23

10.5K 1.2K 91
                                    

"Ibu ! Ibu !"

Mendengar suara Bram, ibunya langsung keluar dari dalam kamar.
"Ada apa Bram ?" Tanya ibunya yang masih memakai masker wajah.

Bram langsung menyuruh ibunya mengendong Tya, Bram melangkah pergi.
"Hah...Hei,Bram.. anak siapa ini ?!" Tanya ibunya bingung.

"Anak dari calon menantu mu Bu!" Jawab Bram, dia masuk ke dalam mobil lalu melaju pergi.

Ibu Bram menatap Tya, dia mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian tersenyum ramah.

"Ini nenek mu sayang" kata ibu Bram.

"Nenek ?"

"Iya, siapa nama mu ?" Tanya ibu Bram.

"Tya!" Jawab Tya bersemangat.

"Hehe, lucunya.. mau ikut nenek masker wajah ?"

"Hm!" Tya mengangguk setuju.

"Bagus, ayo masuk ke kamar nenek... Kita perawatan~" ibu Bram membawa putri Aris ikut bersamanya.

Beralih pada Bram yang dalam waktu 1 jam sudah sampai di apartemen Aris.

Bram menaiki lift menuju lantai 5, sebelumnya Bram mampir lebih dulu di mini market untuk membeli pengaman hanya untuk jaga-jaga.

Sesampainya di depan apartemen, Bram menghela nafasnya berat.
"Baik, aku hanya menolong.. ini bukan paksaan.. dia pun sudah setuju" kata Bram berusaha menguatkan dirinya.

Bram membuka pintu memakai sandi yang sudah di beritahu oleh Aris, saat pintu terbuka Feromon Aris sudah menyebar ke seluruh ruangan di apartemen tersebut.

Glup.
Bram menelan salivanya berat, aroma yang sangat manis.

Dia masuk lalu mengunci pintu.
Bram berjalan kearah kamar Aris.

"Dek Aris, aku data-"

Deg!
Mata Bram membulat saat melihat Aris bermain dengan holenya sembari memeluk jaket Bram.

"Ah... hah... hah.. Mnn.. "

Perlahan Bram mendekat lalu menyentuh tangan Aris.
"Dek, boleh mas sentuh di sini juga ?" Tanya Bram.

"Hah...hah...mas Bram, tangan ku .. ah, aku tidak bisa berhenti.. Uh!" Buliran bening keluar membasahi mata Aris.

Bram mengecup singkat paha dalam Aris.
"Tidak apa-apa dek, serahkan semuanya pada ku" Bram menarik tangan Aris lalu berganti mendorong dua jarinya masuk ke dalam hole Aris.

"Ah! Mas...Ahh!" Tubuh Aris bergetar, sudah cukup lama dia tidak di sentuh oleh orang lain karena selama Daniel sibuk dengan dunianya, Aris selalu memuaskan dirinya sendiri.

"Hah.. bau mu sangat manis dek, mas suka" Bram beberapa kali mengecup bahkan meninggalkan tanda merah di paha dalam Aris.

Semakin lama gerakkan jari Bram semakin cepat, Aris langsung menahan tangan Bram.

"Jangan! Ah .. ha.. jangan, aku tidak mau keluar sendirian, aku mau keluar bersama mas Bram" kata Aris dengan tatapan sayunya.

Bram mendekat lalu menatap lekat mata Aris.
"Jadi artinya mas boleh keluar di dalam mu ?" Tanya Bram sengaja menggoda Aris.

"Ugh..." Aris meremas kemeja Bram.
".. na-nanti aku hamil, ak-aku.. aku.."

"Bercanda.. mas sudah beli pengaman, jadi jangan takut...hm"

Bram mengecup singkat bibir Aris lalu menjauh darinya, Bram mengeluarkan sekotak kond*m dari saku celananya.

Pria alpha ini membuka kancing celananya.

'Ugh!' Aris meremas seprei kasur saat melihat Bram merobek bungkusnya lalu memasang pengaman tersebut di p*nisnya.

Bram melirik wajah Aris.
'Ya ampun, dia memperhatikan ku!' tangan Bram tiba-tiba bergetar, dia juga kesulitan memasang pengaman tadi.

Touch.
Aris menyentuh tangan Bram.

"Tidak memakainya juga tidak apa-apa, ap-apapun resikonya...aku siap" kata Aris, wajahnya sudah full merah hingga telinga.

Grep!
Bram meremas kedua kaki Aris.
"Apapun yang akan terjadi! Aku akan bertanggungjawab.. aku tidak akan membiarkan mu terluka lagi !"

Aris tersenyum kecil.
"Iya mas" jawab Aris.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Second Choice (ABO 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang