32

10.1K 1.1K 51
                                    

Setelah menanti cukup lama, akhirnya Aris mendapat kabar kalau ginjalnya cocok untuk Bram.

Tanpa pikir panjang Aris menandatangani formulir donor dan siap menanggung segala resiko yang akan terjadi.

Aris meminta dokter merahasiakan hal ini, dia ingin memberitahu Bram secara pribadi dan dokter menyanggupi permintaan Aris.

Sehari sebelum operasi di laksanakan,  dokter mengunjungi ruangan Bram.
"Bagaimana keadaan mu pak Bram ?" Tanya dokter wanita ini dengan senyum ramahnya.

"Cukup baik dokter" jawab Bram, dokter bisa melihat tubuh Bram jauh lebih kurus dari awal dia di rawat juga wajah pucatnya, tapi senyuman Bram sudah cukup menggambarkan betapa dia berusaha untuk tetap kuat.

Dokter mulai menjelaskan tentang donor ginjal dan akan melakukan tindakan operasi di ruangan yang berbeda.

"Siapa orang baik yang sudah bersedia mendonorkan ginjalnya untuk ku ?" Tanya Bram dengan suara lemahnya.

Dokter tersenyum kecil lalu menyentuh tangan Bram.
"Pak, saya tidak bisa memberitahu anda sekarang... pendonor menitipkan pesan, dia akan menemui anda setelah keadaanya pulih nanti"

"Berapa uang yang dia minta dokter ? Katakan, aku akan berikan semuanya.. aku benar-benar berterima kasih, berkat dia.. aku masih bisa melihat omega ku" ujar Bram, matanya sudah berkaca-kaca.

Dokter menepuk-nepuk pelan tangan Bram.
"Pak Bram bisa membahasnya hal itu dengannya nanti, istirahat lah yang cukup ya.. besok kita mulai operasi jam 9 pagi, saya permisi"

"Terima kasih dokter"

Dokter hanya mengangguk singkat lalu berjalan keluar dari kamar Bram.

Bram melihat sekretarisnya.
"Siapkan jumlah uang yang akan dia minta nanti, berikan berapa pun yang dia mau" kata Bram.

Sekretaris Bram menunduk.
"Baik pak" jujur saja, dia merasa bersalah sudah membawa Aris dan dia tau Bram akan marah tapi semua ini dia lakukan agar mereka berdua bisa bersama.

Saat kedua orang tua Bram datang, mereka sangat senang terutama ibu Bram saat mendengar dokter sudah menemukan pendonor yang cocok.

Bram melihat langit cerah di luar jendela ruangannya.
'Dek, mas akan segera menemui mu.. tunggu mas datang.. aku ingin segera melepas rindu' batin Bram.

.
.

Besoknya Bram dan Aris yang ada di ruangan berbeda sudah mempersiapkan dirinya.

Perawat bersamaan membawa ranjang untuk pergi ke ruang operasi. Selama di perjalanan menuju ruang operasi, Aris terus mengusap perutnya.
'Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja' batin Aris mencoba menyemangati dirinya.

Sesampainya di ruang operasi, keduanya di beri selang oksigen, juga beberapa persiapan lain.

Tim medis terbagi dua dan yang mengoperasi Aris adalah dokter wanita dan satu orang dokter kandungan, dokter wanita ini tersenyum sembari mengusap pucuk kepala Aris.

"Jangan gugup ya, percayakan semuanya pada kami"

Aris membalas senyuman dokter ini.
"Iya dok, ku percayakan semuanya pada tim medis" jawab Aris.

"Baik, perlahan suntikan obat biusnya.. " dokter memberi arahan pada timnya.

Setelah di suntik, dokter bertanya beberapa pertanyaan sampai akhirnya Aris tidak mendengar apa yang dokter katakan padanya.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Second Choice (ABO 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang