24

10.9K 1.2K 75
                                    

"Hah.. hah.. mas.. " Aris menyentuh pipi kanan Bram.

"Kenapa dek ?" Bram mengecup singkat pergelangan tangan Aris.

"Aku sudah pernah menikah, aku pun sudah pernah melahirkan Tya.. kalau pun mas tidak merasa puas, aku minta maaf"

Bram terkekeh pelan mendengar apa yang Aris katakan.
"Apa mas terlihat sangat menginginkan s*x dengan mu sampai kamu bicara begitu ?"

"Bukan begitu mas, aku hanya-"

"Ssstt.. " Bram menempelkan jarinya di bibir Aris.
" ..kalau kamu takut mas tidak merasa puas maka mas yang akan memuaskan mu terlebih dahulu"

"Um.." Aris mengigit bibirnya.

"Haha, sudah ya.. jangan berpikir negatif terus.. mas masuk ya"

"Hm," Aris mengangguk singkat.

Bram mendorong kedua kaki Aris ke depan, perlahan Bram mendorong p*nisnya masuk.

"Hah..." Bram bisa merasakan hangatnya berada di dalam omega yang dia cinta.

Bram mengengam kedua tangan Aris, perlahan dia merendahkan tubuhnya lalu melumat pelan bibir Aris.

"Mm...Mm.. ~" Bram sangat hati-hati, terlihat dari caranya bergerak tapi bagi Aris yang sudah pernah menikah dan saat ini tengah heat gerakkan Bram sangat lah pelan.

"Mng.. Ah-Fuahh..." Aris menahan dada Bram.

".. mas,.. " Aris menutup wajahnya dengan pergelangan tangan karena dia malu kalau harus mengatakan hal seperti ini sembari menatap mata Bram.

"Kenapa Dek ?" Tanya Bram.

".. um.. tidak apa-apa kalau mas mau kasar, aku suka mas bergerak sesuka hati mas"

"Kamu yakin ?" Tanya Bram.

"Hm," Aris mengangguk.

"Sesuai permintaan" Bram menarik kedua kaki Aris lalu menaruhnya di pundak Bram.

Deg!
Aris cukup terkejut karena posisi ini tidak pernah di lakukan oleh Daniel sebelumnya.

Aris menatap wajah Bram, dia terlihat sudah cukup menahan diri.

Bram menatap tajam kearah Aris.
Tanpa aba-aba, Bram langsung menghantam hole omega ini.

"Aaaahhh!!" Aris meremas seprei kasur, p*nis Bram masuk sangat dalam.

"Mas! Aaahh! Tunggu.. Uah-Ahh! Ah!"
Desahan terdengar memenuhi kamar Aris, tak hanya sekali tapi berulang kali hingga Bram yakin kalau heat Aris benar-benar sudah berhenti.

Setelah dua jam, Bram menarik p*nisnya keluar. Dia bisa melihat cairan kental itu perlahan keluar membasahi paha dalam Aris.

"Hah...hah...hah.. " nafas Aris terdengar berat,Bram bertanya apa Aris baik-baik saja ?

Aris tidak bisa menjawab, dia malah tertidur setelah kegiatan keduanya selesai.

Bram menatap hole Aris yang masih terpampang nyata di hadapan Bram, perlahan jari Bram bergerak menutup bibir hole Aris.

"Tetap lah di dalam dan berkembang lah jadi anak yang tampan atau cantik" kata Bram dengan senyum manis di bibirnya.

.
.

08:00 Pagi.

"Mm.. " Aris membuka matanya yang terasa sangat berat, dia melihat sekitar dan mendapati Bram tidur di sebelahnya.

"Ugh!" Wajah Aris memerah, dia ingat semua kejadian malam tadi.

Karena tidak mau membangunkan Bram, Aris secara perlahan mencoba bangun dari kasur tapi rasa sakit di tubuhnya membuat Aris harus duduk dulu di ujung kasur.

"Ah, ya ampun.. tenaga mas Bram kuat juga.. aku hampir kewalahan, bagaimana jadinya kalau dia tengah Rut ?" Kata Aris bicara sendiri.

Aris melirik Bram yang terlihat masih tidur, dia ingat Bram mengatakan akan bertanggungjawab tapi Aris takut itu hanya kata-kata sesaat saja dan malah membuat Aris kecewa.

Perlahan Aris memasang celana dalamnya lalu berjalan kearah lemari, dia membuka laci lemari.

Aris menatap obat pencegah kehamilan untuk omega, lama Aris menatap obat itu sampai akhirnya dia memutuskan untuk meminumnya.

Saat Aris berniat sudah memasukkan obat tadi ke dalam mulutnya.
"Apa yang kamu lakukan ?!"

"Mng!" Bram memeluk Aris dari belakang lalu mendorong jarinya masuk ke dalam mulut Aris.

"Mm! Mng!"
Bram mengeluarkan obat tadi dari dalam mulut Aris.

"Jangan di telan !" Bram memutar tubuh Aris lalu mencium Aris, tak hanya itu dia juga menarik paksa Saliva Aris.

'Pahit !' batin Bram saat Saliva Aris berhasil dia ambil, Bram mengambil tissue lalu mengeluarkan Saliva Aris ke tissue.

"Mas Bram.. " Aris tidak menduga Bram akan melakukan hal seperti ini.

"Seminggu dari sekarang, mari periksa.. kalau positif, aku yang akan merawatnya"

Aris mengepalkan tangannya mendengar apa yang Bram katakan.
"Iya" jawab Aris, dia menundukkan kepalanya.

Aris belum sepenuhnya yakin.
Dia tidak perlu kata-kata tapi sebuah pembuktian karena luka lama belum sepenuhnya mengering.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Second Choice (ABO 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang