Percakapan kedua laki-laki dewasa itu hening ketika salah satu diantaranya berbicara dengan nada tinggi. Hawa panas menyelimuti mereka berdua tatkala emosi sedang menguasai, hingga salah satunya menghembuskan nafas menyerah dengan keputusan putranya.
"Baiklah jika itu maumu. Tapi dengan satu syarat."
Lelaki yang masih terbalut emosi itu memandang ayahnya dengan tidak bersahabat, seraya mengangkat sebelah alisnya.
"Nikahi putri dari gunawan setelah kamu menikahinya."
"Ayah gila!"
"Anakku, ayah hanya butuh kerjasama perusahaan mereka demi lancarnya perekonomian perusahaan ayah dan ini juga untuk kamu kok." Andi mencoba menjelaskan dengan tenang kepada putranya agar tak tersulut emosi lagi. Namun salah.
"Ayah egois tau ga, ayah mentingin diri ayah sendiri. Ayah ga mikirin perasaan gadis yang Sandy cintai, bagaimana hancurnya dia nanti kala Sandy memadunya."
Andi mencoba memegang bahu sang putra namun segera ditepis dengan kasar, membuat lelaki tua itu sedikit terhuyung.
"Jangan pernah coba-coba merayu saya lagi, mulai sekarang saya ga akan pernah mengikuti apa kata-kata anda cukup sampai membuat paman dari gadis yang saya cintai nyaris kehilangan nyawanya."
flashback off
Kejadian bulan lalu kembali teringat dibayangan Sandy, ia mengusap wajahnya kasar. Sampai sekarang ia tak habis fikir dengan jalan pikiran ayahnya yang sangat tidak logis.
"Sandy."
Laki-laki itu menoleh dan mendapati Manto yang berjalan mendekat bersama keduaorangtua Vina kearahnya yang sedang duduk dibangku taman tak jauh dari tempat mereka piknik.
Faisal mengernyit melihat Sandy duduk seorang diri disana, sedangkan tadi ia meninggalkannya bersama Vina. Dan dia juga baru menyadari, jikalau Alisa anak kedua Ermi dan Adi itu tidak ada.
"Loh Alisa mana er?"
"Ah tadi dia ijin kembali ke tempat kita piknik tadi mas."
"Berani ta dia?"
"Gatau tadi dia maksa mau balik sendiri dan bener-bener gamau dianterin."
Faisal mengangguk dan segera mengajak mereka untuk kembali, takutnya Alisa gadis kecil itu nyasar dan ternyata belum berada ditempat mereka piknik.
Di tempat lain, Vina dan Alisa sangat bosan menunggu para orang dewasa belum kembali sampai saat ini. Dan es krim merekapun sudah habis, menambah kebosanan. Alisa sedaritadi menunggu, ia kesal pasalnya Sekarang sudah pukul setengah tujuh dan matahari hampir naik. Dan juga kan mereka bisa saja belanja sehabis makan.
"Itu Alisa!"
Mendengar seseorang menyerukan namanya membuat gadis kecil itu menoleh tersenyum, dan Vina juga ikut menoleh ke arah sumber suara.
"Maaf ya kalian nunggu lama, kalo gitu ayo kita sarapan dulu."
Ermi menyiapkan makanannya untuk Adi dan Fais, sedangkan vina membantu adiknya hingga suara menginterupsi Vina yang membuat perempuan itu rada canggung.
Ya, Faisal menyuruh Vina untuk juga mengambilkan sarapan bagi Sandy. Tentu hal itu membuat ketiga orang dewasa disana yang melihatnya saling berpandangan dan tersenyum penuh arti.
"Mas Sandy mau lauk apa?" tanya Vina tanpa menatap si empu, sedangkan Sandy berdehem dan menyebutkan apa yang ia mau.
"Balado telur sama tempe aja."
"Mau sama ayam juga?"
Sandy menggeleng, Vina mengangguk mengiyakan tanpa bertanya lebih lanjut.
"Kak Vina sama om ganteng ini cocok, kek pasangan suami istri."
Ucapan frontal Alisa langsung membuat Ermi, Adi dan Faisal tertawa. Sedangkan Vina dan Sandy hanya tersenyum malu menanggapinya. Namun malu yang dirasakan Vina berkali-kali lipat, entah mengapa mendadak ia merasakan jantungnya berdetak dengan cepat. Aishh jika bukan adiknya, ia mungkin sudah menenggelamkan Alisa ke dasar laut.
Disisi lain, seseorang mengaminkan ucapan Alisa dalam hati seraya menatap perempuan di sebelahnya yang sedang menunduk sambil mengulum bibirnya. Gemas sekali perempuan ini, ingin saja ia memeluk dan menggigit pipi chubby yang sedang blushing itu.
'Ya Allah, tahan hati hambamu ini.'
***
Setelah seharian penuh berlibur, sekarang mereka beristirahat dikamarnya masing-masing. Di dalam kamar Vina masih berpikir bagaimana caranya mengembalikan barang milik mas Sandy yang tertinggal di dalam tas selempang miliknya.
Mau nyuruh Alisa pun ia tak tega melihat gadis itu sudah tertidur pulas, mungkin kecapekan. Ya, Alisa tidur bersama Vina karena kamar Alisa ditempati oleh Faisal.
"Apa aku serahin besok aja ya? eh tapi kalo perlunya sekarang gimana, kan tadi mas sandy masih kerja di ruang tamu."
Setelah mengumpulkan tekad, Vina berdiri mengambil jilbabnya kemudian turun kebawah untuk menemui Sandy. Namun yang didapatinya hanya laptop yang sedang menyala di meja dengan beberapa buku.
Ia menoleh ke arah kamar tamu yang pintunya terbuka, ia berinisiatif untuk mendekat hingga berada di depan pintu Vina melihat Sandy uang sedang mencari sesuatu.
Tok.. tok..
Vina mengetuk pintu kamar dengan pelan, yang membuat Sandy menoleh ke sumber suara.
"Vina."
"Mas nyari ini ya?" vina mengangkat tangannya menunjuk flashdisk berwarna abu-abu itu kepada Sandy.
"Nah iya!" dengan antusias Sandy mendekat ke arah Vina, kemudian menerima flashdisk nya ketika vina mengulurkan benda tersebut.
"Tadi mas Sandy nitipin ini sewaktu ada di puncak."
"Hehe iya saya lupa tadi."
Tidak. Kenapa dada Vina jadi deg-degan gini, ia memegangi dadanya takut-takut Sandy mendengar degupan jantungnya. Ia menunduk, dan terus beristighfar dalam hati tatkala matanya cukup lama memandang objek indah di depannya.
"Vin, kamu kenapa?" tanya Sandy tatkala melihat gelagat Vina yang bergerak gelisah.
Tanpa mengucapkan sepatah kata, vina segera berbalik dan berlari kecil menaikki tangga, ia tak ingin mas Sandy melihat pipinya yang terasa panas hanya gegara melihat senyuman lelaki dewasa itu.
Sesampainya di kamar, Vina menepuki pipinya agar berhenti tersenyum.
'Ya Allah, kok Vina jadi salting gini sih astaghfirullahhaladzim.'
ting!
Sebuah notif muncul di layar handphone Vina, sebuah nomor asing tertera.
08233****
Assalamualaikum, saya Sandy
Terimakasih ya
tadi belum sempat bilang, kamu keburu pergi soalnya"Mas Sandy dapat nomorku darimana ya." dahinya mengernyit, namun beberapa detik kemudian ia mengangkat bahunya dan segera membalas pesan tersebut.
Ah iya mas, sama-sama.
Sudah. Gitu aja? Gaada pembahasan lagi? Entah kenapa ada perasaan kecewa ketika pesannya telah dibaca tanpa ada balasan lagi. Istighfar vin. Vina segera men save nomor mas Sandy, dan mencoba untuk tidur. Namun na'as, matanya kembali terbuka ia mencoba berkali-kali memejamkaannya tapi tidak kunjung mengantuk juga.
____
Sampai jumpa di part selanjutnya(。・//ε//・。)
salam dari ipi
💌
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAD
Spiritual*** [ON GOING] Menunggu kehadiran sosok yang dinanti-nanti, yang selama hidup tak pernah kau bayangkan akan kehadirannya yang tiba-tiba saja datang kerumah menemui ayahmu dengan niat untuk mengkhitbah. Hal itu yang dirasakan oleh sosok perempuan yan...