana, atina fid dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qina adzaban nar."

"Hikss.. Ya Allah." Vina masih saja terisak ntah mengapa ia merasakan haru dan sesak sekaligus di hatinya. Tiap kali ia melakukan shalat malam selalu seperti ini. Vina terus berdzikir hingga Shubuh datang.

Paginya Vina membersihkan kamar terlebih dahulu setelah selesai ia turun untuk membantu membersihkan rumah, sedangkan Ermi memasak.

"Mama lagi masak apa?"

"Sambel terong balado."

"Wah inikan kesukaan Vina ma."

Ermi tersenyum menanggapi.

"Adek mana ma?" Tanya Vina kemudian mencuci piring yang sedikit menumpuk di wastafel.

"Ikut ayah ke pasar."

"Tumben Lisa udah bangun jam segini."

"Dibangunin ayahmu tadi, ya meskipun sambil ngerengek si."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Mama!! Lisa beli ikan."

Vina mendengus melihat adik semata wayangnya yang datang membawa ikan hias yang ditaruh dalam wadah plastik. Lantaran aquarium di rumah mereka hampir banyak ikan yang berbeda-beda jenis karena Lisa setiap pulang dari pasar selalu membawa ikan. Itu pun dituruti saja oleh ayah. Oh tak lupa jilbab dan bajunya yang kotor.

"Kamu habis ngapain dek, kok pagi-pagi udah kotor."

Lisa hanya meringis menampilkan giginya yang ompong akibat kebanyakan makan coklat dan permen.

"Itu adikmu habis jatuh di pasar tadi."

Ujar Adi sambil meletakkan belanjaan di atas meja dapur.

"Haha memang banyak tingkah sih rasain."

"Hust kakak diem deh, bantuin Lisa masukin ikan ke aquarium nih."

"Lisa ga nyampai."

"Makanya dek tumbuh itu ke ata-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang