10

11.1K 1.2K 76
                                    

Dua hari berlalu, Daniel pun tak kunjung pulang. Mertua Aris juga terlihat biasa saja seolah hal seperti ini hal yang biasa baginya.

Aris mengerjakan pekerjaan rumah seperti hari-hari biasanya, menitipkan Tya juga berpesan agar Tya tidak kabur dari tempat penitipan anak sementara Aris bekerja.

Tapi bulan ini adalah bulan yang sangat berat bagi Aris, tak hanya satu cobaan saja tapi terus datang bertubi-tubi.

Pemilik toko buku memberitahu Aris kalau tokonya akan tutup dan memberi pesangon sejumlah gaji Aris selama dua bulan lalu.

Alasan pemilik toko karena buku sekarang kurang di minati karena pengaruh teknologi yang semakin maju. Dia meminta maaf dan berterima kasih karena Aris sudah bekerja bersamanya hampir tiga tahun lamanya.

Walau pun hal ini menyakitkan tapi Aris tak mampu berbuat banyak, dia dengan tabah menerima keputusan pemilik toko.

Dengan perasaan sedih, Aris mengendarai motornya menuju tempat penitipan anak. Dia membayar tunggakan juga membawa Tya pulang.

Saat sampai rumah, ibu Daniel bertanya kenapa Aris pulang cepat.

"Aris di berhentikan mah, tokonya tutup" jelas Aris.

"Lalu, sekarang bagaimana ? Kamu mau mamah yang membiaya'i kehidupan kalian .. jangan mengada-ada ya!"

Aris memeluk Tya erat.
"Daniel kan sudah lulus kuliah.. dia pasti berpikir untuk bekerja juga"

"Heh!" Ibu Daniel menunjuk wajah Aris.
"Kamu pikir anak ku mesin uang ?! Walau pun kamu omega, kamu juga laki-laki.. jadi jangan hanya memberatkan satu pihak!"

Aris meremas baju Tya, Aris membuka suara setelah sekian lama diam.
"Aris bekerja dari kami mulai pacaran hingga menikah tapi Aris tidak pernah merasa terbebani .. dan dalam keluarga ini, Daniel lah kepala keluarganya jadi wajar kalau dia mencari uang untuk kami mah, Daniel juga punya anak.. seharusnya sejak lama dia berpikir untuk mencari pekerjaan sampingan seraya kuliah tidak hanya mengandalkan aku saja!"

"Berani sekali kamu melawan ku ?!" Ujar ibu Daniel.

"Aris bukannya melawan tapi ini fakta, Aris selama ini diam tapi jujur saja akhir-akhir ini Aris merasa lelah.. aku lelah dengan keadaan ini mah! Aku juga ingin merasakan nafkah dari suami-"

Plak!
Ibu Daniel menampar wajah Aris tepat di depan mata Tya.

"Tutup mulut mu itu! Hanya karena kamu mencari uang untuk makan sehari-hari bukan berarti kamu bisa bicara seenaknya!"

"Papa.. " mata Tya berkaca-kaca, dia menyentuh pipi Aris yang sudah memerah.

Aris tersenyum kecil.
"Jangan khawatir, Tya turun dulu ya"

Aris menurunkan Tya lalu melindungi Tya di belakang tubuhnya.
"Aris minta maaf mah, ini salah ku.. tolong jangan menampar Aris di hadapan Tya"

"Hah.. " ibu Daniel menghela nafasnya berat.
".. aku akan jujur pada mu dari pada aku menutupi hal ini lebih dalam lagi agar kamu tahu posisi mu saat ini tidak lah berguna lagi" kata ibu Daniel.

Aris menatap mertuanya, perasaannya sudah tidak enak.

"Kamu bertanya kenapa Daniel tidak pulang ke rumah ? Itu jawaban mudah.. dia bersama perempuan lain.. "

Deg!
Jari-jari tangan Aris bergetar.

" ..dia sudah jujur pada ku sejak tahun kemarin kalau bersama mu sangat lah membosankan, dia mencintai anak dari seorang pejabat.. "

'Jangan bicara lagi' jantung Aris berdebar kencang.

" ..Daniel berencana menceraikan mu sesegera mungkin itu sebabnya dia tidak pulang beberapa hari ini karena dia tidur di rumah perempuan itu, kedua orang tua perempuan itu pun sudah tau akan hubungan mereka dan kami akan mengadakan pertemuan untuk membahas pernikahan mereka.. "

'Jangan.. tolong berhenti' batin Aris.

" ..jadi sebelum kamu terluka lebih dalam lagi,. " Ibu Daniel menatap Aris, ".. pergilah dari kehidupan putra ku"

Aris mengepalkan kedua tangannya.
"Papa.. " Tya menarik celana Aris.

Aris berjongkok lalu mengusap pelan pipi Tya.
"Tya mau makan ? Papa buatkan nasi goreng dengan toping sosis"

"Yey! Nasi goreng!" Tya terlihat senang.

Ibu Daniel melihat omega dan anaknya ini beranjak pergi tanpa memperdulikan ibu Daniel.

Luna, adik Daniel yang sejak tadi menguping keluar dari kamar.
"Mamah sudah memberitahu dia ?" Tanya Luna.

"Hm.. sudah, jadi terserah dia saja, aku memberitahu demi kebaikannya"

"Biarkan saja dia mah, Lihat..." Luna memperlihatkan layar ponselnya.
".. kak Megan mengirim fotonya bersama kak Daniel.. mereka makan malam berdua"

"Wah, katakan.. lain kali ajak mamah juga"

"Hehe... Luna juga mau ikut !"

"Iya...iya kamu juga!"

Aris yang mendengar pembicaraan mereka hanya bisa menarik nafas panjang lalu mengembuskannya pelan.

"Sudah cukup Aris.. sudah cukup, jangan paksakan diri mu" Aris mengusap air matanya yang mulai berjatuhan.

Tya yang duduk di kursi bisa melihat pundak papanya bergetar, anak kecil ini turun dari kursi lalu berjalan kearah Aris kemudian menarik-narik celana Aris.

Aris segera menghapus air matanya lalu berjongkok di hadapan Tya.
"Kenapa sayang ?" Tanya Aris.

Tya mengulurkan tangannya, dia memperlihatkan permen yang dia dapatkan dari Bram saat Bram berusaha membujuk Tya agar tidak menangis lagi.

"Paman bilang, ini permen kebahagiaan.. paman memberi Tya tiga tapi Tya sudah makan dua.. jadi papa, makan ini supaya papa tidak sedih lagi" 

Aris mengambil permen tadi lalu memakannya. Aris memang tersenyum tapi dia tak mampu menahan air matanya, dia langsung memeluk Tya.

"Um, apa permennya tidak bekerja ?" Tanya Tya dengan wajah polosnya.

Aris mengelengkan kepalanya.
"Papa senang, sangat senang.. permennya bekerja dengan baik" kata Aris.

"Tapi kenapa papa menangis ?"

Aris mengecup singkat pipi Tya.
"Ini bentuk rasa bahagia papa karena kamu ada di sisi papa, terima kasih sayang.. terima kasih banyak"

Tya tersenyum lalu menepuk-nepuk punggung Aris.
"Sudah ya papa, jangan menangis...papa sudah besar"

Aris hanya mengangguk dalam pelukkan Tya. Tanpa Tya, Aris tidak tau bagaimana hidupnya nanti.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Second Choice (ABO 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang