Sudah satu bulan Bram tidak ada kabar tapi anehnya setiap kali Aris ingin membayar listrik, air dan WiFi semua sudah terbayar lunas atas nama Bram.
Aris bingung, dia tidak bisa menghubungi Bram tapi dari kejauhan Bram seolah memperhatikan segala keperluan Aris.
Selepas menidurkan Tya, Aris duduk di dekat jendela apartemen kamarnya menatap keluar kaca.
"Mas.. " Aris mengusap perutnya yang mulai terlihat membesar." ... dimana kamu ? Setidaknya kabari aku, aku ingin bertemu mas" air mata Aris perlahan berjatuhan.
"Hiks...mas Bram janji tidak akan menyakiti ku, tapi lagi rasanya sangat sesak.. dada ku sesak" Aris meremas baju di bagian dadanya.
Ding.
Dong.
Ding.
Dong.Tiba-tiba bel apartemen Aris berbunyi, Aris segera menghapus air matanya.
"Siapa yang bertamu malam-malam begini ?" Tanya Aris pada dirinya sendiri karena jam sudah menunjukan pukul 10 malam.
Aris menarik juga menghembus nafasnya berulang kali agar sesak di dadanya sedikit mereda.
"Baik, semua akan baik-baik saja" gumam Aris.
Aris bergegas menuju pintu apartemen lalu membuka pintunya tapi hanya sedikit karena dia takut orang jahat yang datang.
"Iya ? Mencari siapa ?" Tanya Aris.
Orang yang terlihat memakai stelan jas ini tersenyum kecil.
"Selamat malam tuan Aris, saya sekretaris pak Bram"Aris langsung membuka pintu apartemennya.
"Mas Bram datang ?!" Tanya Aris.Sekretaris Bram mengelengkan kepalanya.
"Hanya saya seorang diri, boleh kah kita bicara di dalam ?" Tanyanya."Ah, iya.. silahkan masuk"
Sekretaris Bram masuk ke dalam apartemen Aris, dia juga duduk di sofa ruang tamu setelah Aris mempersilahkannya duduk.
"Mau minum ? Bisa ku buatkan teh atau kopi juga es jeruk" tawar Aris tapi sekretaris Bram menolak dengan sopan.
"Terima kasih atas tawarannya tapi ada hal penting yang harus saya sampaikan pada anda" sekretaris Bram menyodorkan amplop coklat ukuran sedang.
"Apa ini ?" Tanya Aris sembari membuka amplop tadi, Aris menarik dokumen berisi daftar riwayat medis milik Bram.
"Ap-apa ini ? Mas Bram sakit ?" Tanya Aris.
"Seperti yang anda lihat, pak Bram mengalami masalah dengan ginjalnya.."
Deg!
Jangan Aris bergetar."...selama sebulan ini kami berusaha mencari pendonor tapi tidak ada yang cocok dan .." sekretaris Bram meremas celananya.
".. ayah pak Bram bahkan menjelajah pasar gelap untuk mencari donor ginjal yang cocok tanpa sepengetahuan pak Bram tapi hasilnya nihil.. "Tangan Aris bergetar mendengar hal ini, yang dia tau selama ini Bram terlihat baik-baik saja bahkan tidak pernah mengeluh.
" .. mungkin anda berpikir pak Bram tidak perduli pada anda karena dia tiba-tiba menghilang tapi saya katakan pada anda kalau beliau sangat .. sangat lah perduli, dia masih sering bertanya apakah segala keperluan anda sudah terpenuhi, dia pun bertanya tentang perkembangan cafe anda tuan"
Air mata Aris berjatuhan, dia tidak sanggup membayangkan betapa Bram sangat memperhatikannya walau pun Bram tengah sakit saat ini.
Sekretaris Bram membiarkan Aris menangis sepuasnya agar dia merasa lega, dia tau kalau omega ini sangat merindukan sosok Bram.
.
."Hah.. " Aris menghela nafasnya berat setelah puas menangis, dia kembali melihat kertas-kertas yang sudah basah oleh air matanya.
".. apa yang harus ku lakukan ? Apa aku bisa menolongnya ?" Tanya Aris.
Sekretaris Bram kembali menyodorkan selembar kertas.
"Ini formulir untuk melakukan tes pendonor.. saya serta orang tua pak Bram sudah mencobanya tapi hasilnya tetap tidak cocok.. saya diam-diam datang kemari tanpa sepengetahuan mereka dan ada satu hal yang harus anda tau juga tuan.. " sekretaris Bram menatap Aris."Saat anda kecelakaan dulu, pak Bram mendonorkan darahnya untuk anda.. hanya anda satu-satunya orang yang terpikirkan oleh saya"
Mendengar apa yang sekretaris Bram katakan, Aris langsung mengambil kertas tadi.
"Aku akan melakukannya.. akan ku berikan apapun untuknya !"Sekretaris Bram langsung menundukkan kepalanya.
"Terima kasih banyak tuan!""Aku yang harusnya berterima kasih" kata Aris dengan senyum paksanya.
Keesokan harinya, Aris di jemput oleh sekretaris Bram sementara Tya di titipkan bersama pengasuh yang sangat terpercaya serta punya data diri lengkap.
Sebelum pergi, Aris menjelaskan pada Tya kalau dia pergi sementara waktu dan akan membawa Bram pulang.
Seolah mengerti, Tya tidak menangis saat Aris pergi. Dia bahkan memberi papanya semangat karena Tya sering melihat papanya menangis sendirian.
"Jadi anak baik ya" Aris mengecup singkat dahi Tya.
"Dadah papa~"
"Dah sayang" Aris melambaikan tangannya lalu masuk ke dalam mobil.
"Kita pergi sekarang ?" Tanya sekretaris Bram.
"Iya" jawab Aris.
Mobil tersebut melaju pergi menuju rumah sakit tempat Bram di rawat.
.
.Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tamat) Second Choice (ABO 18+)
RandomBercerita tentang kehidupan Aris dengan jenis kelamin keduanya omega, dia baru saja menikah tapi kehidupan pernikahannya tidak seindah bayangan Aris.